Sukses

Entertainment

Eksklusif GAC dan energi yang tertuang di album Resonance

Fimela.com, Jakarta Penghargaan mungkin bukan hal utama yang jadi target utama GAC dalam bermusik. Namun dua piala AMI Awards dan satu trofi APM 2018 yang dikoleksi Gamaliel, Audrey dan Cantika akhir September lalu menjadi bentuk apresiasi yang memang layak dibanggakan.

***

Perjalanan musik GAC dimulai 9 tahun lalu, ketika mereka saling menemukan satu sama lain melalui social media dan karaoke. Berawal dari percobaan iseng, potensi mereka pun dilirik label ternama di Indonesia.

Tahun 2010 Gamaliel, Audrey dan Cantika merilis single debut Ingin Putus Saja yang berbarengan dengan maraknya trend boyband dan girlband di industri musik tanah air. Bedanya hanya satu, GAC masih bertahan dan semakin matang di masa sekarang.

Kata matang mungkin paling cocok menggambarkan journey musik ketiga penyanyi ini. Dari album perdana (GAC), mereka tumbuh jadi lebih kuat di album kedua (Stronger) dan semakin berkarakter di album ketiga (Resonance).

Tak hanya matang secara individu, sebagai team mereka pun kian solid. Album ketiga begitu terasa personal lantaran keterlibatan penuh GAC dalam setiap lagunya. Mereka menentukan tema lagu, menulis lirik bahkan mengonsep video music yang keren seperti Sailor.

"Di album ketiga ini kami bener-bener mulai dari nol. Kami dikirim workshop ke Swedia, bikin lagu dan rekaman di sana. Akhirnya jadi 11 lagu yang secara keseluruhan seperti sebuah journey," ujar GAC dalam wawancara bersama Fimela.com 8 Oktober kemarin.

Album Resonance sendiri menampung perspektif GAC tentang diri mereka serta fenomena yang terjadi di sekitar. Simak penuturan Gamaliel, Audrey dan Cantika tentang spesialnya album ketiga mereka secara eksklusif di Fimela.com.

Energi di album Resonance

Bagi musisi, album bisa memiliki makna yang berbeda-beda. Bagi Gamaliel, Audrey dan Cantika album ketiga ini jadi bukti kerja keras dan perkembangan mereka selama ini. Diberi tajuk Resonance, album ini bisa dibilang paling personal bagi mereka bertiga.

Perjalanan Resonance ini seperti apa awalnya?

Audrey: Jadi di album ketiga kita diberangkatkan lagi ke Swedia. Tapi sebelum berangkat ke sana kita udah brainstorm untuk menentukan tema-tema lagunya. Cuma lagunya beneran belum ada yang kita bikin, trus nyampe di sana ada beberapa tema yang kita bikin. Tema albumnya lebih beragam sih, ada tentang cinta, soal social issue juga. 

Apa sih makna Resonance sehingga dipilih sebagai judul album?

Gamaliel: Resonance itu awalnya dari sebuah kuis. Waktu itu kita mau manggung di sebuah festival di Jakarta, kita mau kasih tiket gratisan. Dan waktu itu hampir perilisan album, sekitar sebulan sebelumnya. Trus kita mikir apa ya kuisnya, akhirnya kita bikin pertanyaan apa ide judul untuk album kita dan apa alasannya? Ada satu orang nyebutin Resonance dan dia naruh definisinya, Resonance adalah dampak dari suara yang tercipta, dan kita pengennya di album nggak cuma didengerin trus udah, tapi apa dampak yang didapatkan setelah mendengarkan lagu-lagu di album kita ini.

Cantika: Jadi kita bikin lagu-lagunya dulu, baru ketemu judul Resonance.

Kenapa album ini harus didengarkan urut dari track pertama hingga ke-11?

Cantika: Biasanya setelah lagunya habis kan ada jeda hening gitu, jadi di beberapa track ada yang kita sambungin. Tujuannya adalah album ini bisa jadi journey dari awal sampai abis, jangan diskip atau dishuffle, karena kita pengen mereka mendapat experience yang kita suguhkan.

