Hidup di kantor sudah berasa seperti kerja rodi karena memang banyaknya tugas kerja yang aku terima.

Ada seorang teman yang menganjurkan saya agar mengikuti tes untuk pertukaran persahabatan Indonesia-Jepang abad 21 yang disponsori oleh JICA.

Keberhasilan saya menjadi bagian dari tim ini adalah sebuah rezeki dari Allah yang tentunya berasal dari doa ibu dan bapak saya di surga.

Aku sedang berusaha untuk menjadi ahli gizi yang bermanfaat untuk masyarakat dengan bonus jatuh cinta.

Selama berkarier, saya sering berpindah-pindah perusahaan.

Tak bisa dipungkiri selama 7 tahun bekerja di sini, aku sering kali mulai merasa jenuh.

Bahkan dengan cara liciknya mereka sengaja memberhentikanku secara paksa di bulan ke-11, agar aku tidak bisa mendapatkan surat referensi kerja.

Yang terpenting adalah ketekunan kita untuk menjalani setiap ketetapan dan perjalanan tanpa putus asa.

Menjadi statistisi di daerah terpencil sangat jauh dari apa yang saya bayangkan.

Begitu sadar saya mulai sering kelelahan dan bahkan jatuh sakit, banyak teman yang menyarankan untuk resign.

Setelah berdiskusi kembali dan menyatukan pikiran, kami berdua pun memilih kota Jakarta sebagai jawaban atas kegelisahan kami.

Menjalani 3 profesi, sebagai pekerja kantoran, sebagai penulis dan pelatih renang, memiliki banyak konsekuensi.