Berhenti Kerja Bukan Keputusan yang Tepat, Meski Anakku Sudah Tiga

Fimela diperbarui 16 Agu 2017, 14:30 WIB

Ditanya, "Kapan berhenti kerja?" memang bisa jadi beban tersendiri. Seperti kisah salah satu sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Stop Tanya Kapan ini. Orang lain memang sering nyinyir sendiri padahal mereka tidak tahu kondisi kita yang sebenarnya.

***

Saya adalah seorang ibu dari tiga anak, yang dua di antaranya sudah memasuki bangku sekolah sementara si bungsu masih batita. Kehidupan kami memang bisa dikategorikan harmonis karena memang jarang sekali ada percekcokan. Kehidupan rumah tangga harmonis kami itu pun tak lepas dari segala upaya saya untuk membuatnya bisa seperti itu.

Saya adalah seorang perempuan yang bisa dikatakan perempuan tangguh karena saya harus membagi antara mengurus rumah tangga, mengantar kedua anak saya sekolah dan bekerja di salah satu tempat kursus selama dua jam dengan membawa batita saya ikut serta. Jika banyak orang yang mengatakan kapan berhenti kerja, termasuk juga suami saya yang sering menanyakan hal tersebut dan mertua saya juga, saya hanya bisa tersenyum saja.

Saya bisa saja menjawab pertanyaan itu di depan suami dan membalasnya dengan pertanyaan, "Kapan kamu (suami) bisa cukup memenuhi semua kebutuhan saya dan anak anak?" Dan seketika itu juga suami pun tertunduk. Saya sendiri saat semua orang menanyakan hal tersebut, saya hanya bisa menjawabnya dengan, "Suatu hari," karena sebagai seorang istri tentunya saya ingin menutupi kelemahan suami saya.

Kapan saya berhenti kerja? Apakah salah jika seorang wanita kerja, padahal pekerjaan saya hanya dua jam saja dan itu pun tidak mengganggu aktivitas rumah tangga dan mengurus anak-anak saya.

Tahukah kalian wahai orang yang menanyakan hal tersebut kepada saya, bahwa ada sebuah perasaan menyayat hati saat anak-anak kita meminta suatu hal dan kita sebagai orang tuanya tidak bisa memenuhinya. Jika saya berhenti kerja, siapakah yang membayar biaya keperluan susu, jajan anak serta uang SPP anak yang biasanya saya bayar dengan uang gaji saya yang sudah lumayan hasilnya, sedangkan gaji dari suami hanya cukup untuk membeli makan setiap harinya dan ikut membantu mertua saya yang sering meminta uang juga.

Kehidupan keluarga kami memang seperti ini. Kehidupan yang saya rasa cukup sudah saya syukuri. Jadi tolong bagi orang orang yang hanya bisa men-judge dengan sebuah pertanyaan, "Kapan berhenti kerja?" Jangan lihat dari anak kami yang berjumlah tiga orang namun lihat jugalah kondisi mereka yang bisa memakai baju bagus, susu, jajan dan kadang kadang bisa makan di restoran dan bermain di wahana permainan itu adalah dari usaha kami sebagai ayah dan ibunya.

(vem/nda)