Mencintai Seseorang Ternyata Bisa Sesakit Ini, Ada Rasa yang Tak Bisa Mati

Endah Wijayanti diperbarui 03 Mar 2021, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.

***

Oleh:  Arcelia Hanna

Kala itu hatiku sedang patah-patahnya, hingga aku tak lagi dapat merasakan rasa cinta. Ya, sepertinya aku mati rasa. Sudah berulang kali kucoba untuk membuka hatiku pada lelaki baru yang berusaha mendekat, tapi hasilnya nihil.

Aku sama sekali tak bisa merasakan setitik pun rasa yang mereka berikan. Hingga pada suatu hari yang tak kusangka, seseorang mampu membuka hatiku, tanpa paksaan sedikit pun. Entah kenapa hatiku dapat terbuka begitu saja terhadapnya. Hari demi hari rasanya aku semakin tergila-gila padanya, padahal aku sendiri tak tahu pasti apa yang membuatku jatuh hati, hanya saja rasanya aku suka. Titik.

Setahun berlalu namun tak kunjung ada kepastian yang terlihat dalam kedekatan kami. Kala itu rasanya aku bingung. Entah harus mundur ataukah bersabar sedikit lagi. Hatiku gelisah. Tak jarang aku mendapat bisikan-bisikan dari teman-temanku untuk berhenti dan tak usah memikirkannya lagi.

Bahkan puncaknya pada hari ulang tahunku saat tanpa sengaja aku mendapat kabar bahwa dia masih mencintai mantan kekasihnya dan ia masih sering mengajak mantannya itu kencan. Kalian bisa bayangkan kan betapa hancurnya hari bahagiaku kala itu? Hahaha.

Aku menangis sejadi-jadinya sambil kuketik beberapa paragraf perpisahan yang menyatakan bahwa aku sudah lelah dan berterima kasih atas segala waktu bersama. Mirisnya ia hanya membalas dengan mencoba melelehkan suasana dan tak memberi pembelaan sedikitpun. Seakan hanya pasrah pada kelelahanku dan sama sekali tidak berusaha mempertahankan semuanya.

Hariku terasa sangat hambar, rasanya tak ada semangat padahal harusnya aku masih dalam momen bahagia sehabis berulang tahun, bukan?

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mencintainya

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/Srijaroen

Beberapa hari setelah kejadian itu, akhirnya kami sempat bertukar pesan, namun itu karena ada sesuatu hal di luar hubungan kami yang memang harus dibicarakan. Ketika pembicaraan kami selesai, entah kenapa ia berusaha melanjutkannya, bahkan ia mengajakku pergi kencan.

Tak munafik, aku senang karena ya pada akhirnya tindakanku kemarin membawa sedikit kemajuan. Tapi aku berusaha menahan diriku supaya tak terlihat terlalu berharap haha. Semenjak itu akhirnya kami semakin dekat bahkan jauh lebih baik dan tak lama kemudian akhirnya kami officially pacaran! Yeay.

Setelah pacaran, tentu saja tidak semua hari adalah hari baik. Entah aku yang masih trauma akan berita di hari ulang tahunku atau bagaimana, intinya kejadian itu membawaku menjadi seorang yang curiga kepada pasanganku. Ditambah lagi ia memang tak pernah menjelaskan apa pun.

Berkali-kali aku kesal dibuatnya bahkan sering kali terbesit untuk menyudahi hubungan ini, namun ia selalu berhasil meluluhkan kesalku. Bahkan setiap kali ia berhasil meluluhkanku, ia juga berhasil membuatku tambah cinta kepadanya. Entahlah sepertinya ia punya sihir?

Bulan ke bulan kami masih tetap bersama, hingga puncaknya terjadi beberapa bulan setelah anniversary hubungan kami yang pertama. Saat itu sebenarnya aku hanya sedang mencoba melihat usahanya. Aku mencoba bersikap sangat dingin terhadapnya dan pada awalnya ia tetap berusaha sih, tapi belum begitu lama akhirnya dia kelelahan dan malah dia yang menghilang begitu saja.

