Melanie Subono "Dipinang" Joko Widodo, Dihadang Tifatul Sembiring

Fimela Editor diperbarui 07 Mei 2012, 10:30 WIB
2 dari 3 halaman

Next

“Saya selalu menganggap Indonesia itu sebuah rumah, bukan negara. Jadi, ketika saya melihat ‘atap rumah’ ini mulai rusak atau ‘sesama penghuni rumah mulai sering bertengkar’, pasti saya harus melakukan sesuatu, kan? Itulah yang saya lakukan, bukan sekarang saja, tapi dari awal saya membuat album dan mengeluarkan tulisan. Itu karena saya peduli dengan ‘rumah’ yang saya tinggali. Kalau bukan ‘penghuni rumah’ itu sendiri yang peduli dengan rumahnya sendiri, siapa lagi? Sesederhana itu saja di kepala saya,” penghantar awal yang diutarakan Melanie saat ditanyakan tentang pilihannya untuk aktif membela negaranya lewat karya beberapa masa belakangan ini.

Boleh saja alasan kepeduliannya terdengar sederhana. Namun tanpa dikira, aksi yang dilakukan olehnya sebenarnya sudah berada di taraf serius, karena setiap tulisannya yang akan diterbitkan, dijaga oleh staf beberapa orang penting untuk memastikan bahwa tulisannya nggak dihadang oleh sebuah pihak tertentu yang kontra dengannya.

“Saya dekat dengan Fadjroel Rachman, atau orang-orang di Kontras (Komisi untuk Orang Hilang Korban Tindak Kekerasan) dan mengetahui kalau setiap tulisan saya akan dijaga oleh tim staf dari beberapa pihak untuk mencegah diblokir oleh pihak tertentu. Nggak jarang aksi saya diblokir oleh beberapa pihak, namun itu nggak akan menghentikan saya,” katanya lembut, berlawanan dengan pernyataannya yang bernada tegas.

Selain terbiasa dengan pro kontra yang mengelilingi langkahnya untuk peduli pada berbagai macam isu di Indonesia, ia juga terbiasa untuk mengemukakan pendapat tanpa basa basi dan kata-kata manis. Tokoh politik yang sedang populer saat ini, Joko Widodo, dan kini berkampanye untuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta saja, ia tolak permintaannya.

"Setiap tulisan saya akan dijaga oleh tim staf dari beberapa pihak untuk mencegah diblokir oleh pihak tertentu,"

“Minggu lalu saya didekati oleh tim sukses Joko Widodo. Namun, saya nggak akan membantu kampanye politik apapun, sebesar apapun bayarannya. Karena, ibaratnya melihat bawang, saya yang sudah mengupas lapis demi lapis bawang saja, nggak akan bisa melihat isinya. Sama halnya dengan sifat asli seseorang. Dan menurut saya, kalau seseorang ingin melakukan sesuatu, nggak harus dengan biaya besar dan bergabung di pemerintahan. Ketika seseorang berada di bawah naungan sesuatu, maka akan terpagar oleh peraturan dan suatu kepentingan. Jujur, saya sudah mulai hilang respek dengannya karena sebenarnya masa jabatannya sebagai Walikota Solo masih sampai tahun 2014, tapi justru sudah sibuk berkampanye untuk DKI Jakarta. Jangan sampai ia seperti Alex Nurdin yang 3 kali memimpin 3 daerah, tapi nggak diselesaikan masa jabatannya. Beliau yang dulu saya hormati, sekarang sudah mulai komersil,” ungkapnya jujur.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Lalu, bagaimana perkembangan hubungannya dengan Tifatul Sembiring? Untuk mengingatkan, di bulan Maret tahun lalu, Tifatul yang mengeluarkan pernyataan subyektif tentang AIDS, sangat menyinggung perasaannya hingga menggerakkan Melanie untuk membuat surat terbuka kepada Menkominfo tersebut.

“Surat itu beliau balas dengan puisi yang sangat di luar konteks pembicaraan. Satu yang saya salut dari beliau adalah kekonsistensiannya untuk bertindak di luar batas kewarasan. Orang-orang kalau mau berkomentar tentang tulisan saya, biasanya langsung di blog itu. Tapi, ketika dulu saya menulis surat untuk Tifatul tersebut, orang bisa turun dari mobilnya di area parkir dan bersalaman karena salut untuk aksi yang saya lakukan. Itu saya anggap bahwa sebenarnya banyak orang yang sependapat dengan apa yang saya pikirkan tentangnya. Kini, setelah kejadian itu, saya diblokir oleh stafnya untuk mengakses Twitter, Facebook, atau apapun yang berhubungan dengannya,” urainya.

Bukan hanya tokoh atau masalah politiknya, yang membuat Melanie sedih juga karena begitu banyaknya tingkah dan pernyataan anggota legislatif yang kerap menjadi headline, yang nggak selaras dengan posisi mereka sebagai wakil rakyat.

"Satu yang saya salut dari beliau adalah kekonsistensiannya untuk bertindak di luar batas kewarasan,"

When it comes to money or government, orang-orang kita bisa lebih jahat dari binatang. Seperti saat saya berbicara tentang human traficking, lalu keluar pernyataan dari Venna Melinda yang bilang bahwa masalah itu adalah wilayah kekuasaannya Kementerian Perdagangan, bukan kewajiban mereka sebagai anggota legislatif. Padahal, dia bisa sampai di posisi tersebut karena dipilih oleh rakyat dan diharapkan bisa jadi suara rakyat,” ungkapnya sedih di balik kacamata hitam yang nggak dilepasnya selama wawancara.

Jadi, akan menyerahkah Melanie suatu hari nanti bila keadaan di negara ini nggak kunjung membaik?

“Kadang saya berujar ingin bisa pindah kewarganegaraan, tapi saya nggak akan pernah menyerah untuk ‘rumah ini’ sampai kapan pun,” katanya mengakhiri perbincangan.