Mertua vs Menantu

FimelaDiterbitkan 26 Maret 2009, 08:02 WIB
Vemale.com - Jika tidak ada pengertian dari ketiga belah pihak, yaitu mertua, anak, dan pasangan anak alias menantu, maka besar kemungkinan akan timbul konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, hari ini kita akan sama-sama belajar bagaimana agar kita (entah sebagai menantu ataukah sebagai mertua) dapat menjalin relasi yang baik satu sama lain. Sebelumnya, kita akan menyelidiki penyebab mengapa bisa terjadi konflik antara menantu dan mertua. Faktor Budaya Yang dimaksud di sini adalah kebudayaan yang sudah mendarah daging dalam diri setiap orang tua. Walau anak sudah menikah, namun kebanyakan orang tua masih menganggap bahwa dirinya masih bertanggung jawab atas kehidupan sang anak, sehingga tanpa sadar orang tua sering ikut campur dalam hidup rumah tangga anaknya. Selain itu, kesalahan bisa juga terjadi dari anak yang belum mandiri, sehingga masih saja mengandalkan keputusan dari orang tua dalam kehidupan rumah tangganya. Pasangan Belum Mandiri Yang dimaksud di sini adalah pasangan yang masih tinggal di PMI alias 'Pondok Mertua Indah', yang masih serumah dengan orang tua. Apalagi, jika dalam hal keuangan, mereka masih ditopang oleh orang tua, maka besar kemungkinan orang tua untuk selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anak. Pasangan Belum Mampu Membangun Hubungan Baik Jika pasangan belum tahu bagaimana harus menempatkan diri dalam hubungan dengan pasangan dan dengan mertua, maka hal ini juga bisa menimbulkan konflik dalam keluarga. Berebut Kasih Sayang Antara menantu dan mertua bisa terjadi persaingan dalam merebut perhatian dan kasih sayang dari sang anak, jika sang anak (entah berposisi sebagai suami atau istri) tidak bisa bersikap bijak. Lalu, bagaimana solusi terbaik agar hubungan dengan pasangan baik, tapi dengan mertua juga baik?! Sedapat mungkin jika sudah memutuskan untuk menikah, maka pasangan harus siap untuk mandiri, baik dari sisi tempat tinggal, maupun keuangan. Jika pasangan belum mampu untuk membeli rumah sendiri, maka kontrak rumah atau kos bisa jadi alternatif pilihan. Bukankah lebih baik tinggal berjauhan namun tetap rukun, daripada tinggal serumah namun terus berselisih?! Pasangan yang telah menikah wajib menjalin hubungan yang baik dengan orang tua, sehingga orang tua tidak merasa diabaikan atau dilupakan. Hargailah jasa-jasa mereka yang telah membesarkan pasangan hingga seperti sekarang. Jika Anda memiliki dana lebih, sesekali ajaklah orang tua jalan-jalan bersama pasangan. Tak perlu harus pergi ke tempat yang mewah dan mahal. Hal ini untuk mencegah orang tua berpikir bahwa anaknya telah hilang karena 'direbut' oleh menantu. Jika timbul masalah, sekecil apapun itu, antara mertua dan pasangan, maka sebaiknya segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut. Jika orang tua bertengkar dengan pasangan, dan pasangan Anda berada di posisi yang benar, maka Anda harus membela pasangan. Sebab sejak Anda memutuskan untuk menikah dan membangun hidup baru bersama pasangan, maka pasangan harus menjadi prioritas di atas orang tua. Status Anda sebagai anak, bukan lagi bertanggung jawab pada orang tua, namun atas orang tua. Anda bertanggung jawab pada pasangan Anda. Tentang tanggung jawab atas orang tua, yang dimaksud adalah Anda berdua bisa berkomitmen untuk membantu keuangan orang tua masing-masing, bila orang tua kekurangan biaya hidup. Pastikan pembagian 'pertolongan' dana untuk masing-masing keluarga atau orang tua berlaku adil dan sama, karena masalah uang merupakan masalah yang cukup sensitif dalam hidup rumah tangga. Memang dibutuhkan kerendahan hati dan jiwa yang besar untuk menerima mertua atau menantu seadanya, namun jika Anda mau melakukannya, maka keluarga besar yang harmonis yang bakal Anda dapatkan. (bbl/meg)
What's On Fimela