Merindukanmu Justru Menguatkan, Sebab Doa Kita Selalu Bersama

Fimela diperbarui 17 Nov 2016, 09:50 WIB

Ayah merupakan sosok yang paling penting dalam hidup seorang anak perempuan. Semua hal tentang ayah akan selalu berkesan dan juga dirindukan, seperti kisah yang ditulis sahabat Vemale untuk Lomba Menulis Spesial Hari Ayah ini.

***

Dear Ayah,

Bila engkau mendongak kepada langit di atas, sesekali engkau akan melihat semesta yang kian tabah. Entah di hari itu akan turun hujan atau terik matahari yang penuh amarah. Setabah itu semesta mampu menanggungnya. Semesta mungkin tak selalu biru, pun hujan tak melulu perkara sendu, namun hari-hari yang kulalui tanpamu Ayah akan selalu biru akan selalu sendu.

Pertama kali aku jauh darimu, terpisahkan jarak tidak akan pernah menjadi masalah bagiku. Tapi, rinduku ini seringkali memecahkan ingatan-ingatan terbaikku. Pernah suatu ketika rinduku ini tak beralasan, kau pun tak pernah butuh penjelasan. Sejak saat itu dunia mulai berjalan. Detik yang terus berputar, terkadang tak mampu memberi kabar.

Saat kita sementara berjauhan, ternyata rindu telah tercipta perlahan. Ayah, aku akan selalu merindukanmu, sebab seperti itu semesta mengajarkanku perihal ketabahan dalam merindukanmu. Bila kerinduan itu mencengkeram langit ingatanku, aku akan tetap bersemayam dalam ingatan terbaikmu, sebab perihal mengingatmu akan menjadi napas terbaik melebihi denyut nadiku sendiri. Kerinduan mengajarkanku bahwa hati terkadang lebih mampu melihat dibanding kedua bola mataku sendiri.

Tidakkah pikiran-pikiran kita ini selalu sama, Ayah, mesti kita tak selalu bersama. Sebab segala keinginanku merindukanmu adalah segalanya yang cukup.

Memang benar, suatu hari yang tanpamu akan membuat malamku selalu panjang. Pun mimpiku dengan tega membuatku melihat punggungmu yang kian lama kian menjauh, hingga akhirnya hati inilah yang terjatuh. Namun, suara detik yang berputar itu sesekali memukulku tepat di kepala-kepala penantianku, menyadarkanku bahwa merindukanmu tidak akan pernah sakit, tidak akan pernah membuat langit menjerit. Sehingga meski pagiku biru, rindu di pekaranganku ini tidak akan pernah layu. Saat menulis ini hatiku selalu mengaku engkau, Ayah adalah sosok pahlawan pada setiap hariku yang penuh juang.

Dear Ayah, pada akhirnya, bagi perindu sepertiku, perihal memejamkan mata adalah doa. Perihal menyeduh segelas coklat hangat juga adalah doa. Perihal menulis seperti ini pun adalah doa.

Tidak ada satu hal pun yang terlewati melainkan adalah sebuah doa. Tidak perlu menghitung berapa jarak dari rinduku menuju ingatanmu, sebab hatimu adalah tempat segala pulang, tempat segala tenang. Rindu telah mengajarkanku untuk memiliki cerita terindah tentangmu, yah, meski keindahannya tak selalu aku rasakan. Yah, bagi perindu sepertiku, memiliki engkau adalah alasan terbaik untuk memilih tetap rindu.

(vem/nda)
What's On Fimela