Ini Dia 10 Kalimat Penghambat Karier!

Fimela Editor diperbarui 12 Des 2012, 11:00 WIB
“Hal ini bukan bagian dari kerjaan saya.”  Penting bagi kita untuk peduli dengan pekerjaan rekan kerja yang lain. Bukan hanya karena atasan yang membutuhkan bantuan, pekerjaan yang bukan bagian dari divisi itu bisa saja bersinggungan dengan pekerjaan kita. 
“Dari dulu kita mengerjakannya seperti ini, kok.”  Kamu mungkin akan berhadapan dengan atasan baru yang memiliki pandangan kerja berbeda. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah tetap berkontribusi dan buka pikiran. Saat muncul ide yang menurutmu kurang sesuai, jangan hentikan ide tersebut dengan negativitas. Katakan sesuatu seperti, “Saya rasa untuk pekerjaan ini, kita juga bisa melakukan.....”
“Saya tidak bisa bekerja dengan dia.”  Mengeluh tentang perilaku rekan kerja lain merefleksikan sejauh mana kemampuanmu untuk beradaptasi. Jangan melimpahkan masalah ini ke atasanmu. Jika masalah yang kamu hadapi berkaitan dengan perilaku yang illegal atau tidak etis, atasi secara professional bukan personal, misal adukan ke bagian HRD.
“Saya nggak bisa lembur.”  Ada saatnya seorang karyawan harus lebih fleksibel dengan waktu. Tanamkan di diri bahwa bekerja di suatu perusahaan bukanlah soal hitungan waktu. Kadang di luar jam kerjalah kamu bisa mendapatkan informasi esensial yang mendukung kinerjamu di perusahaan.
“Ini bukan salah saya.”  Walaupun kesalahan tersebut sebenarnya bukan salahmu, pernyataan seperti “Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya,” akan lebih professional. Ajaklah atasan dan rekan kerja yang lain untuk mencoba mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya.
“Saya tidak tahu.”  Pertanyaan-pertanyaan dari atasan memang kadang suka tricky. Tapi bukan berarti bisa dijawab dengan “tidak tahu.” Akan lebih baik jika kamu jawab dengan “Akan saya cari tahu.”
“Pekerjaan saya belum selesai karena saya.....”  Mencari-cari alasan saat melakukan kesalahan hanya akan menanamkan bibit ketidakpercayaan dari atasanmu. Kesalahan yang sudah terjadi merupakan resiko yang harus dihadapi. Maka akui kesalahan dan yakinkan atasanmu bahwa hal tersebut tidak akan terulang kembali.
“Sudah saya e-mail kok minggu lalu.”  Kalau kamu merasa menjadi orang yang paling sibuk dalam pekerjaan, maka atasanmu dapat dipastikan dua kali lebih sibuk (paling tidak, ia pasti memiliki tanggung jawab yang besar). Jadi, kita tidak bisa berasumsi bahwa informasi untuk atasan akan selalu sampai lewat e-mail yang diberikan satu kali. Jika informasi tersebut adalah hal yang penting, maka tunggu afirmasi dari atasan bahwa pesan tersebut telah sampai.
*Sigh*  Walaupun ini bukan sebuah pernyataan, tapi bahasa non-verbal bisa lebih powerful. Menghela nafas yang panjang di depan atasan bisa diartikan banyak hal. Atasanmu mungkin saja tidak peduli, tapi ia juga bisa menilai batas kemampuanmu lewat bahasa tubuh.