Sukses

Health

Mengenal Dislipidemia, Penyakit yang Bisa Picu Komplikasi Kardiovaskular

Fimela.com, Jakarta Istilah Dislipidemia mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat. Penyakit Dislipidemia adalah kondisi yang terjadi ketika kadar lipid (lemak) di dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah.

“Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL),” ujar Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dalam webinar, Jumat (12/8/2021).

Jika penyakit Dislipidemia tidak dikelola dengan baik, maka penderita Dislipidemia berisiko mengalami komplikasi penyakit kardiovaskular. Perlu diketahui, Dislipidemia dikenal sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular di samping faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas, dan hipertensi.

Berdasarkan data dari PERKENI (Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia) tahun 2019, Dislipidemia atau penyakit kelainan metabolisme ini menjadi faktor risiko utama penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, dengan angka kematian sebanyak 17,3 juta dari total 54 juta kasus mortalitas per tahunnya.

Sementara menurut, estimasi organisasi kesehatan dunia (WHO) penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada 2016, yakni 35 persen dari seluruh kematian. Meski berisiko tinggi terhadap kardiovaskular, Sayangnya, kondisi ini kerap diabaikan oleh sebagian masyarakat.

Penyebab Dislipidemia

Lebih lanjut, dr. Tri memaparkan terdapat dua faktor penyebab dislipidemia, yaitu faktor primer dari genetis dan faktor sekunder dari gaya hidup atau penyebab lainnya. Penyebab utama dislipidemia primer adalah terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida. Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid.

Sementara pada dislipidemia sekunder, penyebab utamanya adalah kurang aktivitas fisik disertai asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol dan lemak.

Beberapa penyebab sekunder umum lainnya yaitu konsumsi alkohol, merokok, menderita diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sirosis bilier, dan mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia.

Gejala Dislipidemia

Kebanyakan orang dengan dislipidemia tak menyadari apa yang terjadi pada tubuhnya. Dislipidemia umumnya akan diketahui setelah melakukan tes darah rutin.

Oleh sebab itu, deteksi Dislipidemia secara dini sangat penting khususnya pada kelompok yang berisiko tinggi seperti pasien dengan manifestasi penyakit kardiovaskular atau berisiko tinggi terhadap penyakit tersebut. Deteksi dini ini dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.

Cara mencegah dislipidemia

Tri menambahkan, Dislipidemia bisa dicegah sejak dini. Salah satunya melalui terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok.

Aktivitas fisik yang disarankan ialah berupa jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu.

Diet yang disarankan adalah diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran sekitar 5 porsi per hari, biji-bijian 6 porsi per hari, ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.

Pengobatan dislipidemia

Selain terapi non farmakologis, terapi farmakologis juga diperlukan guna menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Terapi farmakologis ini dilakukan melalui obat anti lipid.

Obat utama yang disarankan adalah statin. Obat lainnya, seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant hanya digunakan bila terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.

“Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif, Pengobatan terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid,” pungkas dr.Tri.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading