Pilih Mana? Versi Buku atau Film?

Agus Purwanto diperbarui 09 Okt 2011, 00:59 WIB

 

 

 

What's On Fimela
127 HoursKisah hidup Aron Ralston menyusuri Canyonlands National Park, Utah yang ditulis dalam buku Between a Rock and a Hard Place menggugah sutradara Inggris pemenang Oscar, Danny Boyle untuk merealisasikannya dalam film. Menggaet aktor muda James Franco yang dikenal lewat film Milk dan Pinneaple Express, film ini sukses mengantongi nominasi Oscar mulai dari Best Actor & Best Motion Picture tahun 2011 lalu. Di tengah film petualangan ini, adegan amputasi menjadi puncak drama sepanjang perjalanan hidup Aron.
Eat Pray Love Buku karangan Elizabeth Gilbert ini laris di pasaran lebih dari satu juta kopi sekaligus menjadi sebuah memoar tentang kehidupan perempuan yang mencari ketenangan hidup dan juga cinta sampai ke Pulau Dewata. Ketika buku ini difilmkan, publik Indonesia cukup heboh menyambut duet Julia Roberts dan Javier Bardem sampai ke pantai Padang-Padang, Bali. Sayangnya, sukses bukunya tidak diikuti dengan kepuasan penonton saat ditampilkan di layar perak. Film Eat, Pray, Love menuai kritik buruk hanya mencapai 36% dari reviewer di situs Rotten Tomatoes meskipun total gross seluruh dunia mendapat lebih dari $200 juta.
Fight Club Menikmati Brad Pitt dan Edward Norton berlaga dalam satu scene di film ini memberikan sensasi tersendiri bagi penonton film ini. Adaptasi buku Chuck Palahniuk ini disutradari oleh David Fincher yang kemudian sukses menyutradarai film Inception. Film ini juga masuk ke dalam nominasi Oscar tahun 2000 untuk kategori Best Special Effects. Pasca Fight Club, Palahniuk kembali menghadirkan tulisannya yang tergolong cutting edge ke layar lebar lewat Choke.
Sang PenariGie, Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi adalah beberapa contoh karya sukses, dan satu lagi karya maestro sastra Indonesia akan bisa kita nikmati dalam film Sang Penari lewat tangan Ifa Isfansyah. Buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Inggris, Jerman dan mengambil latar Jawa Tengah tahun 60-an dan merupakan satu dari trilogi dua buku lainnya, Lintang Kemukus di Dini Hari dan Jentera Bianglala yang terbit di era 80-an. Kisah cinta Srintil sang ronggeng dan Rasus, diperankan oleh Prisia Nasution, Oka Antara dan beberapa pemain kawakan seperti Lukman Sardi, Tio Pakusadewo dan Slamet Rahardjo.
The Girl With Dragon TattooMillenium trilogy karya penulis Swedia, Stieg Larsson tidak tanggung-tanggung langsung diangkat ke layar lebar Swedia empat tahun pasca dirilis novelnya di negara asalnya. Di akhir 2011, David Fincher mengadaptasi film ini, dengan menggandeng Rooney Mara yang sempat bermain di Social Network dan Daniel Craig. Konon versi Swedia film ini sudah mendapat review dan kritik yang mengagumkan untuk genre film fantasi. Namun, bagaimana hasil adaptasi film ini di tangan Fincher? Nantikan Desember 2011 mendatang!