Sukses

Parenting

3 Gejala Khas DBD (Demam Berdarah Dengue) pada Anak

ringkasan

  • Fase Demam
  • Fase Penyembuhan
  • Fase Kritis

Fimela.com, Jakarta Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa jadi momok tersendiri. Mengingat Indonesia adalah daerah endemis DBD karena habitat nyamuk Aedes aegipty berada di daerah yang berlokasi di 35 Lintang Selatan dan 45 Lintang Utara, maka penyakit DBD menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kita semua. Apalagi jika DBD menyerang anak-anak, ada rasa takut tersendiri akan dampaknya yang sangat berbahaya.

Penting bagi kita untuk mengenali gejala-gejala khas DBD pada anak. Tujuannya dengan semakin cepat mengenali gejalanya, kita bisa segera memberi penanganan yang tepat pada anak. Dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M.Biomed, Sp.A(K) dalam buku Mengatasi Gawat Darurat pada Anak menyebutkan ada tiga gejala khas DBD. Selengkapnya, simak keterangannya di sini.

1. Fase Demam

  • Demam tinggi pada hari pertama sampai hari ketiga.
  • Anak mengalami dehidrasi sehingga memerlukan minum yang cukup.
  • Anak tidak mau makan dan minum sehingga memperberat dehidrasi.
  • Anak terlihat sakit berat dan wajah terlihat kemerahan.

 

 

2. Fase Penyembuhan

  • Disebut juga fase konvalesen.
  • Masa gawat/kritis terlewati.
  • Jumlah trombosit dalam darah cenderung naik.
  • Gejala DBD menyerupai gejala infeksi lainnya sehingga sering menyebabkan orangtua terlambat mengenalinya sebagai gejala DBD sehingga terlambat membawa anak ke rumah sakit.
  • Gejala sering muncul bersama dengan gejala infeksi lain, seperti diare dan radang tenggorokan. Hal ini sering menyebabkan orangtua justru fokus pada penyakit infeksi lainnya.

3. Fase Kritis

 

  • Disebut juga Fase Syok.
  • Suhu tubuh turun pada hari keempat dan kelima.
  • Fase paling berbahaya dari demam berdarah, terutama pada DBD karena, saat demam turun, cairan dari dalam pembuluh darah merembes keluar pembuluh darah.
  • Pada fase ini, orangtua sering terkecoh karena menganggap anaknya sudah tidak demam dan dianggap sembuh.
  • Saat anak mengalami fase kritis DBD, ia tidak mampu mengenali orangtua, kerabat, dan lingungan sekitar (anak seperti tampak bingung dan gelisah); anak tidak dapat memberikan respons terhadap rangsangan nyeri; dan kedua tangan maupun kaki teraba dingin dan keluar keringat dingin di seluruh tubuh.

Kematian akibat DBD sering disebabkan oleh orangtua yang terlambat mengenali gejalanya sebagai gejala DBD. Apalagi saat gejala DBD bersamaan dengan infeksi lain, seperti diare dan radang tenggorokan, hal tersebut sering membuat kita justru fokus pada penyakit infeksi lainnya tersebut.

Semoga info ini bisa membantu kita untuk lebih waspada akan gejala-gejala khas DBD dan bisa segera membawa anak ke dokter untuk mendapat penanganan tepat.

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading