Setelah Berhubungan Intim Kok Jadi Sedih dan Menangis? Ini Kata Terapis

Fimela diperbarui 16 Nov 2017, 19:30 WIB

Berhubungan seks memang bisa memberi sejumlah manfaat. Seperti meredakan rasa sakit, membuat tidur lebih nyenyak, hingga meningkatkan kekebalan tubuh. Dalam kehidupan rumah tangga, seks bahkan bisa meningkatkan keharmonisan suami dan istri.

Tapi berhubungan intim juga bisa menyebabkan "efek samping" lainnya. Salah satunya membuat perasaan jadi sedih bahkan bisa membuat kita menangis setelah berhubungan seks. Hm, apa yang sebenarnya terjadi?

Kondisi sedih setelah berhubungan intim disebut dengan disforia pascakoitus (post-coital dysphoria). Dikutip dari health.com, Ian Kerner seoerang terapis seks dari New York City menjelaskan kondisi ini sebagai, "(Perasaan) sedih, marah, dan tertekan umumnya pasca seks atau pasca orgasme." Kondisi tersebut pun terbilang umum dialami sejumlah pasangan.

Sebuah survei tahun 2005 yang melibatkan para mahasiswi yang dipublikasikan di Sexual Medicine menemukan bahwa 46% pernah mengalami disforia pascakoitus minimal satu kali, 5% menyebutkan mereka merasa sedih dan kesepian setelah melakukan hubungan seks beberapa kali dalam kurun waktu 4 minggu. "Tampaknya tidak ada kaitan antara PCD dan keintiman dalam hubungan yang dekat," jelas penulis penelitian tersebut. Penelitian itu fokus pada wanita, tapi kondisi disforia pascakoitus bisa saja dialami oleh pria.



Kerner mengatakan kalau kondisi disforia pascakoitus belum diteliti lebih jauh. Namun, ia meyakini kalau perasaan sedih itu muncul karena ada kaitannya dengan hormon. "Khususnya pada wanita, seks dan orgasme bisa melepaskan hormon oksitosin yang menciptakan kedekatan dan ikatan," jelasnya. Meski hubungan seks berlangsung singkat, efek oksitosin dalam tubuh bisa masih terasa. Sehingga bila ada sesuatu yang dirasa kurang memuaskan dalam hubungan tersebut, emosi bisa ikut terpengaruh.

Seks juga bisa membuat kita merasa rapuh. Perasaan rapuh yang muncul pun bisa memicu keluarnya air mata. "Pasca seks adalah periode reflektif, dan hal itu bisa meluapkan emosi dan pengalaman yang selama ini biasa kita pendam," ujar Kerner. Kerner kemudian mencontohkan pasangan yang sering melakukan makeup sex (berhubungan seks setelah bertengkar). "Dengan pola bertengkar, berhubungan seks, dan baikan, seks akan terasa luar biasa, tapi setelahnya kita menyadari bahwa sebenarnya kita sedang berjarak atau masih marah."

Trauma masa lalu pun bisa menyebabkan kesedihan setelah berhubungan intim. Korban kekerasan seksual misalnya, saat berhubungan intim mungkin ia kembali teringat pengalaman kekerasan seks yang pernah dialaminya. Sehingga jadi gampang merasa depresi setelah berhubungan seks dengan pasangannya.

Kerner menyarankan agar segera berkonsultasi ke terapis bila sering mengalami kondisi depresi atau sedih setelah berhubungan seks. Cari tahu penyebabnya agar mudah ditemukan solusinya.

(vem/nda)
What's On Fimela