Shanghai China Beri Vaksin Booster dengan Cara Dihirup, Ini Syaratnya

angela marici diperbarui 01 Nov 2022, 08:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pemerintah kota Shanghai, China mulai memberikan vaksin booster Covid-19 dengan cara di hirup atau inhalasi. Kegiatan booster tersebut dilakukan tanpa menggunakana jarum suntik, sehingga para masyarakat mendapatkan booster melalui cara oral atau metode hirup.

Dilansir dari liputan6.com bentuk vaksin booster terbaru ini diubah menjadi aerosol dan para warga hanya perlu beberapa detik untuk menghirupnya. Hal tersebut sangat mudah dilakukan jika dibandingkan dengan metode vaksin yang disuntik. Adapun vaksin booster yang diberikan merupakan vaksin Covid-19 berbasis vektor adenovirus tipe-5.

Vaksin yang dapat dihirup ini dikembangkan oleh tim peneliti yang dipimpin seorang akademisi dari Akademik Teknik China bernama Chen Wei, dan perusahaan bioteknologi China CanSino Biologics Inc. 

"Dosis vaksin yang dapat dihirup itu sebanyak 0,1 mililiter. Penerima vaksin hanya perlu memasukkan nosel botol putih ke mulut mereka, menghirup gas yang ada di botol itu dalam-dalam, dan menahan napas minimal lima detik untuk menyelesaikan prosedur tersebut," jelas He Jinhui, seorang perawat di rumah sakit setempat ketika menjelaskan penggunaan inhalasi dikutip dari liputan6.com.

Dalam penerapannya, masyarakat di Shanghai dapat menghirup dosis vaksin booster sekitar seperlima dosisi intramuskular biasa. Tak hanya itu, vaksin inhalasi ini diklaim dapat memberikan respons imun yang lebih kuat dibandingnya dengan metode lainnya.

2 dari 3 halaman

Ditujukan bagi penerima usia 18 tahun ke atas

Ilustrasi wanita berusia di atas 18 tahun yang telah melakukan vaksinasi booster. (Sumber foto: Pexels.com).

Penggunaan darurat vaksin inhalasi ini ditujukan bagi penerima vaksin yang berusia 18 tahun ke atas, serta telah menerima dua dosis vaksin biasa. Namun, tidak dalam jangka waktu enam bulan sebelumnya. 

Selain itu, seorang kepala ilmuwan di CanSino, Zhu Tao mengatakan bahwa jika dibandingan dengan injeksi, proes inhalasi mampu merangsang munculnya jenis respons imun lain yang ada di tubuh yaitu imun mukosa.

"Vaksin yang dapat dihirup itu secara efektif menaikkan tingkat antibodi penawar dalam cairan tubuh, dan juga menghasilkan antibodi IgA di mukosa pernapasan, yang dapat memperkuat kemampuan vaksin saat ini untuk mencegah Omicron menginfeksi saluran pernapasan atas," ungkapi Zhu dikutip dari liputan6.com. 

Menurut beberapa pengakuan penerima vaksin, booster inhalasi tidak hanya dapat mengurangi rasa sakit melainkan memberikan rasa manis. Hal tersebut pun didukung dari pendapat Zhu yang mengatakan bahwa rasa manis tersebut berasal dari konsentrasi sukrosa yang ditambahkan ke dalam vaksin, serta mampu meningkatkan stabilitas vektor virus.

3 dari 3 halaman

China Jadi Negara yang Menyetujui Vaksin Covid-19 Inhalasi

Ilustrasi vaksin booster yang dulu dilakukan dengan cara disuntik, sekarang diubah menjadi inhalasi. Credits: pexels.com by Nop Viwat

Sebelumnya, telah diberitakan bahwa China menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 dengan cara inhalasi atau dihirup. Vaksin ini dibuat oleh CanSino dengan bahan yang mirip dengan vaksin yang disuntikkan karena menggunakan adenovirus yang tidak berbahaya. Sebaliknya, vaksin ini berfungsi untuk membawa kode genik yang dapat mengajarkan tubuh untuk melawan virus Covid-19.

Dilansir dari Liputan6.com vaksin ini diberi nama Convidecia Air yang digunakan dengan cara dihirup. Vaksin ini juga dapat memberikan perlindungan terhadap virus Covid-19 dengan satu tarikan napas. Selain itu para peneliti juga mengatakan bahwa vaksin ini dapat menjadi kekebalan tambahan pada lapisan hidung dengan cara melewati saluran udara bagian atas, kemudian masih ke dalam tubuh manusia.

Untuk mempercepat proses vaksinasi, Administrasi Produk Medis Nasional (NMPA) China telah menyetujui penggunaan vaksin yang dibuat oleh CanSino sebagai dosis booster. Hal ini dilakukan vaksin inhalasi lebih mudah diberikan kepada masyarakat dibandingkan dengan vaksin yag disuntik.

 

Penulis: Angela Marici

#Women for Women