"Sungguh merupakan kebanggaan bagiku bisa melewati masa-masa sulit waktu itu, mulai dari mempersiapkan diri untuk bisa lolos seleksi masuk kuliah."

Perasaan saya sebagai seorang ibu berontak seketika melihat si ibu dengan si anak menjerit dan menangis histeris

"Dan kekuatan untuk bangkit bermula saat aku melihat ibu berjuang melawan kankernya."

"Tahun terus berganti, usiaku bertambah, lingkungan pertemananku berubah, aku tumbuh menjadi orang yang tetap malu akan kondisi fisikku."

"Seandainya dulu saya lulus di perusahaan besar itu mungkin saya tidak bisa menyelesaikan kuliah saya."

"Pikiran orang-orang yang tidak tahu dan awam menghujat pilihan kuliahku. Aku tak peduli."

"Ayahku menghendaki agar aku bekerja saja karena menurutnya anak perempuan hanya ditakdirkan jadi ibu rumah tangga dan tak perlu kuliah."

"Aku menghabiskan waktu dari Senin hingga Minggu untuk melakukan semua aktivitasku."

Pada satu titik, aku sempat mencoba bunuh diri dengan cara melukai penyakitku sendiri.

"Tidak ada yang mustahil bila kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan tekun dalam doa."

Suara sumbang tetangga semakin keras dan menyakitkan hati saat aku hamil ada kedua. Banyak cibiran seperti, “Suami nganggur, kok punya anak lagi."

"Paman saya mencoba membanding-bandingkan saya dengan sepupu saya yang baru saja tamat kuliah dan langsung menikah kira-kira setahun yang lalu."