Digugat, James Cameron Terpaksa Ungkap Kisah di Balik Avatar

Fimela Editor diperbarui 24 Des 2012, 10:00 WIB
Harry Potter  Siapa yang tak kenal dengan karakter laki-laki berkacamata bulat yang hidup di dunia sihir ini? Yep, it’s the boy who lived, Harry Potter. J.K. Rowling menciptakan karakter ini di tahun 1990. Saat itu wanita yang lahir di Yate, Inggris ini bekerja sebagai seorang peneliti untuk Amnesty International. Ide menciptakan karakter Harry Potter muncul saat ia harus menunggu kereta yang terlambat datang selama 4 jam dari Manchester ke London. Gambaran tentang seorang anak laki-laki masuk ke sekolah sihir tiba-tiba saja terbangun dengan baik di pikirannya. Rowling menuturkan di The Boston Globe bahwa dia benar-benar tidak tahu dari mana ide tersebut muncul. Bulan Desember di tahun yang sama, Ibunya meninggal. Peristiwa tersebut sangat mempengaruhi gaya menulis Rowling. Itulah sebabnya di buku pertama serial Harry Potter, Rowling banyak menunjukkan detail tentang perasaan kehilangan Harry Potter atas kematian orangtuanya, karena Rowling benar-benar bisa merasakan pahitnya masa itu. Sampai 7 tahun kemudianlah setelah J.K. Rowling bercerai dan harus survive menghidup dirinya dan anak perempuannya, ia menyelesaikan novel pertamanya, Harry Potter and the Philosopher’s Stone (1997). Draft buku Harry Potter telah ditolak oleh 12 publisher, sampai akhirnya diterima oleh sebuah British publishing house kecil di London.
Avatar  James Cameron butuh digugat terlebih dahulu baru kemudian menceritakan cerita dibalik penciptaan Avatar. Tahun 2011 lalu, Eric Ryder seorang penulis menggugat James Cameron telah mencuri plot cerita yang pada awalnya akan diproduksi dengan nama “KRZ 2068”. Ternyata ini bukan gugatan terakhir yang diterima oleh Cameron. Cerita Avatar membuahi beberapa gugatan hak cipta lainnya setelah itu. Lewat dokumen 45 halaman, sutradara sekaligus produser film legendaris Titanic ini mengaku sudah menciptakan seluruh elemen dari Avatar sepanjang hidupnya. Ia bercerita semua berawal sejak duduk di kelas 11. Saat itu dengan pulpen menggambar sebuah sketsa yang kemudian diberi nama “Spring on Planet Flora”. Sketsa inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari konsep hutan Pandora di mana Avatar berada. Saat ia berkuliah, dia menjadi co-penulis sebuah skenario tentang seorang laki-laki yang berada di kursi roda memilih mendapatkan operasi dengan mencabut semua input sensor eksternalnya, sehingga ia bisa melakukan perjalanan di dalam pikirannya sendiri. Di akhir tahun 1970an, ia kemudian menjadi co-penulis sebuah skenario bernama Xenogenesis. Cerita ini mengisahkan karakter utamanya bertemu dengan makhluk asing di sebuah planet. Pengalaman sepanjang kehidupannya sendiri menjadi bahan utama yang kemudian ia gabungkan menjadi sebuah cerita yang memenangkan tiga kategori nominasi dalam Academy Awards, yaitu Best Art Direction, Best Cinematography, dan Best Visual Effects.
James BondAgen 007 ini ‘ditemukan’ oleh Ian Fleming di tahun 1953. Karakter James Bond muncul dalam 12 novel buatan Fleming dan dua koleksi cerita pendek. Inspirasi Fleming menciptakan karakter datang dari beberapa individu yang ia temui saat berada di Naval Intelligence Division ketika Perang Dunia II. Karakter Bond merupakan kumpulan dari beberapa agen rahasia yang Fleming temui saat perang.  Personal taste yang dimiliki oleh James Bond sendiri tak lain tak bukan berasal dari kesukaan Ian Fleming sendiri. Dari mulai kesukaannya terhadap golf sampai pemilihannya dalam memasak scrambled eggs. Pengalaman Fleming sebagai seorang mata-mata dan juga aspek kehidupannya lah yang menjadi inspirasi terbesar karakter ini, termasuk memakai nama dari teman-teman sekolahnya, saudara, bahkan kekasih-kekasihnya untuk beberapa karakter dalam buku ini. Nama James Bond sendiri diambil dari seorang ahli burung dan juga penulis buku untuk para birdwatcher bernama James Bond. “I wanted the simplest, dullest, plainest-sounding name I could find. ‘James Bond’ was much better than something more interesting, like ‘Peregrine Carruthers’. Along with the exotic things would happen around him, the only thing that would be a neutral figure was going to be his name”. 
The GodFather  Mario Puzo mengaku tidak dibantu oleh siapa pun untuk menciptakan cerita kehidupan Mafia dalam The Godfather. Ia hanya mengandalkan seluruh imajinasi yang dimilikinya. Puzo bukanlah seorang ahli dalam sejarah Italia atau memiliki hubungan Mafia dalam kehidupannya. Sebaliknya dia adalah seorang akademis, yang memulai menulis buku karena tuntutan ekonomi. Karena itulah ia tidak pernah mau menulis tulisan mengenai Mafia, karena menurutnya dia tidak memiliki ilmu yang benar tentang hal tersebut. Namun, potret kehidupan Mafia yang digambarkan oleh Mario Puzo benar adanya dan akurat. Ia menambahkan bahwa dirinya memang tidak terjun langsung ke dalam duni Mafia, justru yang ia lakukan adalah secara kritis menganalisa prilaku aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia. Pengetahuannya mengenai human nature lah yang membuat ia bisa membuat potret kehidupan Mafia yang realistis dan meyakinkan.