Pakar Ungkap Vaksin Mampu Cegah Kematian Akibat COVID-19

Anisha Saktian Putri diperbarui 27 Apr 2022, 20:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi Covid-19 bisa dikendalikan salah satunya dengan vaksin. Maka tak heran jika pemerintah gencar mengingatkan untuk vaksin hingga booster.

Vaksin berbasis mRNA dan vaksin vektor virus seperti AstraZeneca terbukti efektif untuk memberikan perlindungan terhadap kehadian rawat inap yakni 91,3-92,5 persen dan risiko kematian akibat COVID-19 yaitu 91,4-93,3 persen setelah dua kali diberikan atau dosis pertama dan kedua. Hal tersebut didapatkan dari data lebih dari 79 laporan dari berbagai belahan dunia dan dikaji oleh 18 pakar kesehatan.

Bahkan dua vaksin ini, konsisten memberikan perlindungan tinggi bahkan pada kelompok rentan seperti mereka dengan lanjut usia atau lansia. Vaksin juga mencegah masuk rumah sakit ketika varian Delta, varian sebelumnya, dan Omicron ketika terinfeksi. 

Profesor Guy Thwaites, Direktur Oxford Clinical Research Unit di Vietnam, mengatakan, vaksin COVID-19 sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan membantu negara-negara Asia Tenggara kembali normal selama setahun terakhir. 

“Tinjauan para ahli kami menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca dan vaksin mRNA yang tersedia dapat memberikan perlindungan tingkat tinggi yang serupa terhadap COVID-19 yang mengancam jiwa. Hal ini merupakan informasi penting bagi para pembuat kebijakan publik untuk dapat mempertimbangkan penggunaan vaksin COVID-19 yang optimal untuk masyarakat selama 12 bulan ke depan,” paparnya dalam acara Media Roundtable COVID-19 Vaccine Effectiveness in Asia secara virtual.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Antibodi bukan prediktor

Ilustrasi Vaksin Covid-19, credit: Shutterstock

Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) selaku dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, tingginya antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi COVID-19 terkadang langsung diartikan sebagai efektivitas dari suatu vaksin.

“Padahal yang kami pahami saat ini, kadar antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi tersebut memang dapat bervariasi, namun kemampuan vaksin-vaksin tersebut ternyata serupa dalam mencegah rawat inap di rumah sakit ataupun kematian akibat COVID-19,” paparnya.

Erlina mengatakan di awal 2021 banyak orang beberapa hari setelah vaksin langsung cek antibodi. Padahal ini bukan prediktor yang bisa diandalkan untuk melihat efektivitas vaksin. Banyak faktorseperti imunitas, jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh, hingga lingkungan sekitar.

Data yang ditinjau oleh para pakar penyakit menular dari seluruh Asia, berasal dari VIEW-hub, sebuah platform interaktif untuk memvisualisasikan data tentang penggunaan dan dampak vaksin yang dikembangkan oleh Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg dan Pusat Akses Vaksin Internasional.

Platform ini diperbarui setiap minggu untuk memasukkan studi dunia nyata tentang efektivitas vaksin.

Sebanyak 79 studi dunia nyata yang ditinjau termasuk data efektivitas komparatif untuk vaksin AstraZeneca dan vaksin mRNA yang banyak digunakan, khususnya BNT162b2 dan mRNA-1273. Platform VIEW-hub saat ini tidak dirancang untuk mendapatkan hasil keamanan dari studi ini, sehingga tidak dapat digunakan untuk membandingkan dari sisi keamanan.

#women for women