Lulu Lutfi Labibi: Mengajak Gedangsari Berlari dalam 90 Tampilan

Ajeng Indria Dwi Utami diperbarui 08 Agu 2016, 17:00 WIB

 

Berkarya adalah perjalanan untuk merayakan kegelisahan.
Kegelisahan tercipta untuk melahirkan sebuah cerita.
Cerita lahir untuk saya bagi.
Sekarang.

Adalah sebait prosa pengantar show Lulu Lutfi Labibi, Gedangsari Berlari yang digelar di Yogyakarta 30 Juli 2016 lalu.

Persembahan desainer/seniman berdomisili di Kotagede ini merupakan karya kolaborasi batik dengan siswa SMKN 2 Gedangsari. SMK tersebut merupakan salah satu SMK binaan Yayasan Pendidikan Astra.


Di sini ada sesuatu yang berbeda yang ditawarkan oleh Lulu yang sebelumnya identik dengan penggunaan lurik dan motif flora - fauna. Proses yang berbeda adalah terlibatnya para siswa binaan Yayaasan Pendidikan Astra. Pandangan baru akan motif batik yang segar dari para siswa memberikan napas yang berbeda dari tampilan koleksi secara keseluruhan. Motif yang diangkat masih seputar flora dan fauna, tapi dengan sentuhan khas Desa Gedangsari seperti daun pisang, pisang, pohon bambu, bunga sepatu, burung dan lain sebagainya.


Masih kuat dengan teknik draperi atau tumpuk serta padu-padan beberapa jenis kain yang bermotif beda antara lain lurik, batik serta tenun Kupang dan katun bordir motif bunga; dituangkan ke dalam 90 tampilan yang terdiri dari atasan, celana, rok, jumpsuit, dress serta jaket yang modern. Modern bertemu tradisional khas Lulu Lutfi Labibi.

Desainer yang sudah memiliki customer-base yang besar ini, koleksinya selalu menjadi perbincangan serta rebutan para penggemarnya. Keistimewaannya mungkin terletak betapa kreasinya cantik dipakai oleh perempuan dengan bentuk tubuh yang berbeda-beda.

Dalam presentasi-nya pun Lulu selalu setia dengan konsep yang dekat dengan alam. Kali ini pun begitu. Dentingan piano, suara jangkrik, rintihan hujan serta guntur yang sesekali menyambar menjadi pengiring alunan Gedangsari Berlari yang disampaikan oleh model serta kelima 5 muse pilihan dari SMKN 2 Gedangsari.

Simak tampilan lengkapnya di bawah ini.


Setahun terakhir ini pun bukan hanya karya fashion yang dihasilkan oleh Lulu Lutfi Labibi bersama anak-anak binaannya, tetapi juga menggugah dirinya untuk menyampaikan cerita dari anak-anak tersebut ke khalayak luas lewat sebuah film dokumenter. Dipilihnya lima tokoh utama, adalah siswa/siswi yang menyentuh hatinya lebih dari yang lain. Kelima anak ini adalah figur kurang populer dari SMKN 2 Gedangsari dan SMKN 1 Pandak.


Contohnya Amalia, sepulang sekolah pekerjaannya adalah mengangon kambing, untuk membiayai uang sekolahnya. Eva, menempuh perjalanan ke sekolah sejauh 12KM dengan mengayuh sepeda kuno milik ayahnya. Cita-cita Eva adalah menjadi desainer busana muslim. Lain lagi cerita Ikhsan, Puri dan Hendra. Masing-masing menyimpan keinginan untuk meraih hidup yang lebih baik lagi.


Kreativitas bisa didapatkan dari mana saja dan dari siapa saja. Hal ini sudah dibuktikan oleh Lulu Lutfi Labibi dan kelima siswa yang menjadi muse-nya serta para siswa binaan Yayasan Pendidikan Astra di Gedangsari. Jika diberi kesempatan untuk berkembang serta waktu untuk pengajaran, terlihat jelas kalau kemampuan dalam mengembangkan kreativitas bisa dibesarkan dan dididik di mana saja.


Semoga apa yang sudah dilakukan oleh Lulu Lutfi Labibi, Yayasan Pendidikan Astra bisa mewujudkan cita-cita dan keinginan Amalia, Ikhsan, Eva, Puri dan Hendra serta para siswa yang kurang beruntung lainnya.

Psst! Intip segera, film dokumenter Gedangsari Berlari, di sini!

Foto: Dok. Lulu Lutfi Labibi

What's On Fimela