Mengetahui Keberanian Martha Christina Tiahahu, Sang Mutiara dari Timur

Ayu Puji Lestari diperbarui 08 Nov 2018, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Apa yang ada dalam pikiranmu saat mengahadapi kenyataan saat ayahmu meninggal di hadapanmu? Itulah yang dialami oleh Martha Christina Tiahahu. Saat itu usianya baru 17 tahun saat Paulus Tijahahu dibunuh oleh Belanda. Rasa tidak rela itulah yang membangkitkan perlawanan Martha Christina Tiahahu terhadap Belanda.

Sejak usia belia, Martha Christina Tiahahu memang kerap melakukan perlawanan terhadap Belanda. Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya.

Kegigihan Martha Christina Tiahahu ini patut ditiru. Ia tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuannya. Sebagai perempuan bukan menjadi alasan untuk berperang melawan penjajah yang merampas hak kemerdekaan kita.

What's On Fimela
Monumen Pahlawan Nasional Martha Christina Tiahahu di bukit Karang Panjang, Kota Ambon, Maluku. (Liputan6.com/Abdul Karim)

Gender seharusnya tidak menjadi batasan untuk membela hak dan kemerdekaan. Urusan domestik tidak harus soal perempuan dan 'hal berat' hanya menjadi tanggungjawab seorang pria. Martha Christina Tiahahu membuktikan bahwa perasamaan gender dengan mau berjuang di medan perang di barisan terdepan.

Seharusnya kita sebagai perempuan tidak sibuk menuntut hak dan melupakan kewajiban. Sibuk menyalahkan dan menuntut dimudahkan dan melupakan bahwa persaman gender tidak hanya menuntut perempuan untuk selalu mendapat hak istimewa tapi juga untuk pekerjaan dalam segala bidang dan kebaikan tidak seharusnya dipertanyakan apa jenis kelaminmu.

Selamat hari ini, Sahabat Fimela.