Bagaimana kepercayaan seseorang bisa mempengaruhi hebat tidaknya kehidupan seksnya? Ternyata, melalui penelitian mendalam, diketahui kepercayaan seseorang, khususnya atheis, bisa berefek pada kualitas seks.
Apa alasannya? Dilansir dari dailymail.co.uk, peneliti menemukan bahwa penganut agama lain cenderung merasa salah setelah berhubungan seksual. Ini dipengaruhi ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan yang ada pada suatu agama. Efeknya, perasaan menyesal sering muncul sesaat setelah mencapai orgasme.
Sedangkan pada penganut atheis, perbincangan tentang fantasi seksual yang nantinya mempengaruhi kualitas seksual bukanlah suatu hal yang tabu. Inilah yang membuat pengalaman seksual mereka lebih optimal. Meskipun kegiatan yang berbau seksual seperti masturbasi, melihat film dewasa, dan seks oral sebenarnya juga dilakukan oleh orang atheis dan beragama.
Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan perasaan bersalah setelah bercinta dari berbagai kepercayaan. Dihitung dari skor tertinggi, Mormonisme menduduki peringkat pertama dengan nilai 8.19 dari total 10. Katolik mengikuti dengan nilai 6.34. Dan buktinya, Atheis menduduki peringkat terakhir dengan nilai 4.71.
Seberapa kuat kepercayaan orang juga mempengaruhi tingkat penyesalan. Prosentasenya pun juga cukup jauh. Sebagai contoh, sebanyak 22% orang yang beragama dengan baik merasa bersalah setelah melakukan masturbasi, sedangkan pada atheis, prosentasenya hanya 5.5%. Dan ternyata, anak yang dibesarkan di keluarga dengan agama yang baik, mengenal seks melalui film dewasa. Berbeda dengan atheis yang relatif lebih terbuka untuk berbicara masalah seks.
Tapi hanya karena merasa bersalah, bukan berarti aktivitas seksualnya berhenti lho, Ladies. Mereka hanya merasa bersalah. Dan pasti di suatu agama, masalah hubungan seks sudah diatur sendiri-sendiri.
Oleh: Muhammad Faris
(vem/rsk)