Eno - Drummer Netral

FimelaDiterbitkan 02 Mei 2011, 07:00 WIB
Vemale.com -
Nama: Eno Gitara Ryanto Tanggal lahir: 11 Oktober 1979 Musisi Favorit: The Police, Black Dahlia Murder, Michael Jackson Konser favorit: Black Eyed Peas, N.E.R.D “Di panggung mungkin saya orangnya rusuh, tapi banyak yang bilang saya orangnya soft,” ujar Eno sembari menyeringai. Memang agak susah dipercaya seorang drummer seperti Eno yang begitu enerjik dan dinamis di atas panggung, tapi aslinya justru dibilang soft. Berdasarkan bincang-bincang Cosmo dengan drummer Netral yang memiliki sidejob di band bernama Royal Ego ini dan menjadi ‘kepala sekolah’ di Eno Drum School, we’ll let you be the judge.. Andaikan perangkat drum sebagai seorang wanita, bagaimana Anda akan mendeskripsikannya? Umm...seksi, hahahaha. Saya mungkin kurang bisa menjelaskannya dengan baik, tapi yang pasti saya akan memperlakukannya seperti seorang wanita: saya akan merawat drum itu dengan baik, memainkannya dengan sangar tapi gentle, hahaha, dan saya akan bawa dia ke mana saja. Apa yang Anda rasakan ketika bermain drum? Pria banget! Saya merasa enerjik sekali kalau berada di belakang drum. Saya selalu main drum itu pakai hati, bukan emosi, walaupun hanya main biasa. Saya sangat mengidolakan drummer Stewart Copeland dan Travis Barker karena mereka mampu membuat drum itu menjadi center stage, bukan sesuatu yang mesti ditutupi di belakang. Padahal yang membuat orang bisa goyang itu kan dari beat drum. Berapa besar pengaruh ayah, Andi Rianto, dalam kehidupan bermusik? Besar banget. Saya sudah dicekoki musik dari kecil, terutama lagu-lagu dari band favorit ayah, seperti The Police, Led Zeppelin, dan Deep Purple. Tapi lucunya sekarang saat sudah besar, giliran saya yang mencekoki musik ke ayah saya, seperti lagu-lagunya Smashing Pumpkins. Sama teman-teman saya pun dia nyambung kalau ngobrol tentang musik. Ada momen khusus waktu kecil yang membuat Anda ingin menjadi musisi? Waktu ayah mengajak saya nonton konser Metallica, padahal saya masih SMP. Pada saat itu saya melihat betapa besar apresiasi orang terhadap musik, dan betapa besar kita butuh musik dalam hidup. Saya percaya musik bisa mempengaruhi karakter seseorang, lho. Kalau misalnya kita suka musik keras atau mellow, pasti nantinya akan ada pengaruh ke dalam bagaimana kita bersikap. Sex, drugs, alcohol, kata-kata yang cukup menjelaskan kehidupan jadi musisi? Jadi musisi memang banyak godaan, namun itu tergantung dari orangnya juga sih. Tapi dari saya sendiri tidak ada perbedaan gaya hidup. Saat di atas panggung memang peran saya untuk menghibur penonton, tapi ketika turun panggung, saya sama saja dengan mereka. Saya tidak terus menjadi seorang ‘rock star’. Menurut saya pengertian rock star itu bukan dari sikap, tapi dari hati. Saya pernah coba drugs, tapi itu sekedar coba saja. Tapi ada orang bilang, kalau pakai drugs itu enak buat main musik, dan saya bilang, “Oke, memang enak, tapi enak buat Anda sendiri, bukan buat orang lain.” Pengaruh main musik itu bukan dari chemical... Apakah Anda juga mendengarkan musik lain selain musik keras? Pastinya. Tapi ada waktunya sendiri-sendiri ya. Saya suka pasang lagu mellow, atau mellow-rock lebih tepatnya-seperti The Jonesy atau Bloc Party, tapi itu biasanya itu kalau mau tidur. Saya juga suka sekali dengan lagu-lagunya Michael Jackson. Terkadang saya suka buat beat drum untuk Netral dengan mengambil inspirasi dari beat lagu MJ, tapi tentunya saya akan aransemen ulang. Anda lebih suka lagu pop atau Top 40? Smesh. Hahaha, nggak lha. Eh, tapi saya suka banget sama Britney Spears, lho, terutama lagu-lagu dia yang dulu, seperti Oops, I Did It Again. Selain beat-nya yang saya suka, saya juga suka sama orangnya, seksi! Hahaha.. Ada special song yang mengingatkan sama pasangan? Tidak punya sih. Soalnya saya orangnya idealis kalau menyangkut musik. Saya suka sama satu lagu karena memang saya suka sama lagunya, bukan karena mengingatkan saya akan seseorang atau suatu momen. Saya juga lebih memerhatikan beat lagu daripada lirik. Jadi tidak akan terjadi saya sampai tidak suka satu lagu spesifik karena saya sudah putus dengan seseorang. Apakah selera musik yang sama menjadi keharusan dalam mencari pasangan? Hmmm, iya sih. Untuk selera musik memang saya akan lebih memilih yang nyambung. Tapi bukan berarti dia mesti suka sama musik metal ya, kalau itu sih saya bisa dengar sendiri. Tapi setidaknya kita bisa saling memberikan referensi. Saya tidak mau saat berada di mobil dan salah satu dari kita tidak nyaman dengan pemilihan lagu yang diputar. Memang selama ini setiap kali saya pendekatan sama wanita, ketika di dalam mobil saya akan memutarkan lagu-lagu saya. Kalau misalnya tidak nyambung, ya saya juga sudah malas duluan. Pernah tidak coba mengubah selera musik seseorang yang tidak sejalan? Pernah sih, hahaha... Tapi saya tidak akan bilang, “Lagu ini jelek.” Tapi saya akan kasih tahu dia pelan-pelan, “Coba deh dengerin lagu ini, mungkin kamu suka.” Tapi kalau sudah keras kepala juga, ya mau bagaimana lagi, hehehe.... Apa rahasia hubungan yang langgeng menurut seorang Eno? Saling percaya dan saling menghargai. Yang paling basic mengenai pekerjaan saja, kalau dia support, saya juga akan support apapun yang mau dia lakukan. Lalu juga jangan sampai kasar ke pasangan, walaupun hanya sebatas omongan. Eh, tapi kasar di sini tidak hanya untuk pria saja ya, wanita pun menurut saya terkadang bisa kasar. ‘Petuah’ ibu saya yang paling membekas ke diri saya adalah, “Kamu harus menghormati wanita, kalau kamu mau balik dihormati.” Dan menurut saya, itu juga berlaku untuk hubungan dengan semua orang... Ada rencana untuk settle dalam waktu dekat ini? Ingin sih, tapi saya rasa masih belum saatnya. Menikah perlu mental yang kuat karena kita akan membangun suatu keluarga selama seumur hidup. Dan saya hanya ingin melakukannya sekali, bagi saya tidak ada kata ‘cerai’ dalam kamus saya. Dan pasangan juga harus yakin kalau dia mau menjalani hidup selamanya bersama saya. Tapi masih nanti lha, umur saya kan baru 31 tahun, dan seperti saya bilang ke teman-teman saya, “Belum tua kok, tapi baru ‘mateng’.” Hahaha... [initial] Source: Cosmopolitan Edisi Maret 2011, halaman 128 Provided by:
(Cosmo/wsw)
What's On Fimela