Smaradhana, Mengenal Pesona Batik Kudus yang Hampir Punah

Rizky Mulyani diperbarui 16 Des 2020, 09:09 WIB
Pengrajin batik mulai berkurang seiring pesatnya industri kretek di Kudus. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Bekerjasama dengan Djarum Foundation, Desainer Denny Wirawan bertekat melestarikan Batik Kudus. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Hingga kini, Denny sudah beberapa kali mengeluarkan koleksi dengan menggunakan Batik Kudus, dan ia membawanya hingga mancanegara. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Motif batik kudus sangat dipengaruhi oleh budaya Tiong Hoa. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Motif Naga, Burung Hong serta bunga-bunga catleya merupakan motif yang sangat populer. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Warna-warna batik kudus pun terang dan cerah, khas batik dari daerah pesisir. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Di tahun 2020, Denny Wirawan bekerjasama dengan FIMELA, mengeluarkan koleksi SMARADHANA.Ia menyuguhkan dalam virtual trunk fashion show di acara 17an Merdeka, Senin (17/8/2020). (Daniel Kampua/Fimela.com)
Sebanyak 12 koleksi ditampilkan oleh Denny Wirawan dalam virtual trunk fashion show tersebut. Terlihat pada rancangannya, garis yang tegas namun tetap terlihat chic, maskulin dan provokatif. Berhasil ditampilkan dalam busana semi kasual dan adibusana. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Denny Wirawan sendiri pun merasa bangga lantaran kini motif batik Kudus mulai dikenal kalangan anak muda. Bahkan tak jarang yang menggunakannya sebagai outfit sehari-hari. Terlebih batik Kudus yang berdesain dengan beragam warna namun tetap bernuansa lembut. (Daniel Kampua/Fimela.com)
Menurut Denny Wirawan sendiri, banyak cara mudah untuk ikut andil dalam melestarikan salah satu warisan budaya bangsa seperti batik Kudus. Dengan memakai, bisa membantu orang-orang yang memproduksinya. (Daniel Kampua/Fimela.com)
"Dengan memakai menjadi cara melestarikan. Dengan memakai berarti kita membeli, membeli berarti kita membanttu artisannya, pembatiknya. Pembatik kalau membatik saja juga tidak berkembang perekonomiannya," pungkas Denny Wirawan. (Daniel Kampua/Fimela.com)