Perasaanku campur aduk. Kesal, sedih, marah, bingung, tak bisa diungkapkan. Akhirnya kami saling diam selama beberapa hari, hingga akhirnya aku mengajaknya bertemu untuk berbicara. Waktu itu entah kenapa hatiku sangat yakin bahwa tak ada cinta lagi yang tersisa dalam dirinya.

Benar saja, setelah kami bicara berdua, dia akhirnya mengaku bahwa ia sedang jenuh. Ya mau bagaimana lagi? Aku juga tidak mungkin bisa bertahan jika ia terus seperti ini kan? Kami pun sepakat untuk sekadar “break” dengan waktu yang tidak ditentukan pastinya.

Mataku sembab karena selalu menangis setiap malamnya. Hatiku juga pedih karena aku masih sangat cinta. Tapi life must go on, right? Aku memutuskan untuk kembali bangkit dan menyibukan diriku di kampus.

Setelah seminggu aku menangis akhirnya aku merasa lebih baik dan bisa mengontrol perasaanku. Namun pertahananku kembali runtuh ketika aku harus berhadapan muka dengannya. Kami memang masih sering bertemu karna kami ada dalam satu komunitas yang sama. Hari itu setelah bertatapan dengannya aku merasa gemetar seakan ingin menangis saat itu juga. “Oh Tuhan, aku cinta dia! Kenapa sih harus begini?” hanya itu yang bisa terucap dalam hatiku. 

Walaupun kami sudah tidak bersama lagi, namun aku juga masih bisa merasakan bahwa ternyata dia masih cinta padaku. Hal ini terus berlangsung selama setahun lamanya. Kami masih sering bertukar pesan beberapa kali, bahkan kami sempat pergi kencan sekali.

Entah kenapa aku memang masih merasakan koneksi itu padanya. Hati kami masih terhubung dan memang sejatinya hati kami telah memilih satu sama lain, sepertinya. Momen kedekatan kami terus berlangsung dengan baik walau tidak intens, hingga suatu hari kami ngobrol cukup dalam mengenai diri kami satu sama lain.

3 dari 3 halaman

Rasa yang Tak Akan Pernah Hilang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/Twinsterphoto

Ternyata selama setahun ini, walaupun kami masih saling kontak terkadang, namun kami juga sempat dekat dengan orang lain. Sejak saat itu, dia tiba-tiba kembali menghilang, entah kecewa karena ia pikir aku berpaling atau bagaimana? Tapi harusnya aku juga boleh kecewa dong? 

Sejak saat itu juga ia lebih memperlihatkan kedekatannya dengan perempuan yang sedang dekat dengannya. Anehnya pertahananku kembali runtuh. Cintaku kembali tergali. Pedihku muncul lagi. Kembali lagi terjadi hari-hari penuh tangisan seperti yang kulakukan tahun lalu. Aku mengutuki diriku sendiri. Padahal aku sudah sejauh ini tapi lagi-lagi pertahananku runtuh dengan mudahnya dan kembali jatuh cinta pada kesekian kalinya. 

Aku kembali pada aktivitasku yang padat untuk dapat mengalihkan pikiranku. Bertemu teman-teman, menjadi salah satu penawar rasa pedihku. Hingga akhirnya aku bisa benar-benar merasa ikhlas. Bahkan tak sedikit pun aku berharap ada pesan darinya lagi atau bahkan aku sudah bisa merelakan segala kenanganku. Tak lagi kubaca riwayat chat yang kini masih kusimpan, tak lagi kubuat puisi-puisi tentang persaanku padanya. Akhirnya aku bisa merasa siap untuk membuka hatiku dan mencari dambaan hati yang baru.

Kucoba mencari di sana dan di sini, mencoba dekat dengan yang ini dan yang itu, tapi ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Justru di saat aku kembali ingin membuka hatiku, wajahnyalah yang masih terbayang di kepalaku.

Ternyata hatiku masih saja merindukannya. Kini sudah hampir tiga tahun lamanya kami berpisah. Sudah tak ada komunikasi yang berarti pula, namun masih saja ada hari-hari saat aku merindukannya dan menangis di kala malam datang. Entahlah sampai kapan akan begini. Ia membuatku jatuh cinta seribu kali bahkan lebih. Walaupun hatiku terasa pedih setiap kali mencintainya tapi rasa itu tak pernah mati hingga saat ini. 

#ElevateWomen