7 Cara Menenangkan Diri saat Gagal agar Bisa Bangkit Kembali

Endah WijayantiDiterbitkan 27 Maret 2025, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kegagalan sering kali datang tanpa aba-aba, menampar kenyataan dengan keras, dan meninggalkan jejak yang sulit dihapus dalam benak. Tidak ada satu pun orang yang kebal terhadapnya, termasuk mereka yang tampak selalu berhasil.

Cuma, yang membedakan setiap individu bukanlah ada atau tidaknya kegagalan, melainkan bagaimana seseorang meresponsnya. Ada yang terpaku dalam kekecewaan berkepanjangan, ada pula yang menjadikannya pijakan untuk melompat lebih tinggi.

Sahabat Fimela, ketenangan adalah salah satu kunci utama untuk tidak terseret arus kegagalan. Bukan berarti melupakan atau mengabaikan, tetapi menemukan cara yang sehat untuk mengolah perasaan agar bisa bangkit lebih kuat. Berikut adalah tujuh cara yang dapat membantu menenangkan diri saat gagal, agar langkah berikutnya lebih mantap dan penuh keyakinan.

What's On Fimela
2 dari 8 halaman

1. Melihat Kegagalan sebagai Tambahan Pengalaman

Rasa rindu./Copyright Fimela - Adhib Mujaddid

Saat kegagalan terjadi, ada kecenderungan untuk mengaitkannya dengan harga diri. Seakan-akan satu kesalahan menentukan seluruh nilai diri. Padahal, kegagalan hanyalah sebuah data—bukan cerminan utuh siapa diri seseorang. Seperti seorang ilmuwan yang bereksperimen, setiap percobaan yang gagal memberi informasi penting untuk langkah berikutnya.

Alih-alih larut dalam perasaan bersalah, Sahabat Fimela bisa mengamati kegagalan secara objektif. Apa yang tidak berjalan sesuai harapan? Faktor mana yang bisa diperbaiki? Sikap ini memungkinkan seseorang mengambil pelajaran tanpa harus menanggung beban emosional yang berlebihan.

Ketika kegagalan diperlakukan sebagai data, akan lebih mudah untuk membuat strategi baru. Setiap keputusan yang dibuat pun lebih rasional, tanpa bayang-bayang kecemasan yang menghambat.

3 dari 8 halaman

2. Memberikan Ruang untuk Beristirahat atau Mengambil Jeda

Penuh kedamaian dan kebahagiaan./Copyright Fimela - Adhib Mujaddid

Terlalu cepat bangkit tanpa jeda bisa menjadi jebakan. Seperti otot yang membutuhkan pemulihan setelah latihan berat, mental juga memerlukan waktu untuk pulih setelah terpukul kegagalan. Memaksakan diri untuk segera melawan rasa kecewa justru dapat memperpanjang luka.

Meluangkan waktu untuk mencerna apa yang terjadi adalah langkah yang wajar. Beristirahat bukan tanda menyerah, tetapi kesempatan untuk mengembalikan energi. Sahabat Fimela bisa mencoba melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti berjalan-jalan, membaca buku favorit, atau sekadar menikmati waktu sendiri tanpa tekanan.

Dengan memberi ruang untuk pulih, emosi akan lebih stabil, dan pikiran pun lebih jernih. Dari sini, keputusan yang diambil setelahnya akan lebih bijaksana.

4 dari 8 halaman

3. Menyadari bahwa Kesuksesan pun Penuh Gagal

 Hidup yang sederhana./Copyright Fimela - Guntur Merdekawan

Jika diperhatikan, semua kisah sukses yang menginspirasi memiliki satu kesamaan: mereka melalui kegagalan berkali-kali sebelum mencapai puncaknya. Tidak ada jalan lurus menuju keberhasilan. Setiap pencapaian besar justru dibangun dari serangkaian kesalahan dan pembelajaran.

Melihat kegagalan sebagai bagian alami dari proses akan membuatnya terasa lebih ringan. Sahabat Fimela bisa mengingat bagaimana para tokoh besar mengalami kejatuhan sebelum menemukan jalannya. Ini bukan berarti kegagalan harus diterima begitu saja, tetapi cukup untuk menyadarkan bahwa ia bukan akhir dari segalanya.

Dengan perspektif ini, akan lebih mudah untuk terus bergerak maju. Tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan, sama seperti tidak ada matahari tanpa malam.

5 dari 8 halaman

4. Berbicara dengan Diri Sendiri dengan Penuh Pengertian

Cantik./Copyright Fimela - Daniel Kampua

Sikap terhadap diri sendiri setelah gagal sering kali lebih keras daripada yang diterima dari orang lain. Kalimat seperti "Aku memang tidak berbakat" atau "Kenapa aku selalu gagal?" hanya akan memperburuk keadaan. Padahal, cara berbicara dengan diri sendiri sangat memengaruhi mental dan motivasi.

Mengganti narasi negatif dengan kalimat yang lebih membangun dapat membuat perbedaan besar. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, Sahabat Fimela bisa mengatakan, "Aku sedang belajar. Kegagalan ini bagian dari prosesku." Kalimat sederhana ini dapat memberikan efek menenangkan dan menghindarkan dari perasaan tidak berdaya.

Saat diri sendiri diperlakukan dengan lebih penuh pengertian, energi untuk bangkit pun lebih mudah muncul. Tidak ada salahnya bersikap lembut terhadap diri sendiri, terutama saat sedang dalam masa sulit.

6 dari 8 halaman

5. Mengurangi Paparan terhadap Tekanan Eksternal

Tentang menyikapi hidup./Copyright Fimela - Adhib Mujaddid

Dunia luar sering kali tidak bersahabat terhadap mereka yang sedang mengalami kegagalan. Media sosial, ekspektasi orang lain, atau bahkan lingkungan kerja bisa menambah tekanan yang seharusnya tidak perlu ada. Sahabat Fimela bisa mengambil langkah mundur sejenak untuk menjauh dari distraksi yang tidak membantu.

Menyaring informasi dan interaksi yang masuk dapat membuat pikiran lebih fokus pada pemulihan. Tidak semua hal perlu segera direspons, dan tidak semua pendapat harus diinternalisasi. Mengelola batasan ini penting agar proses bangkit kembali bisa berlangsung dengan lebih tenang.

Dengan menjaga jarak dari tekanan eksternal, perhatian bisa lebih diarahkan pada hal-hal yang benar-benar penting. Ini bukan berarti menghindari tanggung jawab, melainkan memilih lingkungan yang lebih mendukung pemulihan.

7 dari 8 halaman

6. Mencari Perspektif dari Orang yang Lebih Berpengalaman

Pengembangan diri./Copyright Fimela - Daniel Kampua

Terkadang, kegagalan terasa lebih besar dari kenyataannya hanya karena perspektif yang masih terbatas. Berbagi cerita dengan orang yang lebih berpengalaman dapat membantu melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.

Sahabat Fimela bisa mencari mentor, teman, atau keluarga yang bisa memberikan nasihat tanpa menghakimi. Mendengarkan pengalaman mereka dalam menghadapi kegagalan bisa memberikan inspirasi bahwa setiap hambatan bisa diatasi.

Berbagi dengan orang lain juga dapat mengurangi perasaan terisolasi. Kegagalan sering kali terasa lebih berat ketika dipikul sendirian, tetapi akan lebih ringan saat dibagi dengan orang yang tepat.

8 dari 8 halaman

7. Menyusun Rencana Baru dengan Lebih Realistis

Menjalani hidup./Copyright Fimela - Guntur Merdekawan

Setelah emosi lebih tenang, saatnya kembali ke langkah konkret. Membuat rencana baru dengan lebih realistis dapat menjadi jembatan untuk bangkit. Bukan sekadar mengulang strategi lama, tetapi benar-benar mengevaluasi dan menyesuaikan pendekatan agar lebih efektif.

Sahabat Fimela bisa memulai dengan langkah kecil yang bisa segera dijalankan. Membangun kembali kepercayaan diri dari pencapaian kecil akan lebih efektif daripada langsung menargetkan sesuatu yang besar.

Kegagalan bukan tanda akhir, tetapi kesempatan untuk mencoba dengan cara yang lebih baik. Dengan rencana yang lebih matang dan perspektif yang lebih bijaksana, bangkit kembali bukan sekadar impian, melainkan tujuan yang bisa dicapai.

Sahabat Fimela, kegagalan memang tidak pernah menyenangkan, tetapi cara menyikapinya dapat menentukan ke mana langkah selanjutnya. Dengan menenangkan diri terlebih dahulu, seseorang dapat melihat peluang di balik setiap keterpurukan.

Tidak perlu terburu-buru, yang penting adalah terus bergerak maju dengan keyakinan baru. Setiap orang berhak bangkit dan menemukan jalannya kembali.