Ladies. banyak wanita yang menggunakan uangnya untuk melakukan perawatan kulit wajah dan tubuh. Baik secara alami maupun melalui bantuan dermatologis.
Namun tak demikian yang dialami oleh Sophie Erhmann. Di kala wanita lain menyayang-nyayang kulit mereka, Sophie malah merusaknya. Ia pun melakukan itu bukan karena keinginan sendiri. Namun karena dorongan dari sebuah penyakit langka yang melanda dirinya.
Bila kita melihat Sophie, ia nampak cantik dan seperti wanita usia 20 tahunan biasa. Namun bila kita lihat lebih dekat, maka kita akan menemukan beberapa hal yang janggal padanya. Kulitnya ada bercak merah yang mirip dengan luka.
Sophie Erhmann memang mengalami penyakit aneh. Yang mana menyebabkan dirinya sering merusak kulit dengan mencabuti bulu halus di tubuhnya secara berulang-ulang. Hal ini membuat kaki, wajah dan hampir seluruh tubuhnya penuh luka bopeng berupa bercak kemerahan. Hal ini menjadi makin menyulitkannya karena ia harus menutupinya dengan concealer atau apapun dan butuh waktu 2 jam untuk melakukannya.
Bila Sophie tak melakukannya, itu seperti candu yang mendorongnya dan membuatnya stres. "Bagiku, mencabuti tubuh karena rasanya sangat menenangkan. Ini meredakan stres seperti pakai narkoba atau minum alkohol," cerita Sophie.
"Biasanya aku masuk ke kamar dan mengunci pintu. Aku menggunakan lampu untuk menerangi salah satu bagian tubuhku dan mulai mencabut yang nampak dengan menggunakan pinset. Orang tuaku mengira bahwa aku sedang belajar."
Yang bikin ngeri lagi adalah penyakit ini menjadi salah satu bentuk abnormalitas yang dialaminya. Artinya bila ingin sembuh, ia harus mati-matian mencoba melawan perasaan itu.
Baru-baru ini, Sophie akhirnya mau membuka diri dan menunjukkan apa yang terjadi padanya dan pada orang banyak. Tujuannya adalah ingin memberitahukan pada banyak orang bahwa penyakit ini ada dan bahaya sekali. Ini bukan sekedar penyakit fisik, namun juga psikis yang sama bahayanya dengan orang yang terjangkit narkoba.
Penyakit ini bisa merusak tubuh pelakunya. Dalam documentary tentang penyakitnya ini, ia tak peduli kalau ada orang yang mencibirnya. Dan ia juga memahami kalau ada yang kurang nyaman dengan apa yang mereka lihat. Namun lebih penting baginya agar semua orang menyadari perlunya pencegahan dan perhatian khusus pada penyakit yang satu ini.
Ya, kadang meski tinggal serumah, privasi membuat kita tak tahu apa-apa tentang keadaan keluarga kita sendiri. Jangan biarkan anggota keluarga di rumah Anda mengurung diri di kamar sendirian, untuk mencegah kecenderungan akan penyimpangan tingkah laku seperti ini.
(vem/gil)