Diary Fimela: Berawal dari Semangat Berbagi, SukaSaji jadi Bisnis yang Profitabel

Novi Nadya diperbarui 04 Nov 2021, 05:04 WIB

Fimela.com, Jakarta Bisnis makanan dibidik banyak orang selama pandemi, begitu juga dengan kehadiran usaha F&B SukaSaji. SukaSaji didirikan dengan semangat berbagi di masa pandemi, di mana kebutuhan berkirim makanan semakin tinggi.

SukaSaji didirikan oleh dua founder perempuan yang sudah bersahabat sejak SMP, Ratih Kuswardhani dan Rara Padmitha. Keduanya sama-sama hobi masak, terutama Rara, keluarganya dikenal gemar memasak dalam porsi besar untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma pada orang-orang terdekat.

Seperti di masa pandemi, membagikan dan mengirimkan makanan menjadi esensial. Terutama bagi orang yang sedang karantina di rumah karena terpapar Covid-19 serta berkirim makanan sebagai penyambung silaturahmi yang terputus sejak pandemi. 

"SukaSaji berawal dari suka menyajikan, nyokap punya kebiasaan yang tipenya belanja banyak terus kasih-kasih ke orang. Nah, saat pandemi, kirim-kirim makanan juga jadi bahasa cinta banyak orang, terutama masakan rumahan dan makanan yang nyaman di perut," ujar Rara saat ngobrol bareng Fimela.

What's On Fimela
Founder SukaSaji Rara Padmitha (Foto: Dok. Pribadi)
2 dari 4 halaman

Kepuasan Hati dan Kepuasan Pelanggan

Founder SukaSaji Ratih Kuswardhani (Foto: Dok. Pribadi)

Ratih dan Rara sendiri sebenarnya sudah memiliki bisnis masing-masing. Ratih di bidang fashion sementara Rara sudah lebih dulu berkecimpung di industri kuliner lewat usaha minuman kekinian.

Dengan pengalaman bisnis yang digabungkan, keduanya memilih untuk menjalani usaha yang go with the flow. Tak terlalu saklek dengan business plan namun tetap dikelola secara profesional.

"Pasti bikin bisnis untuk dapat untung, tapi kami enggak terlalu yang business mindset. Yang terpenting orang suka dengan masakan kami, karena masih lebih besar ke semangat untuk memberinya," lanjut Rara.

Rara bisa mengatakan hal tersebut karena ia memiliki pembanding dengan usaha F&B pertamanya. Meski bisnis berjalan sesuai rencana namun ia tetap merasa tidak utuh.

"Mindset-nya profit banget, tapi aku ngejalaninnya seperti pengin lari dan mau stres, karena bukan passion aku. Sementara di SukaSaji walau untung masih belum banyak, sampai ada drama oven meledak, tapi senang aja ngejalaninnya," tambah Rara.

3 dari 4 halaman

Bisnis Pelanggan Sentris

Lasagna menu Sukasaji (Foto: Instagram @sukasaji)

Meski menjalani bisnis sesuai passion, bukan berarti perjalanannya menjadi selalu mulus. Namun saat hambatan datang, justru menjadi ujian yang harus diselesaikan dan berujung menambah kekuatan brand SukaSaji sendiri.

Seperti saat mulai mendapatkan pelanggan dari lokasi yang cukup jauh dari dapur SukaSaji yang terletak di Rempoa, Tangerang Selatan dan Cinere, Depok. Rara dan Ratih menginisiasi ongkos kirim flat agar tidak memberatkan pelanggan. 

"Setahun pertama enggak mikirin profit, yang terpenting customer oriented, dari service-nya sampai experience-nya semua harus holistik. Kalau dulu di bisnis sebelumnya perhitungan banget untuk bahan baku dan harga jual, di sini aku ngalah, tapi jadnya lebih rewarding dan banyak yang repeat order," sambung Rara.

Beruntungnya Rara dan Ratih merupakan partner yang saling melengkapi. Karena dapur SukaSaji menjalani penjualan berdasarkan permintaan lewat pre order setiap akhir pekan, dibutuhkan konsistensi dari segi kualitas masakan dan juga pemasaran.

"Kalau sudah mulai moody, ada Ratih yang selalu ingetin, dan kami langsung ingat lagi aja awal mulanya start binsis ini. Kami memulai dengan hati dan dengan apa yang sudah dipunyai serta menginginkan bisnis yang kontinuitas," timpal Ratih.

4 dari 4 halaman

Inovasi SukaSaji

Mie Ayam menu Sukasaji (Foto: Instagram @sukasaji)

Sudah setahun berjalan, Ratih dan Rara masih memiliki tujuan yang sama untuk terus mengembangkan SukaSaji. Salah satunya dengan berinovasi dengan menu makanan baru untuk menambah daftar sajian yang bisa dipesan.

Seperti pengembangan menu mi ayam jamur yang menjadi best seller dengan menambahkan variasi mi ayam rica dan terbaru mi kangkung. Menu-menu lain di SukaSaji juga dipilih berdasarkan riset, seperti di festive season, ada lasagna, shepherd's pie, sampai tiramisu dengan porsi yang bisa dimakan ramai-ramai.

"Selain konsisten, cara tahu bisnis akan sustain adalah kalau kita terus mikir ke depan, gimana survive-nya, dan balik lagi, inget saat awal buka bisnis makanan. Kami reguler keluarin menu baru yang jadi trik menarik market baru dan mempertahankan yang sudah ada," ujar Ratih.

Bagi Ratih sendiri, SukaSaji memiliki bisnis dengan rasa sentimental. Terutama awal memilih menu mi ayam yang kini menjadi salah satu signature menu di SukaSaji.

"Mi ayam sendiri jadi one of a best seller dan ada cerita sentimental karena aku dan bokap suka banget makanan ini. Selain hasil riset, menu ini dipilih untuk mengenang almarhum bokap," imbuh Ratih.

Ratih dan Rara juga menampik jika memiliki partner perempuan berisiko rawan bentrokan. Di era women empowerment ini justru saatnya para perempuan saling memberdayakan, dan tidak segan meminta bantuan jika memerlukannya.

"Kami malah merasa beruntung bisa bekerja sama, meski kami sama-sama independent, tapi saat enggak bisa handle, jangan sungkan untuk bilang dan minta tolong ke partner. Begitu juga soal keuangan, harus dibicarakan secara transparan," tutup Rara yang disetujui Dhani.

#ElevateWomen