Sukses

Lifestyle

Nowstalgia sebagai Ruang Aman dan Nyaman untuk Gen Z

Fimela.com, Jakarta Generasi Z yang lahir di tengah gempuran gawai serba-cepat tiba-tiba ramai membincang dan membeli peranti jadul. Mulai dari tren kaset pita, Walkman, fashion oversized ala 90-an, film ber-grain, hingga poster boyband klasik. Hal ini memicu diskusi hangat tentang bagaimana gen Z justru merayakan keterbatasan analog sebagai bentuk ekspresi diri yang segar dan antimainstream.

Fenomena ini bukan kebetulan. Seperti yang dikutip dari theguardian (25/6) dalam studi pasar hiburan di berbagai negara memang menunjukkan kenaikan penjualan kaset hingga ratusan persen dalam beberapa tahun terakhir. Di Inggris, misalnya, penjualan album kaset sempat melonjak 125 % dan terus merangkak naik berkat dorongan kolektor muda yang mendamba suara “mendesis” nan autentik. Bagi gen Z momen menekan tombol rewind atau menunggu rol pita berputar adalah pengalaman tak tergantikan yang menyeimbangkan hidup serba-instan di layar sentuh.

Melejitnya nostalgia ini sekaligus membuka ruang kreatif baru mulai dari konten “unboxing” pemutar CD portabel di TikTok sampai brand apparel yang merilis ulang potongan baggy jeans tahun ’95. Dengan kata lain, kerinduan akan era prainternet bukan sekadar romantisme masa lalu; ia menjadi jalur bagi Gen Z untuk menciptakan identitas budaya yang baru dan menjadi momen yang menyenangkan dan ruang aman bagi mereka.

Nowstalgia tidak Pernah Hidup di Masa Itu tetapi Merasa Menikmati Momen Tersebut

Fenomena nowstalgia sangat lekat dengan generasi milenial akhir dan Gen Z yang lahir di era digital namun tertarik pada keotentikan masa lalu. Dalam dunia yang serba cepat dan instan, elemen-elemen retro menawarkan rasa “nyata” yang menenangkan. Menggunakan Walkman, misalnya, membutuhkan kesabaran dan ritual yang kontras dengan streaming musik satu klik. Dari sinilah muncul rasa keasyikan baru: menikmati sesuatu bukan karena praktis, tapi karena ada kedalaman pengalaman yang ditawarkan.

Nowstalgia juga memengaruhi industri kreatif secara luas dari fesyen, musik, film, hingga desain produk. Brand-brand besar bahkan berlomba-lomba mengeluarkan koleksi edisi retro, sementara kreator konten mengangkat kembali ikon budaya lawas sebagai tren masa kini. Pada akhirnya, nowstalgia bukan hanya bentuk pelarian dari modernitas, tetapi juga cara baru untuk merekonstruksi masa lalu agar relevan dengan zaman. Ini adalah pertemuan unik antara memori dan inovasi, antara rasa rindu dan pencarian jati diri.

Beban Gen Z sehingga Membutuhkan Ruang Aman

Gen Z lahir pada masa informasi hadir tanpa batas. Dalam satu penelitian yang dirilis dalam Pew Research & APA (2023) menjelaskan jika dalam 10 detik saja Gen Z mendapat paparan informasi yang bisa membuat mereka merasa takut, cemas, ngakak, bahkan iri. Masih dalam penelitian tersebut Gen Z pun memiliki beban digital terbesar dalam sejarah generasi digital.

Hal inilah yang mendorong Gen Z untuk mencari ruang aman mereka, hidup dengan sederhana dan tanpa informasi yang terlalu cepat. Kehidupan tanpa internet adalah salah satunya. Dan uniknya hal ini membuat mereka lebih kreatif.Tak heran banyak brand bahkan influenser pun yang memahami market ini. Mereka tahu romantisme era 90-an tak hanya meraup pasar yang hadir di masa itu tapi juga Gen Z yang tidak pernah hidup di masa itu.

Melambat dengan Hadir di Era Sebelum Internet

Ada keunikan tersendiri antara Gen Z dengan Era 90-an. Bagi banyak Gen Z, era 90-an dipandang sebagai “zona aman” emosional—meskipun mereka tidak secara langsung mengalami masa itu. Di tengah kehidupan digital yang penuh tekanan, overload informasi, dan citra serba dikurasi, era 90-an terasa lebih sederhana, hangat, dan jujur. Melalui lagu-lagu pop lama, film keluarga yang penuh nilai kekeluargaan, hingga fashion yang santai dan tidak menuntut kesempurnaan, Gen Z menemukan pelarian dari dunia yang terkadang terlalu cepat berubah.

Rasa aman ini juga lahir dari narasi yang dibangun tentang era tersebut bahwa tahun 90-an adalah masa di mana orang bisa menikmati hal kecil tanpa distraksi digital. Menonton TV bersama keluarga, merekam lagu favorit dari radio ke kaset, atau menunggu seminggu untuk episode baru tayang menjadi simbol kedekatan dan kesabaran yang kini terasa langka. Meski pengalaman itu bukan milik mereka secara langsung, Gen Z menyerapnya lewat cerita orang tua, film, dan tren daring yang membingkai era 90-an sebagai waktu yang lebih “manusiawi”.

Dengan merangkul gaya hidup dan elemen budaya 90-an, Gen Z seolah membangun ruang tenang mereka sendiri di tengah hiruk-pikuk zaman. Ini bukan soal ingin kembali ke masa lalu, melainkan menciptakan rasa terkoneksi dengan sesuatu yang stabil dan familiar. Di sinilah nowstalgia bekerja: menjahit masa lalu dengan masa kini untuk menghadirkan kenyamanan emosional, sekaligus identitas baru yang lebih otentik.

Tren Era 90-an di Dunia Industri Hiburan

Ada yang unik dengan tren 90-an ini. Begitu dekatnya era ini bagi beberapa generasi membuat era ini menjadi market tersendiri. Banyak konten kreator yang mengagungkan era 90-an. Bahkan geng Aries yang terdiri dari Vidi Aldiano, Bunga Citra Lestari (BCL), Yuki Kato, dan Ranggaz Laksmana ini selalu mengadakan pesta ulang tahun bersama setiap tahunnya dengan tema yang unik, tahun ini membuat tema "Ikonik TV Show 90-an". Hal ini mempertegas bahwa era 90-an sangat populer.

Era 90-an di mata banyak influencer bukan sekadar masa lalu, melainkan sumber inspirasi visual, gaya hidup, dan storytelling yang kaya dan otentik. Di tengah dominasi media sosial yang menuntut tampilan sempurna dan cepat, estetika 90-an justru menawarkan kebalikan: kesan raw, santai, dan apa adanya. Hal ini memberi ruang bagi para influencer untuk membangun persona yang terasa lebih dekat dan "real" di mata audiens mereka.

Selain itu, nostalgia 90-an juga menjadi "aset konten" yang sangat menarik. Influencer bisa membuat konten dengan tone retro, dari video TikTok bertema VHS, pemotretan dengan kamera analog, hingga playlist musik lawas di Spotify. Mereka tidak sekadar bernostalgia, tapi mengemas ulang masa lalu untuk menciptakan narasi baru yang resonate dengan generasi sekarang. Maka tak heran, era 90-an menjadi ladang kreativitas yang terus hidup dan berkembang di tangan para influencer digital masa kini.

Jadi, bagaimana Sahabat Fimela tentang tren Era 90-an ini? Apakah kamu termasuk yang merasa aman di masa 90-an? Share yuk, pendapat kamu.

 

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading