Ramadan itu. Ramadan dua tahun lalu. Ibu memintaku pulang.

Betapa langit rasanya hendak runtuh dan tubuhku lemas seketika saat aku menanyakan mengenai hal itu dan dia menjawab bahwa dia dijodohkan orangtuanya

Ya, memang aku tidak ditakdirkan menikahi orang yang aku sukai, tapi Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang yang dapat aku cintai setelah aku mengenalnya.

Pernikahanku tak sebahagia di cerita dongeng, aku menderita lahir batin, menghadapi suami yang kasar berlidah tajam dan tak punya hati.

Ketika anak saya berusia 1 tahun semakin nampak semua keaslian dari dirinya, pertengkaran kecil menjadi pertengkaran besar dan saya sempat mengalami KDRT hingga jatuh talak.

Cacian yang datang bertubi-tubi menjadikanku hampir patah semangat, rasanya dengan kondisi yang seperti ini aku tak punya masa depan yang cerah.

Pikir saya saat itu Allah sedang sangat merindukan saya untuk lebih berserah kepada-Nya maka Dia hadirkan masalah dalam pekerjaan saya.

Aku tak mau masuk pada jurang yang sama, aku tak mau menciptakan rantai dan karma buruk yang disebabkan oleh amarah dan dendamku.

Memang kita bisa memaafkan orang lain walaupun kita masih punya trauma yang amat besar dan tidak bisa melupakannya.

Aku makin menyalahkan ayah. Ayah sudah menikah lagi dengan perempuan Bali. Ini tidak adil!

Tak peduli sebesar apapun usahamu untuk memiliki atau mempertahankannya, jika memang bukan untukmu, maka ia tetap akan pergi.

Kau ambil separuh nyawaku, tapi Kau kembalikan secara perlahan-lahan dan sangat indah.