Vemale.com - Ditulis kembali oleh: Agatha Yunita
Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang sangat makmur dan bijaksana. Semua rakyatnya sangat menghormati dan mencintai raja tersebut. Karena kearifan dan kebaikan hati sang raja, maka ia dikaruniai dua orang putri yang cantik jelita, putri pertamanya diberinya nama Putri Galuh. Rambutnya terurai panjang dan indah, kulitnya kuning langsat dan aroma tubuhnya selalu harum, matanya lentik dan tatapannya tajam. Ia merasa sangat dimanja dan disayang oleh kedua orang tuanya, sampai suatu saat putri kedua sang raja lahir.
Candra Kirana, begitulah nama si adik. Candra Kirana tak kalah cantiknya seperti sang kakak. Rambutnya hitam legam dan panjang, apabila tertiup angin maka rambutnya akan satu persatu terurai. Bibirnya mungil, dan merah. Hidungnya mancung dan indah. Matanya lentik dan syahdu, menenangkan siapapun yang melihatnya. Karena suka tersenyum, maka banyak orang sangat mencintai Candra Kirana. Sejak itu Putri Galuh selalu cemberut dan iri pada adiknya. Sekalipun adiknya sangat menyayanginya, namun ia sangat berharap sekali bahwa adiknya tak pernah dilahirkan, agar ia dapat berbahagia dan disayang seperti dahulu kala.
Hari bertambah hari, kedua putri pun semakin beranjak dewasa. Putri Galuh masih saja menyimpan dendam dan rasa dengki di dalam hatinya. Tak tahan dengan rasa benci yang ia simpan kemudian ia menyusun sebuah rencana jahat untuk melenyapkan adiknya. Dengan mengendap-endap ia menemui seorang dukun tua di tepi hutan, "wahai sang nenek, bersediakah kau membantu aku?", terkejutlah si dukun tua itu saat melihat kedatangan Putri Galuh. "Ampun baginda putri, apakah yang putri inginkan sehingga putri rela berkunjung ke gubuk hamba yang kotor ini?" dengan berlutut dan memberi hormat si dukun tua bertanya-tanya. Bertuturlah Putri Galuh pada si dukun tua. Ia menceritakan kepedihan hatinya atas kehadiran Candra Kirana. Rupanya rasa dengki telah menguasai hati dan pikiran Putri Galuh, dengan kekuasaan yang dimilikinya ia berhasil membujuk si dukun tua melakukan keinginannya.
Pagi itu Putri Galuh membujuk ayahandanya untuk memberinya ijin bermain dengan Candra Kirana di luar istana. Tentunya sang raja tak memberikan ijin karena selama ini Candra Kirana adalah gadis manis yang tak pernah kenal dunia luar. Namun Putri Galuh tetap memaksa, ia meyakinkan ayahandanya bahwa ia tak akan pergi terlalu jauh. Ia dan adiknya hanya akan bermain di pantai dan menikmati indahnya pantai. Dengan berat hati, rajapun memberikan ijin.
Candra Kirana sangat bahagia diajak kakaknya bermain di pantai. Ia tak pernah menyangka bahwa ajakan kakaknya ini adalah sebuah rencana jahat yang akan dilakukan pada dirinya. "Wahai kakak tersayangku, ke manakah kita akan pergi?" tanya Candra Kirana. "Ah sudahlah adik, tak perlu kau tahu kita akan pergi ke mana. Yang jelas aku akan mengajakmu ke tempat yang tak pernah kau datangi," Putri Galuh terkekeh di dalam hati. Ia kemudian membawa Candra Kirana ke dalam sebuah gua, di mana punggawa kerajaan tak lagi mengawasi mereka. "Sudah jangan ikut ke dalam, aku mau mandi di dalam! Kalian berjagalah di luar jangan sampai ada yang masuk ke sini," kata Putri Galuh ketus. Di dalam gua si dukun tua sudah menunggu di balik batu, bersiap-siap memantrai Candra Kirana, sang putri yang malang. Demikianlah kemudian Candra Kirana masuk ke dalam gua, dan tanpa sempat terkejut, ia sudah disihir menjadi seekor keong mas. Bergegas Putri Galuh keluar dan berteriak-teriak pada punggawa kerajaan, "tolong... adikku terseret arus di dalam gua." Segera ia pun melempar keong mas ke laut dan pulang ke kerajaannya.[break]
Keesokan harinya keong mas terbangun dan menyadari dirinya sudah terperangkap di dalam pukat kecil seorang nenek. Dengan penuh rasa takut ia berdoa agar malam nanti ia tak disantap oleh nenek. Dan doanya dikabulkan, saat nenek memeriksa pukat usangnya ia menemukan keong mas dan terkesima. "Wah bagus sekali keong ini, akan kusimpan dan kupiara saja ah'" katanya. Nenek tersebut tinggal seorang diri di gubuknya yang sudah reyot dan kecil. Ia adalah nenek yang baik hati namun sayang ia hidup serba kekurangan. Setiap hari ia pergi ke tepi pantai dan menebar pukat usangnya yang sudah sobek di mana-mana. Beruntunglah ia jika ada seekor ikan yang tersangkut di sana, dan menjadi makan malamnya. Walaupun hidup penuh kekurangan, nenek sangat baik hati dan selalu rajin memberi keong mas makanan serta berkisah tentang hidupnya pada keong mas. Keong mas sangat terharu dan berdoa seandainya ia dapat membantu si nenek. Sungguh ajaib, keong mas dapat kembali ke wujud manusia saat nenek tak ada, maka dengan sigap ia membantu membersihkan rumah serta menyiapkan aneka makanan bagi nenek. Tentu saja saat nenek pulang ia sangat terkejut, belum pernah ia melihat makanan sebanyak itu.
Suatu hari nenek semakin penasaran dan berpura-pura pergi dari rumah. Ia pun mengendap-endap ke dapur dan mengintip siapakah gerangan yang selalu menyiapkan makanan dan mambersihkan gubuk tuanya itu. Sungguh terkejutlah si nenek, seorang putri cantik membersihkan rumah dan menyiapkannya makanan, siapakah dia? Kemudian nenek memberondong masuk dan bertanya pada sang putri. "Tuan putri yang cantik, apa yang putri lakukan di sini? Bukankah seharusnya putri cantik berada di dalam istana?" tanya nenek. Berkisahlah Candra Kirana tentang dirinya, dan membuat nenek terharu dan menangis. Air mata nenek yang tulus dan penuh kasih sayang membuat kutukan dan mantra keong mas lenyap seketika. Candra Kirana kembali berubah menjadi wujud putri selamanya. Demikianlah Putri dan nenek yang kemudian dipanggil nenek Dadapan (daerah di mana nenek berasal) hidup berdua di dalam gubuk.
Candra Kirana adalah putri yang cantik dan baik hati, kecantikannya perlahan tersebar menjadi kasak kusuk di seluruh penjuru negeri seberang dan sampai pada telinga seorang pangeran. Penasaran dengan berita tersebut, sang pangeran bergegas meraih kudanya dan menuju desa di mana putri cantik tinggal. Benar ternyata berita yang tersebar selama ini, adalah seorang gadis cantik tinggal di desa dadapan bersama seorang nenek. "Wahai gadis cantik, siapakah namamu?" tanya pangeran. "Hamba adalah Candra Kirana tuan, hamba adalah putri yang dibuang dari kerajaan di seberang lautan," terang Candra Kirana kemudian mulai menuturkan kisahnya. Karena kecantikan dan kebaikan hatinya, sang pangeran jatuh cinta padanya. Ia kemudian memboyong Candra Kirana dan nenek Dadapan ke istananya dan menikahinya.
Pesan moral: sekalipun kita diperlakukan buruk oleh orang lain, hendaknya kita tidak membalas perbuatan mereka. Namun dengan sabar, berdoa dan menjalani hidup kita. Kebahagiaan niscaya akan datang pada orang yang sabar dan tulus.
Disarikan dan dikembangkan dari Wikipedia.org (vem/bee)