Sambil Menangis, Pinkan Mambo Cerita Jualan Pisang Goreng di Warung dan Dikejar Debt Collector

Ruben SilitongaSutikno diperbarui 03 Sep 2020, 17:38 WIB
Jualan pisang ke warung, selain untuk makan, juga untuk membayar hutang-hutangnya. Hal itu terjadi lima tahun silam. (Instagram/pinkan_mambo)
"Dulu lima tahun lalu demi melunasi utang aku, demi menafkahi lima orang anak. Aku mesti jalan naik motor pinjaman, ke warung-warung jualan satu pisang Rp 2 ribu, Rp 3 ribu," kata Pinkan Mambo sambil menangis dikutip dari tayangan Cumi Cumi, Rabu (2/9/2020). (Instagram/pinkan_mambo)
Karena kondisi keuangan yang sedang sulit tersebut, Pinkan yang memiliki banyak utang sampai dikejar debt collector. Hidup pun menjadi tidak nyaman. (Instagram/pinkan_mambo)
"Aku banyak utang, banyak utang sampai ditagih-tagih sama debt collector. Sampai aku takut. Aku cuma berdoa, mau makan juga harus korek-korek recehan," jelasnya masih sambil berurai air mata. (Instagram/pinkan_mambo)
Dalam kondisi sulit tersebut, ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Banyak kemudahan dirasakan, meski hanya hal-hal yang sangat sederhana. (Instagram/pinkan_mambo)
"Aku bilang Tuhan, 'Tuhan andai aku punya uang Rp 100 ribu aku juga bisa (jualan) lebih banyak lagi, tapi aku enggak punya modalnya'. Aku buat pisang aja tiba-tiba tetangga sebelah aku kasih terigu, aku enggak punya nasi sampai ngorek recehan. Aku bingung, lauknya datang, nasinya gimana," ujarnya
Pelantun lagu Kekasih Yang Tak Dianggap itu bersyukur karena hidupnya mulai membaik lagi. Bahkan, hutang juga sudah lunas. Itulah yang menjadi titik terendahnya Pinkan Mambo. Dalam kondisi sulit, tidak ada yang menolong. (Instagram/pinkan_mambo)
Penyanyi Pinkan Mambo sukses sekitar tahun 200o-an. Album pertamanya, Bersama tahun 2003. Kariernya sukses mencapai puncak sekitar tahun 2006. Perlahan, namanya mulai jarang terdengar.

Tag Terkait