Sukses

Lifestyle

Fimela Luncheon: Perkembangan ‘Seks’ dari Zaman Ke Zaman

Obrolan kali ini berlangsung di Pesto Authentico resto yang terletak di kawasan Sudirman. Diskusi kali ini membahas tentang permasalahan seks. Lima orang ibu rumah tangga dan seorang perempuan yang masih single cukup antusias dan blak-blakan berkomentar tentang masalah yang satu ini.

Peserta Fimela Luncheon

Seks sejak dulu dianggap tabu untuk diperbincangkan oleh banyak orang, bahkan sampai sekarang pun masih ada segelintir orang yang nggak mau membahas permasalahan yang satu ini. Padahal, bicara tentang seks nggak melulu membahas seputar hubungan intim antara laki-laki dan perempuan.

Pendidikan seks pertama kali pada anak sebenarnya sangat penting untuk diberikan dan memang sebaiknya orangtua yang menyampaikannya. Namun, ternyata pendidikan seks kebanyakan diperoleh sendiri dari teman-teman di sekolah ataupun kampus-kampus. Ini terjadi pada semua peserta Luncheon kali ini. “Saya tahu tentang seks dari teman-teman. Saya coba cari tahu sendiri dan orangtua sama sekali nggak pernah menyinggung tentang ini di rumah,” ujar Dian Vidiyanti.

Suasana saat diskusiSedangkan Nadia diperkenalkan seks oleh orangtuanya saat masih kecil melalaui pendekatan agama. “Sebenarnya seks nggak selalu ngomongin tentang hubungan intim. Reproduksi dan biologis pun pasti berhungan dengan masalah seks. Tapi, memang pada umumnya orangtua menghubungkan ‘seks’ dengan hubungan intim. Saya sendiri baru mengenal seks saat SMA melalui pelajaran biologi,” ujar Dian Aryanti satu-satunya peserta Luncheon yang masih single.

Arus komunikasi saat ini sudah nggak bisa dibendung dan sama sekali jauh berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Berbagai informasi bisa dengan mudah didapatkan oleh anak-anak kecil zaman sekarang melalui handphone, televisi, internet, dan media cetak lainnya. “Sekarang kita sudah nggak bisa membendung semua informasi yang masuk karena zaman anak zaman sekarang lebih pintar dan lebih mau tahu. Saya lebih baik nggak menutup-nutupi tentang seks pada anak saya. Sebaiknya mereka tahu langsung dari orangtua di rumah daripada mencari tahu sendiri di luar. Karena itu adalah benteng pertama mereka agar lebih waspada saat di luar,” ujar Nadia.

Mempunyai seorang anak perempuan yang duduk di bangku SMP dan sudah mengenal kata ‘pacaran’ membuat Atika lebih memberikan pengetahuan seputar seks kepada anaknya supaya bisa menjaga diri. “Saya memang nggak menutupi soal seks dari anak tapi tetap membatasi. Misalnya saja, saat saya datang bulan pasti saya absen solat, saat itulah anak saya pasti bertanya. Dari situ saya bisa menjelaskan tentang reproduksi perempuan kepada anak saya,” Dessy menambahkan.

Saat ini sudah nggak bisa dipungkiri bahwa banyak juga perempuan yang bergaul melewati batas hingga melakukan hubungan badan dengan pasangan di luar nikah. Ternyata semua peserta Luncheon kali ini setuju bahwa agama merupakan benteng utama untuk mencegah terjadinya hal-hal seperti itu. “Agama memang kunci utama untuk mengekang kita melakukan hal-hal seperti itu. Tapi, orangtua juga berperan penting. Saya memang belum punya anak, tapi menurut saya sebagai orangtua kita nggak boleh melarang anak begitu saja tanpa alasan karena anak pasti akan mencari tahu sendiri di luar dan itu lebih berbahaya. Selain itu, sebagai orangtua juga kita nggak bisa mengekang anak terlalu ketat karena bisa jadi justru saat anak lepas dari pengawasan sekali saja, bukan nggak mungkin justru dia akan melakukan hal-hal yang selama ini dilarang orangtua mereka,” Intan menambahkan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading