Susul Batik, Tenun Indonesia Mulai Dikenal di Kancah Internasional

Fimela Editor diperbarui 22 Okt 2012, 04:00 WIB
F4D sendiri merupakan inisiatif swasta global yang bekerja sama langsung dengan Sekjen PBB H.E. Ban Ki Moon, yang memanfaatkan kekuatan fashion dan industri melalui 4Es: Educate, Empower, Enhance, dan Enrich (Mendidik, Melestarikan, Meningkatkan, dan Memperkaya).“Ini merupakan momen inspiratif bagi CTI dan kita semua untuk melangkah lebih jauh memberdayakan tenun Indonesia. Harapan besar saya, momen ini dapat membuka peluang bagi perajin serta komunitas tenun dan fashion Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan serta pengembangan ekonomi kreatif Indonesia,” ungkap Okke.
Apa saja yang sudah dilakukan CTI hingga meraih penghargaan bergengsi itu? Okke menjabarkan bahwa CTI selama ini mendukung pelestarian tenun, pelatihan dan pengembangan perajin tenun, juga melakukan promosi-pemasaran tenun baik di dalam maupun luar negeri. Misi CTI sendiri adalah memberdayakan perajin tenun yang mayoritas perempuan.
Tak sendiri, CTI pun mengajak 2 desainer turut berpartisipasi dalam peragaaan busana di acara penghargaan tersebut, mereka adalah Sebastian Gunawan yang menampilkan tenun Garut dan Priyo Oktaviano yang berkreasi dengan tenun Bali. Koleksi bernuansa premium yang dihadirkan Sebastian Gunawan dengan warna pastel dan pop colors serta Priyo Oktaviano dengan padu-padan warna dan pola yang pas membuktikan bahwa kain tenun tradisional Indonesia bisa diolah menjadi pakaian modern sesuai selera pasar internasional.
Dengan F4D Woman’s Champion Award 2012, juga kesempatan CTI bertemu dengan 10 buyers terkemuka Amerika Serikat, seperti Bergdorf Goodman, Barneys, dan Jeffrey, yang menyaksikan langsung koleksi Sebastian Gunawan dan Priyo Oktaviano, peluang tenun Indonesia untuk dilirik pasar global terbuka lebar, kata Okke mantap.