Sahabat Masa Kecil Selalu Membekas di Hati

Endah Wijayanti diperbarui 26 Jul 2021, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang kita lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti pengalaman yang dituliskan Sahabat Fimela dalam Lomba My Childhood Story: Berbagi Cerita Masa Kecil yang Menyenangkan ini.

***

Oleh:  Mia Kasmali

Suatu masa saat anak-anak belum mengenal gadget dan hanya bersahabat dengan alam. Kami belajar kelompok tepat waktu walau hanya janjian saat berunding ketika istirahat tiba, sopan santun selalu terjaga saat di sekolah ataupun dalam lingkungan rumah, rasa empati begitu kental antar sesama di setiap lingkungan. Masa kecilku yang sungguh indah menggoreskan kenangan. 

Namanya Atik, cewek yang ceria, energik, cantik dan pintar. Dia duduk sebangku denganku. Dua sifat berbeda yang menyatu dan menjadi seru. Saya yang pemalu dan pendiam disatukan dengan dia yang lucu, ceria, dan energik membuat persahabatan kami menjadi sempurna.

Sejak kelas satu sampai kelas enam, kami selalu duduk sebangku. Saat belajar bersama ke rumah guru pun, kami harus selalu berdekatan tempat duduk, sehingga sering membuat teman yang lain iri dan tak jarang juga kami dimusuhi.

Walaupun jarak rumah kami agak berjauhan, kami pastikan menghabiskan waktu berseru-seruan bersama. Namun setiap belajar kelompok kami selalu dipisahkan oleh guru, karena walaupun kami sedikit nakal, gokil dan sering membuat ulah, tak dipungkiri juga bahwa kami yang selalu menjadi juara kelas, bahkan setiap lomba bidang studi pasti kami yang mewakili sekolah. Atik lomba bidang studi matematika dan saya pmp pada masa itu. Sejak kelas empat hingga kelas enam tetap pada posisi yang sama.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Sahabat yang Tak Terlupakan

ilustrasi./Photo by Tirachard Kumtanom from Pexels

Singkat cerita kenaikan kelas enam tiba. Kami ambil tempat duduk barisan tengah paling depan. Kata guru kami, pelajaran matematika kurang maksimal, jadi setiap pulang sekolah setelah selesai doa bersama, dikasih tebak-tebakan, yang jawaban benar bisa pulang dulu.

Hari pertama pertanyaan mudah sekali, namun tidak ada yang menjawab, mungkin pada grogi karena pertama, terus saya tulis jawaban ditelapak tangan dan liatin ke belakang, teman yang melihat langsung menjawab. Sejak saat itu terus berlangsung selama seminggu, akhirnya guru curiga, kenapa kami berdua selalu menjawab terakhir, dan akhirnya tempat duduk kami dipindah paling belakang.

Dulu kami diajarkan hormat pada orang tua, pada guru dan orang-orang yang lebih tua disekitar kami, kami dikasih paham batasan-batasan pergaulan dan moral yang kental. Kejujuran adalah modal kami menjalani kehidupan, begitupun moral yang selalu mengawal sikap menjadi pribadi yang diterima dalam setiap lingkungan.

Cerita indah yang akan selalu menghiasi ruang kehidupan dan akan tetap menjadi lukisan yang sangat elok di atas kanvas kehidupanku.       

#ElevateWomen