Sukses

Health

Naegleria fowleri, Amoeba Pemakan Otak yang Menewaskan Satu Orang di Korea Selatan

Fimela.com, Jakarta Beberapa hari terakhir, dunia tengah digemparkan oleh kematian seorang pria di Korea Selatan. Sebab, kematian pria berusia 50 tahun tersebut disebabkan oleh suatu penyakit yang tidak biasa, yakni amoeba pemakan otak.

Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) mengonfirmasi bahwa seorang warganya, pria berusia 50 tahun meninggal setelah terinfeksi Naegleria fowleri atau amoeba pemakan otak. Tak hanya itu, kasus kematian ini juga menjadi kasus amoeba pertama di negeri ginseng tersebut.

Kronologi kasus ini bermula ketika pria tersebut baru saja kembali ke Korea Selatan setelah tinggal selama 4 bulan di Thailand. Melansir dari firstpost.com, korban mulai menunjukkan gejala meningitis semenjak hari kedatangannya. Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit dan meninggal pada 21 Desember 2022.

Pihak KDCA mengatakan bahwa penyebab kematian pria tersebut dikonfirmasi melalui pengujian genetik pada tiga infeksi yang berbeda yang menyebabkan Naegleria fowleri. Hasil tes menunjukkan bahwa tubuh korban memiliki gen sebesar 99,6 persen identik dengan gen yang ditemukan pada seorang pasien meningitis di luar negeri. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Naegleria fowleri, berikut merupakan penjelasannya yang dilansir dari firstpost.com:

Apa itu Naegleria fowleri?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Naegleria fowleri adalah organisme hidup bersel tunggal yang hanya bisa dilihat di bawah mikroskop. Amoeba pemakan otak ini biasanya ditemukan di air hangat bersuhu tubuh seperti danau, sungai, mata air, serta tanah. Amoeba pemakan otak ini diketahui pertama kali ditemukan pada tahun 1973 di Virginia.

Cenderung ditemukan di perairan hangat, Naegleria fowleri atau amoeba pemakan otak menginfeksi manusia melalui hidung. Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang berenang di perairan yang terjangkit Naegleria fowleri. Ini sangat berbahaya, karena begitu masuk ke otak, amoeba ini akan mulai merusak jaringan atau selaput otak dan menyebabkan meningoensefalitis amubik primer (primary amebic meningoecephalitis/PAM).

Tak hanya di perairan yang disebutkan di atas, seseorang juga dapat terinfeksi amoeba pemakan otak jika menggunakan air keran yang sudah terjangkit untuk membersihkan hidung dan sinus mereka. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, infeksi juga muncul di air kolam renang, tempat bermain air, atau taman selancar yang tidak memiliki cukup klorin.

Melansir dari firstpost.com, seseorang tidak bisa terinfeksi Naegleria fowleri dengan meminum air yang terkontaminasi amoeba tersebut. Menurut CDC, amoeba ini juga tidak ditemukan di perairan asin seperti lautan. Economic Times juga mengatakan bahwa penyakit ini tidak bisa ditularkan dari satu manusia ke manusia lain.

Gejala Naegleria fowleri

Berikut merupakan gejala awal yang muncul pasca lima hari terinfeksi, di antaranya:

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Mual
  • Muntah
  • Leher kaku
  • Kejang
  • Kondisi mental yang berubah
  • Koma
  • Kematian

Persentase Kematian akibat Naegleria fowleri

Sayangnya, hingga saat ini masih belum ditemukan pengobatan yang efektif menyembuhkan orang yang terinfeksi Naegleria fowleri. Amoeba ini sangat langka sehingga membuatnya sulit untuk didiagnosa. Penyakit ini biasanya diobati dengan obat pengendali peradangan yang mengandalkan perawatan suportif untuk mengatasi komplikasi.

Penyakit ini juga sangat mematikan. Dari 154 orang yang terinfeksi di Amerika Serikat dari tahun 1963 sampai 2021, hanya 4 yang selamat. KDCA menyarankan penduduknya untuk menghindari berenang di wilayah dimana penyakit itu merebak.

"Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami menyarankan untuk menghindari berenang dan kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Gunakan air bersih saat berpergian ke wilayah di mana kasus ini dilaporkan," ucap Dr Jee Young-mee selaku Kepala KDCA, dikutip dari firstpost.com.

Sementara itu, terdapat 381 kasus Naegleria fowleri yang telah dilaporkan di beberapa negara seperti India, Thailand, AS, China, dan Jepang pada tahun 2018.

 

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading