Empat puluh tahun kemudian, Alessandro Michele menerjemahkan metafora itu menjadi bahasa mode, menciptakan busana yang menjadi “kilau kecil dalam malam panjang”, sebuah simbol perlawanan terhadap keseragaman dan kegelapan modern. [Dok/Valentino].
Panggung Valentino SS26 benar-benar tampak berpendar. Michele menghadirkan perpaduan busana pria dan wanita dalam satu garis cerita yang penuh eksperimen. [Dok/Valentino].
Gaun transparan bertabur payet emas dan perak memantulkan cahaya seolah-olah ratusan kunang-kunang beterbangan di udara. Ada juga gaun gaya flapper yang seluruh permukaannya diselimuti sequin krom, sementara pinggangnya disulam dengan motif kunang-kunang berkilau. [Dok/Valentino].
Sebuah gaun tipis berwarna keemasan dihiasi detail ular dari sequin yang melingkar lembut di tubuh model, sensual, mistis, namun tetap elegan. Di sisi lain, busana pria tampil dengan sentuhan lembut dan puitis: blazer berlipat alami seperti kain yang telah hidup lama, atau jaket dengan bentuk pinggang feminin yang memberi kesan androgini. [Dok/Valentino].
Melalui “Fireflies”, Michele bukan sekadar memperkenalkan arah baru bagi Valentino, tetapi juga menyampaikan pesan: mode bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap dunia yang semakin seragam. “Cahaya-cahaya kecil” yang ia hadirkan di atas kain adalah simbol dari harapan, imajinasi, dan keberanian untuk tetap berbeda. [Dok/Valentino].