Show Your Natural “Emoticons”!

Fimela Editor diperbarui 23 Okt 2020, 05:26 WIB

Ladies, jangan emoticons saja yang sering diumbar, ekspresikanlah segala emosi yang Anda rasakan. When you’re happy and you know it..then show it!

So, kapan terakhir kali Anda tersenyum? Atau tertawa? Jangan bilang terakhir Anda melakukannya adalah saat mengirimkan emoticon atau mengetik LOL di BB. Padahal, Cosmo tahu, you’re not really smiling or LOL-ing. Anda sebenarnya sedang duduk jenuh di kereta atau hampir tertidur di rumah atau menghadapi tumpukan berkas di kantor, dan karena tak mau menyinggung sang pengirim pesan, Anda pun semata meniru apa yang semestinya terjadi saat Anda bertemu face-to-face, yaitu...tersenyum dan tertawa.

Well, darling, tak dipungkiri di era teknologi saat ini interaksi kerap dijalin via ponsel atau pesan teks, yang memiliki konsekuensi pertukaran emosi tak terjadi. Ingat, tersenyum atau tertawa itu menular lho. Mungkin Anda tidak “menangkap” joke yang dilontarkan oleh sahabat atau lawan bicara, tapi, melihat gaya tubuh dan mendengar suara tawa mereka, sudah cukup untuk membuat Anda ikutan terpingkal-pingkal. You’ve been there, right?

Oke, untuk edisi awal tahun ini, Cosmo ingin membahas mengenai emosi yang datang secara natural kepada kita semua. Entah apa yang Anda rasakan saat menyongsong tahun yang baru ini, baik itu senang, sedih atau kesal, tapi tak ada satu emosi yang salah. Just embrace it and feel better.

Say it With a Smile

“Smile thought your heart is aching; Smile and maybe tomorrow, you’ll see the sun come shining through for you”. Yup, Anda tentu ingat lirik lagu lawas dari Nat King Cole tersebut (walau mungkin Anda lebih mengenalnya dari versi yang dibawakan oleh Michael Jackson), lirik yang menggambarkan harapan dan keoptimisan yang akan Anda dapatkan hanya dengan...tersenyum.

But, is it true? Menurut studi yang dilakukan di Swedia baru-baru ini, tersenyum dapat menguatkan sistem pertahanan tubuh, menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, dan melancarkan aliran darah. Semua itu berkat dua zat aktif yang dilepas oleh tubuh saat Anda tersenyum: Endorfin, yang berfungsi sebagai pain killer alami dalam tubuh, dan serotonin, untuk menjaga mood pada level yanng normal, serta meredam stres dan depresi.

Selain itu, smiling juga akan melambungkan kepercayaan diri Anda – sempurna di tiap situasi yang membutuhkan Anda untuk tampil in control – dan, if you’re looking for love, well, ulaskanlah senyum terbaik Anda, dan pria yang Anda incar pun akan datang dengan sendirinya (also, with his best smile). Baru-baru ini Anne Hathaway, merespon pertanyaan tentang perawatan kulit, pernah berkata, “Ada yang pernah menawari saya untuk melakukan botox di usia 23. Tapi ketika sekarang saya menatapi area di bawah mata dan melihat sesuatu yang saya pikir adalah wrinkles, ternyata itu adalah smile lines. Saya memang suka tersenyum sedari kecil, dan saya baru saja menyadari kalau, ‘That’s who I am’”. So, would you feel the same way, ladies?

Laughing Stock

Wow, Anda akan merasa seperti stand up comedian sejati saat Anda menerima respon LOL atas joke yang, sebenarnya, Anda merasa tak selucu itu. Okay, maybe he’s like sooo totally into you – tak heran isi BBM-nya sarat dengan LOL dan variasi emoticon tertawa. Dan, untuk membalas “kebaikan”-nya, Anda pun membalas joke kecilnya dengan LOL dan variasi emoticon yang sama.

