Sukses

Lifestyle

HUT ke-74 RI, Maria Walanda Maramis Sosok Pejuang Perempuan dari Sulawesi Utara

Fimela.com, Jakarta Dalam rangka menyambut peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia, Fimela akan menghadirkan kisah-kisah dari sejumlah pahlawan kemerdekaan, dan salah satunya adalah Maria Walanda Maramis.

Maria Walanda Maramis adalah sosok pahlawan nasional asal Sulawesi Utara yang pernah menghiasi Google Doodle edisi Sabtu (1/12/2019). Sosoknya berperan dalam memajukan harkat dan martabat kaum hawa di Indonesia, tepatnya di Minahasa. Lahir pada tanggal 1 Desember 1872, dirinya memiliki nama lengkap Maria Josephine Catherine Maramis. Lahir di Desa Kema, Minahasa Utara, dirinya merupakan anak bungsu dari pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Malangnya, di usia 6 tahun, dirinya harus kehilangan kedua orangtuanya dan sejak saat itu ia diasuh oleh sang paman yang tinggal di Maumbi, Minahasa Utara. Menjadi seorang pahlawan dimulai dengan perjuangan yang luar biasa. 

Maria Walanda Maramis

Bisa dibilang, sosok Maria kecil adalah sorang anak cerdas yang gemar membaca dan menulis serta memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Ia juga berhasil mengemban pendidikan hingga tingkat sekolah dasar.

Di masa itu, para perempuan belum memiliki kebebasan dan masih dibatasi terutama dalam hal pendidikan. Usai sekolah, hari-harinya dihabiskan di rumah hingga akhirnya ia dipersunting oleh Yoseph Frederik Calusung Walanda yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah dasar pada tahun 1890.

Usai menikah, Maria mengikuti sang suami dengan tinggal di Manado. Hobi membaca dan menulis semakin berkembang dan membuat Maria aktif mengirimkan tulisannya ke berbagai surat kabar. Tulisannya berupa ulasan mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan yang berbasis pada pengalaman dirinya.

Di tahun 1917, Maria menggandeng beberapa rekan untuk mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) yang merupakan organisasi perjuangan para perempuan Minahasa. Organisasi ini berkembang pesat hingga memiliki cabang di Jawa seperti Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang dan Surabaya. Lalu, ia mendirikan sekolah khusus perempuan Huishound School Pikat.

Maria Walanda Maramis

Ia juga membuka Sekolah Kejuruan Putri beserta asramanya. Seluruh usaha yang ia bangun tentu mendapatkan dukungan penuh dari sang suami. Hingga di tahun 1919, Minahasa Raad dibentuk yang hanya untuk kalangan pria saja, namun Maria berjuang agar para perempuan bisa memberikan suara mereka terkait pemilihan calon anggota dewan.

Langkahnya berhasil dan sejak tahun 1921 para perempuan memiliki hak suara dan juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi anggota di badan perwakilan rakyat lainnya seperti Locale Raad dan Gemeentse Raad.

Maria Walanda Maramis dikenal sebagai pahlawan yang berusaha memajukan keadaan wanita di Indonesia pada awal abad ke-20. Dia dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi wanita di dunia politik serta pendidikan.

Wafat di usia 51 tahun pada tanggal 22 April 1924, sosoknya merupakan tokoh penting bagi perkembangan para perempuan di Minahasa dan Indonesia. Bahkan untuk mengenang jasa-jasanya, setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari kelahiran Maria oleh masyarakat Minahasa dan diperingati sebagaai Hari Ibu Maria Walanda Maramis. Pemerintah juga membangun monumen atas nama dirinya di Kecamatan Wenang dekat kota Manado.

Atas kerja keras yang konsisten dan jasa-jasanya itu, Maria dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 12/K/1969 tanggal 20 Mei 1969. Dalam surat yang ditandatangani Presiden Soeharto itu, Maria bersama dua tokoh lainnya yakni Arie F Lasut dan Christina Martha Tiahahu dianugerahi gelar pahlawan nasional.

 

 

#GrowFearless with FIMELA #Fimelaindependentwomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading