Sukses

Lifestyle

PING! Blackberry, Membantu atau Mengganggu?

Blackberry

Sekitar tiga tahun yang lalu, orang-orang masih bisa tenang keluar rumah tanpa membawa alat komunikasi persegi bernama Blackberry. Merek ponsel dari Eropa Utara yang sudah sangat merakyat di Indonesia pun bisa digeser dengan kehadiran gadget asal Kanada ini. Melihat makin umumnya alat ini digenggam oleh siapa pun dari kalangan mana pun, FIMELA.com tergelitik untuk tahu pendapat pembaca kami tentang Blackberry. Keep on reading.

Blackberry masih membantu buat aku, karena aku memang senang bisa selalu terhubung dengan internet. Untuk pekerjaan, push email masih sangat membantu, begitu juga Blackberry Messenger (BBM) yang bikin aku nggak perlu sms untuk hubungin orang. Secara fisik, BB juga masih unggul untuk aku karena bentuknya QWERTY, jadi mengetik lebih enak. Untuk iPhone teknologinya sebenarnya keren, tapi touch screen jadi bikin susah ngetik. Aku pribadi sudah dua tahun terakhir ini pakai BB dan unuk sampai saat ini BB sudah cukup. –Maya, Yogyakarta

Aku pakai BB karena tuntutan komunikasi. Lima dari enam anggota keluargaku sudah pakai device ini lebih dulu, jadi secara nggak langsung aku terikut pakai supaya gampang gabung bila ingin ngobrol. Awalnya lumayan seneng bisa ngobrol tanpa henti dengan biaya komunikasi yang irit, tapi makin ke sini kok makin sering aku silent daripada dinyalain tone-nya. Habisnya kalau diikutin terus bisa nggak peduli sama sekitar –Lia, Kebon Jeruk.

BB tentu saja masih membantu. Untuk terus nenteng laptop kemana-mana supaya bisa ngecek imel dimanapun kok rasanya repot ya, sedangkan pekerjaanku banyak tergantung dari inbox email. Jadi, walaupun alat ini nggak bisa berhenti bunyi siang malam, aku masih belum terpikir untuk ganti ke yang lain. – Rani, Pekayon

Dulu aku pakai handphone biasa karena adat orang masih telepon atau sms, tapi sekarang yang ditanya duluan malah PIN BB. Supaya nggak ketinggalan zaman, tahun lalu aku tukar tambah dengan BB dan ternyata sampai sekarang masih bisa betah sama gadget ini. Prinsipku adalah: punya ponsel hanya satu. Jadi, nunggu sampai BB terasa nggak butuh-butuh banget baru ganti yang lain. –Anty, Kalimalang

Buatku BB adalah pelengkap pekerjaan. Jadi dengan menggunakan ini, aku memang mau diganggu berbagai macam bunyi dari alat ini. Karena mungkin aku juga workaholic, mau bunyi jam 1 pagi pun, aku tengok dari siapa atau apa yang masuk ke BB-ku. Sudah hampir  tiga tahun pakai, bahkan sebelum orang-orang ramai pakai BB, aku belum pengen ganti. –Iin, Setiabudi

Blackberry itu sebenarnya membantu banget, untuk pekerjaan apalagi. Tapi, sejak 6 bulan lalu aku beralih ke Android karena nggak tahan dengan broadcast message yang makin nggak penting isinya. –Wine, Pejompongan.

Saya nggak mau hidup saya dikendalikan oleh sebuah alat. Jadi, saya pernah dihadiahi Blackberry tapi cuma saya pakai nggak sampai 3 bulan karena alat itu ribet banget. Lebih enak pakai Android, lebih manusiawi. –Pitra, Sudirman.

Aku sampai sekarang masih pakai Blackberry karena kerja di perusahaan bidang digital yang mobilitasnya tinggi. Sudah mulai terasa menganggu sih, tapi kalau mau ganti ke yang lain masih nimbang-nimbang plus minusnya. –Rika, Guntur.

Blackberry-ku benar-benar buat kerja, jadi pastinya akan bunyi sampai tengah malam sekalipun. Kadang kesal juga, tapi karena butuh dan sudah tahu dari awal kalau alat ini fungsinya buat apa, ya sudah terus dipakai. Yang paling ganggu ya broadcast message nggak bertanggung jawab itu. Kok bisa ya banyak orang percaya kalau nggak ikutan kirim pesan bisa bikin semua kontak di BB hilang? –Nunuk, Petukangan.

Karena masih perlu, aku nggak terlalu merasa kalau BB mengganggu. Paling kalau lagi ada acara penting atau weekend, aku matikan sebentar supaya konsentrasi nggak terpecah. –Niar, Pejaten.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading