Necrophilia Ternyata Bukan Hal Baru

FimelaDiterbitkan 12 September 2013, 20:32 WIB

Necrophilia berasal dari bahasa Yunani, necro yang berarti kematian dan philia yang berarti cinta. Necrophilia adalah sebuah perilaku penyimpangan seksual, dimana pelaku mendapatkan kepuasan seksual dengan fantasi dan obsesi berlebihan terhadap kematian dan mayat.

Pada dasarnya, necrophilia dibagi menjadi tiga golongan: (1) necrophilic homicide--membunuh untuk mendapatkan mayat sebagai obyek seksual, (2) regular necrophilia--menggunakan mayat yang sudah ada untuk memuaskan hasrat seksualnya, dan (3) necrophilic fantasy--berfantasi seakan-akan ada mayat yang diajak bercinta, walaupun sebenarnya tidak ada.

Ladies, necrophilia boleh jadi sebuah topik bahasan yang tabu bagi masyarakat modern. Tapi, tahukah anda, sejatinya necrophilia sudah dipraktekkan jauh di masa lampau, salah satunya pada zaman Mesir kuno.

Dalam jurnal yang ditulis dua psikiater - Rosman dan Resnick (1989) — disebutkan bahwa menurut Herodotus, di zaman Mesir kuno suami-suami yang takut mayat istrinya dijadikan obyek seksual oleh para pembalsem sengaja menyimpan mayat istrinya sampai membusuk di rumah sebelum memulai ritual pembalseman.

Cerita lain tentang praktek necrophilia juga dapat ditelusuri dari legenda Raja Herod. Raja Herod disebut-sebut masih berhubungan seksual dengan mayat istrinya, Marianne, hingga tujuh tahun sejak sang raja membunuhnya.

Terakhir, dari catatan sejarah diketahui bahwa seorang tentara Perancis bernama sersan Bertrand telah membongkar beberapa makam wanita untuk berhubungan badan dengan mayat-mayat yang digalinya.

Cerita-cerita di atas sesungguhnya hanya sebagian kecil dari praktek necrophilia yang ditemukan pada masa lalu. Ladies, semoga saja cerita-cerita ini tidak bertambah banyak di jaman modern, setuju kan?

Ayu Liskinasih

(vem/ova)
What's On Fimela

Tag Terkait