Easthedra dari The Rizkianto, Tenun Bertemu Tailoring Milan dalam Siluet Memikat

Hilda IrachDiterbitkan 08 Agustus 2025, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dari Milan kembali ke tanah air, Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra di Lomma Space, 3 Juli 2025.

Lewat kolaborasi bersama Cita Tenun Indonesia, The Rizkianto menampilkan 9 koleksi couture yang menggabungkan keanggunan tenun tradisional dengan presisi tailoring ala Eropa dalam balutan monokrom khas sang desainer. Koleksi ini menjadi manifesto cinta pada budaya, sekaligus selebrasi identitas Timur dan Barat yang saling menguatkan.

 
2 dari 5 halaman

Merayakan Tubuh Perempuan Lewat Siluet Arsitektural

Dari Milan kembali ke tanah air, Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra. [Dok/The Rizkianto].

Salah satu kekuatan koleksi Easthedra terletak pada eksplorasi bentuk yang memeluk lekuk alami tubuh perempuan. Dalam salah satu busana, terlihat gaun hitam berstruktur dramatis dengan detail peplum lebar pada pinggang dan aksen off-shoulder merah keemasan dari tenun Padang yang memikat. Kontras warna dan volume menciptakan efek visual yang kuat, sekaligus menegaskan teknik couture yang presisi.

Di balik keanggunannya, siluet ini berbicara tentang kekuatan, bagaimana sebuah busana mampu membentuk narasi tentang perempuan yang elegan namun tetap tangguh. Potongan ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya bisa berdialog dengan desain masa depan tanpa kehilangan makna asalnya.

3 dari 5 halaman

Tenun Tradisional sebagai Aksen Modern

Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra. [Dok/The Rizkianto].

Busana kedua menghadirkan gaun panjang berwarna hitam legam dengan kerah lebar berbahan tenun ungu khas Padang , serta corset peplum besar yang memberikan dimensi teatrikal pada tampilan. Desain ini memadukan kelembutan kain dengan kekuatan konstruksi Eropa, membuktikan bahwa tenun tak selalu harus tampil tradisional. Di tangan Dery Rizkianto, motif-motif wastra tampil sebagai aksen modern yang menyempurnakan siluet kontemporer.

“Orang sering kali berpikir tenun hanya cocok untuk acara adat,” ujar Dery. “Tapi aku ingin membuktikan bahwa tenun bisa masuk ke ranah couture global. Bahkan dengan potongan yang terbuka dan modern sekalipun, ia tetap punya tempat,” tambahnya.

4 dari 5 halaman

Klasik Tanpa Batas: Palet Monokrom dan Eksplorasi Tekstur

Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra. [Dok/The Rizkianto].

Koleksi ini juga menunjukkan konsistensi gaya The Rizkianto dalam penggunaan palet monokrom. Salah satu tampilan yang paling minimalis namun memukau adalah gaun tanpa lengan hitam dengan bustier peplum berbahan tenun Padang bernuansa cokelat-emas. Dengan cutting yang tajam dan clean, tampilan ini menegaskan filosofi desain The Rizkianto, elegansi tidak selalu harus rumit, tapi harus terasa tepat.

Tekstur tenun yang kaya menjadi pusat perhatian dalam busana ini, membuktikan bahwa kekayaan visual bisa datang dari detail yang subtil. Kombinasi ini menciptakan tampilan yang modern namun tetap membumi, klasik namun tetap berani.

5 dari 5 halaman

Menyulam Dua Dunia dalam Satu Benang Merah

Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra. [Dok/The Rizkianto].

Di balik kemewahan setiap look, Easthedra adalah kisah pribadi Dery Rizkianto, anak bangsa yang ditempa oleh disiplin mode Eropa, namun tak pernah melupakan akar budayanya. Tenun Padang dipilih sebagai benang merah koleksi ini bukan hanya karena keindahannya, tapi karena kedekatan emosional: tanah kelahiran sang ibu sekaligus simbol rumah bagi Dery.

“Ini benar-benar cerita dari pengalaman hidup saya,” ungkap Dery. “Saya mencintai Indonesia, ini adalah rumah saya, dan saya ingin merayakan serta memperkenalkan keindahan budaya kita, desain-desain yang abadi, dan keahlian tradisional yang luar biasa kepada dunia. Di sisi lain, waktu saya di Milan sangat membentuk saya sebagai desainer seperti sekarang. Maka ketika akhirnya saya punya kesempatan untuk menyatukan dua dunia saya, Timur dan Barat, dalam koleksi ini, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan,” tutup Dery.

Dery Rizkianto, desainer muda berbakat jebolan sekolah mode ternama di Italia, menghadirkan koleksi perdananya di Indonesia bertajuk Easthedra. [Dok/The Rizkianto].