Obama Hingga Jennifer Aniston, Di-Bully di Sampul Depan Majalah

Fimela Editor diperbarui 21 Sep 2012, 04:00 WIB
Jennifer AnistonSosok Jennifer memang menarik perhatian. Ia seakan menjadi “paparazzi’s sweetheart” karena wajahnya sering seklai dijadikan komoditi bagi majalah gosip agar laku dibeli. Namun terkadang, majalah gosip itu bermain terlalu kotor hingga menghalalkan segala cara untuk menciptakan gosip “renyah” tentangnya. Seperti yang dilakukan oleh majalah gosip asal Amerika Serikat, “Radar” pada edisi Juni 2007 silam yang menciptakan gosip dengan mempermak foto sebenarnya. Kenyataannya, Jen sebenarnya sedang memegang katalog galeri seni dan sepasang sunglasses. Namun, untuk ditampilkan di cover dan menarik perhatian, katalog seni diubah menjadi semacam manuskrip dan menghilangkan sunglasses. Foto ini diciptakan untuk memperkuat gosip buatan majalah tersebut kalau Jen sedang menulis buku membuka kejelekan Brad Pitt karena meninggalkannya untuk Angelina Jolie agar ia bisa meraup keuntungan besar.
Kate Middleton Ini dia kasus paling fresh yang di-bully di sampul depan media massa. Sedang berlibur di kediaman pribadi sepupu Pangeran William, ia malah menjadi incaran paparazzi nekat yang mengawasinya dari jauh. Foto bertelanjang dada saat ia berjemur itu pun, langsung membuat majalah asal Prancis “Closer” naik pamor karena sangat berani memampangkannya di halaman depan. Belum juga tuntas kasus tersebut, Kate kembali jadi bulan-bulanan majalah gosip untuk hal yang belum terbukti benar. Kehamilan Kate yang sampai saat ini belum terjadi, dikreasikan oleh majalah “Star” dengan photoshop. Edisi terbaru majalah gosip tersebut, membesarkan sedikit perut Kate hingga menyembul layaknya perempuan yang sedang hamil muda. Tulisan headline berbunyi, “It’s Twins”, makin membuat foto itu semakin provokatif.
Sarah Palin Entah bagaimana pihak “Newsweek” meyakinkan Sarah Palin untuk berpakaian dan berpose seperti itu. Karena, ketika majalah itu keluar pada Agustus 2009 lalu, Palin digambarkan sebagai seorang seksis dan disturbing person. Lihat saja pemilihan kalimat headline yang berbunyi, “How Do You Solve A Problem Like Sarah? She’s the bad news for the Gop – and everybody else, too.” Kontan saja Sarah marah besar dengan hasil akhir wawancara dan fotonya dengan majalah tersebut, karena sepengetahuannya ia  diwawancara oleh pihak “Newsweek” karena kecintaannya pada olahraga. Sarah langsung menuliskan uneg-unegnya tentang pengangkatan dirinya yang di luar konteks itu via halaman facebook pribadinya. Politisi kontroversial itu pun dengan pedasnya mengatakan bahwa memang inilah taktik media agar bisa menjual berita. “Hal ini menunjukkan kenapa Anda memang tidak seharusnya menilai seseorang dari penampilan luar, jenis kelamin, atau warna kulit. Media akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian, bahkan bila itu keluar konteks sekalipun.”
Putri Diana Bila ini bukan untuk majalah yang tersebar luas di seluruh dunia, mungkin ini tidak dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap sosok seseorang yang dihormati dan sudah meninggal. Namun, lagi-lagi “Newsweek” memilih cara tidak damai agar eksemplar majalahnya laku keras. Memperingati usia Diana ke-50 tahun bila ia masih hidup hingga tahun 2011, “Newsweek” merekayasa sedemikian rupa wajah Diana bila ia berusia setengah abad. Agar semakin terhubung dengan kehidupan kerajaan terkini, Putri Diana diposisikan sedang berjalan bersisian dengan menantunya, Kate Middleton. Etika memang sudah dikesampingkan jauh-jauh oleh media massa yang mengagungkan propaganda berita demi keuntungan komersil. Bagaimana perasaan keluarga dan orang terdekat mereka ketika melihat wajah orang tercinta mereka di rekayasa, tidak lagi penting untuk dipedulikan.