Sukses

Lifestyle

Akses Pendidikan 1,2 Juta Anak Perempuan di Asia Terdampak Selama Pandemi COVID-19

Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia telah berdampak pada kehidupan anak perempuan dalam berbagai hal, termasuk terganggunya proses belajar dan akses pendidikan.

Selama penyebaran COVID-19 masih tinggi, penerapan pembatasan sosial skala besar dan penutupan sekolah tak dapat terhindarkan sebagai respons terhadap pandemi. Hal ini tentu menciptakan tantangan baru yang memperburuk hambatan bagi anak perempuan untuk mengaksesĀ pendidikan.

Dilansir dari rilis yang diterima oleh Fimela.com, LaporanĀ Cerdas, Berhasil, Kuat: InvestasiĀ PendidikanĀ Bagi Remaja Perempuan di Masa Pemulihan COVID-19Ā memberikan gambaran mengenai kondisi serta data terkait akses anak perempuan terhadapĀ pendidikanĀ di tengah pandemik COVID-19 di Asia Timur dan Pasifik termasuk Indonesia.

Lebih dari 1,2 juta anak perempuan (pra-sekolah dasar hingga menengah atas) dilaporkan mengalami putus sekolah akibat pandemik di Asia Timur dan Pasifik, selain 15 juta anak perempuan yang tidak terdaftar dan dapat mengenyamĀ pendidikanĀ sebelum COVID-19.

Selain itu, 20% dari anak perempuan di wilayah Asia Timur dan Pasifikā€”40 juta totalnyaā€”tidak terjangkau oleh pembelajaran jarak jauh yang disampaikan secara daring atau lewat TV atau radio akibat kurangnya gawai atau perangkat dan peraturanĀ serta kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Di Indonesia, penutupan sekolah di masa pandemi COVID-19 memaksa lebih dari 68 juta kaum muda Indonesia keluar dari ruangan kelas mereka.Ā Bank Dunia menunjukkan bahwa banyak anak tidak dapat mengakses pembelajaran daring di rumah di Indonesia, baik karena beberapa daerah tidak memiliki koneksi internet yang memadai atau karena tidak semua orang mampu membayarnya.Ā 

Ā 

Tantangan Belajar Daring

SekitarĀ 92% rumah tangga yang disurvei memiliki televisi dan 95% rumah tangga memiliki telepon genggam, dan hanya 10% yang memiliki komputer. Hanya 5% dari rumah tangga yang disurvei melaporkan memiliki koneksi internet, hal yang penting untuk mengakses pembelajaran daring.Ā Selain itu, pandemik dan sulitnya aksesĀ pendidikanĀ berkorelasi dengan peningkatan resiko perkawinan anak. Diprediksi akan adaĀ 2,5 juta anak perempuan beresiko mengalami perkawinan anak, dini, serta paksa pada hingga 2025 sebagai akibat dari pandemik COVID-19.

LaporanĀ ini jugaĀ mengungkap 8 hambatanĀ pendidikanĀ utama yang dihadapi remaja perempuan di Asia Tenggara dan Pasifik selama pandemik COVID-19, yaitu, lingkungan rumah yang penuh tekanan, penurunan kesejahteraan mental dan emosional, kualitas dan penyampaian pembelajaran jarak jauh, akses yang tidak setara ke teknologi dan gawai/perangkat, meningkatnya risiko kekerasan berbasis gender,Ā pendidikanĀ bagi remaja perempuan bukanlah prioritas, perkawinan anak, dini dan paksa, serta dampak ekonomi.

Ā 

Ā 

Beri dukungan penuh terhadap 6 hal ini

Berangkat dari berbagaiĀ tantangan ini, remaja perempuan di Asia Timur dan Pasifik memberikan rekomendasi agar anak dan remaja perempuan mendapatkan dukungan untuk 6 hal berikut:

  1. MenyelesaikanĀ pendidikanĀ 12 tahun.
  2. Diakhirinya perkawinan anak, dini, dan paksa.
  3. Menjembatani kesenjangan digital.
  4. Menciptakan lebih banyak kesempatan untuk anak perempuan bisa menjadi pemimpin.
  5. Membangun kembali sitemĀ pendidikanĀ yang menjunjung keberagaman dan inklusi.
  6. Bebas dari diskriminasi, kekerasan, dan pelecehan berbasis gender.

DiharapkanĀ laporanĀ ini dapat menambah sumber data dan informasi serta pemahaman tentang pentingnya berinvestasi untuk sistemĀ pendidikanĀ yang inklusif dan setara bagi setiap anak sebagai bagian dari upaya pemulihan dari COVID-19.

Ā 

Ā 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading