Sukses

Fashion

Ketika Adibusana Berpadu dengan Mode Cepat Hadirkan Koleksi yang Lebih Terjangkau

Fimela.com, Jakarta Industri fast fashion seringkali dikritik karena dampak lingkungannya dan isu etika produksi. Namun, strategi kolaborasi dengan desainer ternama telah menjadi salah satu cara merek fast fashion untuk meningkatkan citra, menawarkan desain eksklusif dengan harga terjangkau, dan menjangkau pasar yang lebih luas. Kolaborasi ini memungkinkan konsumen untuk memiliki "potongan" dari desainer favorit mereka tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

Berikut adalah beberapa desainer dan rumah mode ternama yang pernah meramaikan kancah fast fashion dengan kolaborasi mereka:

H&M: Pelopor Kolaborasi Desainer dalam Fast Fashion

H&M bisa dibilang menjadi pionir dalam tren kolaborasi desainer dengan fast fashion. Sejak awal tahun 2000-an, H&M telah secara konsisten menghadirkan koleksi kapsul hasil kerja sama dengan desainer-desainer papan atas. Kolaborasi ini seringkali sangat dinanti dan menyebabkan antrean panjang di toko-toko.

Beberapa nama besar yang pernah berkolaborasi dengan H&M antara lain:

Karl Lagerfeld (2004): Kolaborasi ini menandai dimulainya era kolaborasi desainer-fast fashion yang fenomenal. Koleksi ini terjual habis dalam hitungan jam.

Stella McCartney (2005): Dikenal dengan komitmennya terhadap keberlanjutan, kolaborasi McCartney dengan H&M menawarkan gaya khasnya yang modern dan minimalis.

Maison Martin Margiela (2012): Kolaborasi ini menampilkan interpretasi ulang dari arsip desain Margiela yang ikonik.

Isabel Marant (2013): Koleksi ini menghadirkan gaya bohemian-chic khas Marant yang kasual namun stylish.Alexander Wang (2014): Kolaborasi dengan desainer asal Amerika ini fokus pada gaya sporty dan futuristik.

Balmain (2015): Koleksi ini menciptakan kehebohan besar dengan desain yang berani, berornamen, dan identik dengan gaya Balmain Army.

Moschino [TV] H&M (2018): Jeremy Scott, direktur kreatif Moschino, menghadirkan koleksi yang playful, pop-culture, dan penuh logo.

Giambattista Valli (2019): Kolaborasi ini menampilkan gaun-gaun tulle nan megah dan romantis khas Valli.

Mugler (2023): Kolaborasi ini menghadirkan siluet khas Mugler yang berani, seksi, dan futuristik.

Rabanne (2023): Kolaborasi ini membawa estetika futuristik dan material metalik khas Rabanne.

UNIQLO: Fokus pada Desain Fungsional dan Esensial

Berbeda dengan H&M yang lebih sering berkolaborasi dengan rumah mode mewah, UNIQLO cenderung memilih desainer yang memiliki visi selaras dengan filosofi LifeWear mereka: pakaian berkualitas tinggi, fungsional, dan esensial.

Beberapa desainer dan tokoh kreatif yang pernah berkolaborasi dengan UNIQLO meliputi:

• Jil Sander (seri +J): Kolaborasi ini menghadirkan koleksi minimalis, bersih, dan fungsional yang sangat sukses dan kembali diluncurkan beberapa kali.

• Christophe Lemaire (Uniqlo U): Kolaborasi jangka panjang ini telah menghasilkan koleksi yang sangat dicari, menawarkan desain yang sederhana, modern, dan berkualitas tinggi. Lemaire bahkan menjadi Direktur Artistik untuk Uniqlo U.

• Ines de la Fressange: Model dan ikon gaya Prancis ini menghadirkan koleksi yang elegan, klasik, dan chic dengan sentuhan Prancis.

• JW Anderson: Desainer asal Inggris ini membawa gaya khasnya yang inovatif dan playful, seringkali dengan sentuhan British heritage.

• KAWS: Seniman visual ini terkenal dengan koleksi UT (Uniqlo T-shirt) yang sangat populer, menampilkan karakter-karakter khasnya.

• Clare Waight Keller (UNIQLO : C): Mantan direktur kreatif Givenchy ini menghadirkan koleksi dengan siluet yang sophisticated dan detail yang cermat.

• Anya Hindmarch: Dikenal dengan desain aksesori yang unik dan humoris, kolaborasinya dengan Uniqlo membawa sentuhan playful pada pakaian esensial. 

Zara: Kolaborasi yang Lebih Selektif

 

Pilati meluncurkan Random Identities pada tahun 2017 dan mengubah Ermenegildo Zegna Group menjadi direktur kreatif yang dapat diakses dari tahun 2012 hingga 2016. Ia jugammenjabat sebagai direktur desain di Yves Saint Laurent selama sekitar 10 tahun di bawah kepemimpinan Tom Ford. Terbaru, Pilati meluncurkan koleksi eksklusif untuk Zara. Dengan ciri khas tailoring, ia berhasil hadirkan deretan blazer dan formal attire. Harga: Zara x Pilati dibanderol dengan kisaran 2,3 jt sedangkan karya-karya Pilati bersama rumah mode luxury rata-rata dibanderol kisaran di atas Rp 10 jt. 

Kolaborasi antara desainer ternama dan fast fashion ini membawa dampak yang kompleks:

  • Aksesibilitas Desain: Ini memungkinkan masyarakat luas untuk memiliki produk yang terinspirasi atau bahkan dirancang langsung oleh desainer-desainer yang biasanya hanya terjangkau oleh kalangan tertentu.
  • Peningkatan Citra Merek: Bagi merek fast fashion, kolaborasi ini mengangkat citra mereka menjadi lebih prestisius dan relevan di mata industri mode.
  • Eksperimen Desainer: Bagi desainer, ini bisa menjadi kesempatan untuk menjangkau audiens baru dan bereksperimen dengan produksi massal, meskipun seringkali ada batasan kreatif karena pertimbangan harga dan kecepatan produksi.
  • Kritik Keberlanjutan: Di sisi lain, kolaborasi ini tetap tidak terlepas dari kritik mengenai masalah keberlanjutan dan praktik fast fashion secara keseluruhan. Banyak yang mempertanyakan apakah kolaborasi ini hanya "greenwashing" atau upaya tulus untuk bergerak menuju mode yang lebih bertanggung jawab.
  • Meskipun demikian, fenomena kolaborasi desainer dengan fast fashion terus berlanjut, menunjukkan dinamika menarik antara dunia adibusana dan mode cepat yang terus beradaptasi dengan permintaan pasar dan tren global.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading