Kebahagiaan Anak adalah Alasan untuk Sebuah Senyuman di Wajah Ibu

Endah Wijayanti diperbarui 01 Jan 2021, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: Mia Yusnita

Pada suatu sore beberapa tahun yang lalu, aku berkesempatan ngobrol panjang dengan bapak sembari ngemil biskuit, kacang rebus, dengan secangkir teh hangat di teras rumah. Mulai cerita zaman kenakalan masa muda beliau, saat bekerja menjadi pejuang rupiah sampai akhirnya memutuskan menikah dengan ibu. Kata bapak, "Kalau saja Ibumu dulu menilai Bapak dari banyaknya harta dan tampannya muka, mungkin Bapak jadi orang yang tidak akan pernah dilirik oleh Ibumu."

Bahkan untuk sekadar berjanji saja bapak tidak berani. Iya bapak tidak berani. Bapak tidak ingin membuat ibumu kecewa. Dan benar saja, kalau saja bapak dulu banyak menjanjikan mungkin saja sampai hari ini tidak ada yang benar-benar bisa bapak tepati.

Begitulah ibu yang kata bapak adalah wanita aneh yang tidak mau meminta apa pun. Tak pernah mengharap apa pun, bahkan tak pernah menuntut apa pun. Tapi tidak tahu dalam hatinya. Dan kami pun mengakhiri cerita sore itu dengan gelak tawa gembira.

Hubungan aku dan ibu sedari dulu seperti punya tembok pembatas. Kami berjarak, kami jarang sapa, kami tidak pernah akrab dan hangat seperti hubungan anak dan ibu semestinya. Mungkin karena lama berpisah. Banyak kejadian terlewat yang mungkin tak bisa diulang. Aku memilih menjauh walau tetap patuh. Aku memilih menyendiri dan mandiri. Kami saling tak tahu bagaimana cara mengisi kekosongan ini. 

2 dari 2 halaman

Kehangatan Cinta yang Mulai Kurasakan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/oduaimages

Setelah aku menikah, menjadi istri sekaligus ibu dan tinggal bersama suami, hubungan yang renggang sedikit demi sedikit mulai membaik. Nyatanya perpisahan setelah pernikahanku ini telah mengikat kita jauh lebih erat dari sebelumnya, juga membuat kami tetap memastikan kerat-kerat tetap terisi.

Ibu jadi lebih perhatian, sering bertanya, selalu berupaya ingin tahu, khawatir dan ingin sekali memastikan aku selalu baik-baik saja. Seperti apa yang beliau upayakan semasa mudanya bekerja untuk anak dan keutuhan keluarga agar aku bisa mengenyam pendidikan sampai merelakan masa bertumbuhku tanpa ibu.

Semenjak mengetahui kehidupanku baik-baik saja, kulihat senyum sumringah di sudut bibir ibu tiap kali kita berkunjung ke rumah untuk melepas kangen. Kekhawatiran, cemas, perasaan ragu yang beliau simpan sirna.  Di balik semua sikap yang dia tunjukkan selama ini, ibu tak pernah menagih syarat apa pun untuk mencintai. Balasan satu-satuya untuk cintanya ibu adalah kebahagianku. Ibu tidak aku memberi apa pun. Ibu hanya ingin aku bahagia.

Jadi memang benar apa kata orang, selain cinta tanpa syarat, cinta ibu ke anaknya adalah cinta yang sakit sebenarnya. Orang takut perpisahan, orang takut berpisah dari orang yang dicintainya. Tapi seorang ibu harus mau pisah dengan anaknya dari dirinya demi kebahagiaan demi kemandirian anaknya. Itu sakit. Beliau mengalami kesakitan demi kesakitan tidak hanya saat melahirkan, tapi saat ibu menguatkan hatinya untuk berpisah darimu. Maka bahagiakan ibumu, buat dia tersenyum dengan kamu bahagia. Karena bagaimana bisa kamu membahagiakan ibumu, sedangkan hidupmu sendiri tidak bahagia.

Ibu, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran hidup untukku. Benar sekali bahwa pelajaran berharga bukan pada hal yang baik-baik saja. Dipatahkan saat tumbuh. Ditinggalkan di saat butuh. Dan dilukai di saat sembuh. Semua itu adalah masa yang membentukku saat ini. Menjadi selembut kapas sekaligus sekuat karang di lautan. Supaya kita mengerti, bahwa kesulitan di hari ini yang membentuk kita di hari nanti.

Hai Ibu, apakah kamu sudah tersenyum hari ini?

#ChangeMaker