Oh c’mon honey, ain’t nothing better than the real thing, maka segeralah ajak si dia untuk bertatap muka. Kalau dia memang benar-benar lucu, dan Anda LOL beneran, inilah khasiat yang akan Anda dapatkan: Mengirimkan lebih banyak oksigen ke seluruh tubuh, menyurutkan ketegangan, melepaskan lebih banyak endorfin, merelakskan otot, menurunkan tekanan darah, mengontraksikan otot perut (very important), dan mengencangkan kulit wajah (very VERY important). Dan pasti Anda kenal seseorang yang sudah lanjut usia tapi karena mereka gemar bercanda dan tertawa, di mata Anda mereka pun terlihat awet muda. Who needs ultraexpensive youth serum?

“Dengan tertawa, kita akan mewujudkan apa yang disebut ‘zero mind’,” ujar Armand Archisaputra, seorang praktisioner terapi tawa. “Di momen inilah kita membersihkan pikiran kita dari hal-hal eksternal yang tidak signifikan.” Tujuan Armand via terapi tawa ini adalah untuk meniru tawa seorang bayi yang tulus, tidak dipaksakanm dan tanpa pemicu. Hmmm, when’s the last time you’re able to do that?

It’s Cool To Cry

Well, you can’t help it. Walaupun Anda tidak ingin dibilang cengeng, tapi bagi seorang wanita, menangis adalah sesuatu yang datang lebih natural. Entah saat menonton The Vow (tak peduli dengan putaran bola mata si dia yang sudah keberapa kalinya), mendapatkan kritikan pedas dari si bos, pertikaian kecil dengan pasangan, sampai, ya, saat countdown tiba di tahun yang baru dan Anda pun langsung flashback ke momen-momen yang membahagiakan sekaligus mengharukan di tahun sebelumnya. Namun, harus diakuui, you do feel a lot better after a good cry, right?

Secara psikologis, menangis merupakan “medium” untuk melepaskan segala emosi yang terpendam dalam diri, sehingga menghilangkan potensi depresi. Cocok sekali bagi Anda yang merasa susah mengekspresikan emosi.

Secara fisiologis, ternyata tak bisa disepelekan juga efek positif dari menangis. “Saat Anda mengalami stres dalam skala besar maka akan terjadi proses kimiawi dalam tubuh,” kata William Frey, profesor bidang farmasi dari University of Minnesota. “Apabila tidak segera dikeluarkan, dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan kerusakan jaringan pada otak. So it actually has a survival value.” Dan benar saja, ketika Anda merasa emosional, air mata yang mengalir mengandung hormon prolactin, yang dihasilkan saat Anda stres atau dalam situasi yang  penuh tekanan. Kesimpulannya...show this to your man!

Anger Management

What, marah pun bisa bikin tubuh sehat? Berarti, hampir seluruh populasi Ibu Kota sehat dong, karena banyak alasan untuk naik pitam, mulai dari macet, banjir, sampai lambannya internet di kantor. Well, it all comes to moderation, honey. Marah yang berlarut-larut bisa melonjakkan tekanan darah, sementara marah dengan takaran yang pas – yah, memang susah untuk mengontrolnya, but still worth a try.

Inilah yang akan terjadi pada tubuh Anda saat marah: Hormon stres, seperti adrenalin dan kortisol, akan lebih banyak diproduksi, lalu detak jantung dan tarikan napas meningkat. Alhasil, Anda akan merasa seolah diinjeksi oleh bonus energi. Mostly, amarah, apalagi yang sampai ke ubun-ubun, dapat berlanjut ke tindakan atau sikap yang negatif – kebencian, pertengkaran, cangkir favorit pecah, kuku patah, rasa bersalah, stres – tapi jika disalurkan ke sesuatu yang lebih positif, serta diartikulasikan dengan baik, then you’ll make people to listen and earn their respect, yang pada ujungnya (secara psikologis) dapat meningkatkan kepercayaan diri Anda.

Menurut studi yang dilakukan oleh Journal of Personality and Social Psychology, orang akan lebih “memandang” sosok kolega atau politisi yang mengekspresikan amarah daripada mereka yang menampilkan ekspresi sedih, takut, atau bersalah. So control your anger and use it for good purpose.

Source : Cosmopolitan Edisi Januari 2013 Halaman 241

(vem/Cosmo/dyn)

What's On Fimela