Di era sekarang banyak musisi yang single-oriented ketimbang album, opini kalian?

Gamaliel: Nah itu kalau satu lagu adalah satu cerita, album bisa jadi kaya perjalanan gitu. Menceritakan cerita yang lebih besar lagi. Sebenarnya banyak yang ngeluarin single-single, which is bagus, tapi kenapa kita ngeluarin sambungan2 supaya bisa jadi perjalanan yang orang experience. Di album itu ada kebahagiaan, social issue, kesedihan. Pengennya orang pas denger lagu bisa relate di album itu. 

Cantika: Kalau album enaknya bisa ngangkat berbagai topik. dia ngerasa apa, dia bisa ngerasain di lagu tertentu gitu.

Pengalaman GAC menggarap terlibat di penggarapan semua lagu bagaimana?

Audrey: Inspirasinya dari pengalaman pribadi pasti ada. Kita juga menulis tentang isu yang terjadi di Indonesia, dari curhat colongan juga ada. 

Cantika: Pas di album kedua, Stronger puji Tuhan kita udah dikasih pendengar gitu. Jadi di album ketiga kita pengennya cinta tetap ada tapi ada juga pesan yang kita nggak bisa omongin, atau yang kalo kita tulis terlalu sensitif, jadi kita tuanginnya lewat lagu. Lagu Satu dan Suara itu kan social issue, jadi pesannya disampaikan lewat lagu.

Gamaliel: Di album ketiga ini kami bener-bener kayak mulai dari nol. Kami dikirim workshop ke Swedia kerjasama dengan produser di sana, bikin lagu dan rekaman juga di sana. Akhirnya jadi 11 lagu yang secara keseluruhan seperti sebuah journey.

Dalam proses kreatif menulis lagu, ada spesialisasi atau pembagian tugas nggak di antara kalian?

Audrey: Kita duduk bertiga biasanya, dibantu sama music producer. Kalau pas bikin lirik paling ntar sendiri-sendiri dulu. Ntar kalau pas ada ide ngumpul dibahas mana yang lebih enak, lebih bagus. Tapi kalo denger lagu-lagu GAC itu kan suka ada hook-hooknya itu, nah itu Gamal raja hook tuh.

Gimana membuat hook yang ngena?

Gamaliel: Mungkin kalo belum nyangkut belum bagus berarti. 

Cantika: Biasanya kita ngetesnya di kita sendiri sih. Biasanya kita bikin sebelum makan siang. Kalo abis makan siang ternyata lupa, berartinya hook-nya ngga nyangkut.

Lagu mana yang paling sering kalian denger di album Resonance ini?

Audrey: Agak susah sih kalo milih satu lagu karena sebelum album rilis kan udah ada 4 single, jadi pas rilis Suara suka dengerin itu, dan seterusnya. Tapi kalo akhir-akhir ini sih lagi sering denger Lagu Hari Ini buat bangun dan mandi.

Gamaliel: Kalau gue cukup bangga karena bisa dengerin album ini, play dari awal sampai akhir. Nggak yang di-next-in gitu. Apalagi pas di mobil nyetir dari Jakarta ke Karawaci (rumah Gamal) itu pas tuh satu album ngeloop sampai rumah. 

Cantika: Waktu pas awal-awal tuh Satu sih. Karena kita joget terus dari studio sampe mau pulang, walaupun belum ada lirik udah ngedance. Trus pas udah rilis semua single dan album, bener sih aku seneng dengerin Sailor.

GAC, hidden treasure dan fashion

Gamaliel, Audrey dan Cantika mewakili semangat generasi muda melalui karya-karya mereka. Namun setelah tiga album tentu ada sebuah hidden treasure, atau karya yang sebenarnya bagus tapi kurang populer.

Di sesi ini GAC juga menceritakan bagaimana pengaruh fashion dalam karier musik mereka. Bahkan mereka sempat mengalami masalah besar karena kurang perhatian soal cara berbusana. Seperti apa?

Apa sih lagu hidden treasure GAC yang mungkin belum dan perlu didengarkan orang?

Gamaliel: I Want You sih. Karena itu lagu berbahasa Inggris full pertama yang kita bikin tapi nggak pernah dikeluarin jadi single. Tapi kita bawain di off air. Ada satu lagi yang nggak pernah kita bawain sama sekali, judulnya Go. Itu keren banget tapi mungkin kesempatannya berbeda ya.

GAC kepikiran buat album akustik?

Audrey: Belum kepikiran sih, tapi kalau versi akustik kita pernah ngerilis Cinta yang rilisnya di YouTube aja. Tapi kayanya seru sih, mungkin bukan album ya, EP kayanya. Biasanya kita kalo lagi promo di radio juga akustikan kan. Jadi ya mungkin aja sih.

 

Sedikit menyinggung tentang fashion, dari 2010 sampai 2018 ada outfit yang disesali nggak sih?

GAC: Wahhh, ada banget sih itu hahaha. Penampakannya kayak permen. Nggak ngerti sih waktu itu kita pake baju warna-warni banget. Gue pake baju atasannya dress ungu, stocking kuning. Gamal jaket biru muda, celananya orange dengan selendang batik. Kalo Audrey atasannya pink, trus pake iketan kuning, dan hotpants biru muda, trus ada batik yang dikaryakan jadi bandana. Jadi waktu itu di acara TV temanya tuh batik dan kita nggak dikasih tahu, jadi batiknya kita cari di sana, sedih banget nggak sih hehe. Itu kejadiannya 2011an.

Seberapa krusial fashion buat GAC?

Cantika: Penting banget. Sebenarnya ada pengalaman juga kita sampe di blacklist sebuah brand besar, karena kita pake bajunya nggak dipikirin. Kita nggak janjian pake baju apa, pokonya langsung berangkat dan itu berantakan banget sih. Setelah tampil di sana, kita nggak pernah diajak lagi sampe bertahun-tahun gitu, baru kemarin sempet diundang lagi. 

Perlu pakai seragam?

Audrey: Nggak harus seragam sih sebenernya. Jadi setelah kejadian diblack list itu kita banyak belajar perform itu nggak cuma audio tapi visual juga penting. Kita lebih prepare dengan baju yang senada, atau lebih ke warnanya sama. Kaya yang kita pake sekarang sebenarnya modelnya beda, tapi warnanya kita samain. 

Korelasi fashion dan musik kalian sejauh mana?

Cantika: Mungkin kalau di album kedua temanya lebih dominan dengan monokrom. Trus kalau di album yang ketiga lebih ke warna yang earthy, kaya ijo gini atau warna lain. Tapi warnanya nggak yang ngejreng banget kayak neon sih. Kita nggak pernah membatasi kayak harus hitam putih selamanya, siapa tau nanti di album keempat beda lagi.

Kriteria style fashion yang keren versi GAC?

Gamaliel: Yang penting nyaman dan membuat kalian merasa keren. Nyaman pasti sih, tapi kalau orang lihatnya keren tapi kita nggak merasa pede nggak enak juga. Jadi orang bisa ngeliat kita pede itu sesuatu yang keren menurut kita.

Soal musik dan fashion, mengikuti trend itu hal yang sah-sah aja atau tidak?

GAC: Sah-sah aja sih asal nyaman sih.

Cantika: Kita waktu kemarin pas bikin musik di Swedia, produsernya sempat sebutin musisi luar, trus ditanya mau dibikin kaya gini nggak musiknya? Trus kita bilang kayanya nggak deh. Jadi sah-sah aja mau ngikutin trend, tapi kalau nggak nyaman ya nggak usah diikutin.

Itulah hasil perbincangan kami dengan Gamaliel, Audrey dan Cantika yang mungkin bisa jadi inspirasi bagi Sahabat Fimela. Semoga industri musik semakin keren dan berwarna dengan kehadiran GAC.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading