Next
“Mungkin lebih karena terbiasa,” akhirnya sahabat saya buka suara. Eh, tak lama kemudian ia meralat jawabannya, “Bukan, bukan itu. Jadi, aku memutuskan menjalin hubungan awalnya adalah karena munculnya perasaan yang mungkin saja cinta, perasaan suka yang bisa saja berkembang jadi cinta,” tegasnya, “Nah, kalau sekarang jadinya ketergantungan. Saking terbiasa bersama, aku tidak bisa membayangkan akan jadi bagaimana aku tanpa dia. Mungkin, lho!”
Terdengar menarik. Tak jarang terlontar dalam pikiran, atau mungkin pernah juga kita membahasnya langsung dengan pasangan tentang perasaan apa yang sebenarnya “mengikat” pada satu hubungan yang terjalin cukup lama. Saya lalu bertanya pada teman perempuan lain. Yah, siapa tahu bisa membantu kita mengetahui alasan paling tepat untuk tetap bersama pasangan.
Merry (27 tahun, HRD staff) yang baru akan menikah dengan pasangannya akhir bulan ini mengaku jujur bahwa dia pun masih bingung dengan definisi cinta, “Merasa dekat iya, takut kehilangan iya, tapi itu semua aku rasakan sebagai efek jangka panjang kebersamaan kami. Banyak sekali momen yang sudah aku lewatkan dengannya, itu yang membuat kami jadi saling membutuhkan. Apa itu namanya cinta?”
Next
“Dulu, cinta itu menurutku dimulai dari perasaan yang menggebu. Dengan pacar-pacarku, aku selalu merasakan hal itu sebelum memutuskan dekat. Tapi berbeda dengan saat bertemu suami. Aku dekat dengannya dan luluh oleh kebaikannya, dari sana jadi takut dia menjauh dan kehilangan semua perhatiannya. Kata orang tentang cinta yang bisa datang dengan banyak cara mungkin benar, ya. Tidak ada patokan kalau cinta itu harus merasakan ini atau itu,” kata Tiara (28 tahun, penerjemah).
Definisi cinta berbeda-beda. Rasanya memang tak mungkin memilah mana cinta, mana kebiasaan, mana ketergantungan. Masing-masing elemen ikut andil. Bercampur jadi satu, sampai-sampai terlalu rumit dipilah dan dipilih mana yang lebih mendominasi. Barangkali, penjelasan psikolog Roslina Verauli yang hingga kini aktif mengisi bermacam talkshow dan pengajar di Untar ini bisa sedikit mencerahkan: “Cinta adalah emosi yang paling tidak bisa dijelaskan, sulit diterjemahkan, sehingga tak punya definisi pasti. Saking kompleks dan besarnya, cinta bisa membangkitkan emosi lain yang membuat kita mengambil kesimpulan sendiri tentang perasaan mana yang paling menonjol.”
Nah, sekarang tak perlu lagi mempertanyakan alasan kebersamaanmu dengan seseorang. Sudah pasti cinta memainkan perannya. Kalau tanpa cinta, tak mungkin ada tahun demi tahun penuh momen berdua. Ya atau tidak, Fimelova?