Gaya Hidup Minimalis: Kunci Hidup Lebih Tenang dan Bermakna

DreyandraDiterbitkan 13 Juli 2025, 13:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Di tengah gaya hidup modern yang cenderung konsumtif, banyak orang mulai merasa lelah dan kewalahan oleh kepemilikan barang serta rutinitas yang padat. Akibatnya, muncul keinginan untuk kembali ke hal-hal esensial yang benar-benar penting bagi hidup. Inilah yang menjadi dasar dari gaya hidup minimalis.

Minimalisme bukan berarti hidup dengan kekurangan atau serba kekurangan, tapi lebih kepada membuat pilihan sadar untuk menyederhanakan hidup. Dengan mengurangi hal-hal yang tidak perlu, kita bisa memberikan lebih banyak ruang untuk hal-hal yang memberi makna, seperti kedamaian, hubungan yang berkualitas, dan waktu untuk diri sendiri.

2 dari 6 halaman

Mengenal Konsep Minimalisme yang Sebenarnya

Mengenal konsep minimalime yang sebenarnya bukan sekadar tinggal di rumah serba monokrom./Copyright pexels.com/@bongkarn-thanyakij-683719

Banyak yang keliru mengira minimalisme hanya soal membuang barang dan tinggal di rumah serba putih. Padahal, minimalisme adalah filosofi hidup yang berfokus pada kesadaran dalam memilih apa yang benar-benar penting. Konsep ini menekankan nilai fungsi, bukan jumlah.

Minimalisme bisa diterapkan dalam berbagai aspek hidup—mulai dari pakaian, jadwal kegiatan, konsumsi informasi, hingga cara kita bersosialisasi. Saat kita tidak lagi dikendalikan oleh keinginan impulsif, kita akan merasa lebih merdeka, tidak terus-menerus merasa kekurangan, dan lebih bahagia dengan yang sudah dimiliki.

3 dari 6 halaman

Mengurangi Barang untuk Menambah Ruang

Ilustrasi gaya hidup minimalis. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Langkah awal dalam menerapkan minimalisme biasanya dimulai dari barang-barang fisik. Menyortir isi lemari, rak buku, atau dapur adalah proses yang bisa terasa emosional, tapi sangat melegakan. Kita diajak bertanya, “Apakah barang ini benar-benar saya butuhkan atau hanya menyita ruang dan perhatian?”

Dengan mengeliminasi barang yang tidak lagi memberikan manfaat atau kebahagiaan, rumah pun menjadi lebih rapi, lega, dan nyaman. Ruang kosong bukan hanya enak dilihat, tapi juga memberi efek positif pada pikiran. Kita jadi lebih tenang, mudah fokus, dan tidak lagi terganggu oleh kekacauan visual.

4 dari 6 halaman

Hidup dengan Jadwal yang Lebih Sadar dan Terkendali

Membuat jadwal pada kalender atau memo agar digital detox berjalan rutin. (Sumber: RDNE Stock Project/Pexels)

Minimalisme juga bisa diterapkan dalam pengelolaan waktu. Banyak orang terbiasa memenuhi jadwal dengan berbagai kegiatan, sering kali demi eksistensi atau takut ketinggalan (FOMO). Namun, gaya hidup minimalis mendorong kita untuk mengisi hari dengan kegiatan yang benar-benar bernilai dan relevan dengan tujuan hidup.

Dengan menjadwalkan waktu secara sadar, kita bisa menghindari kelelahan mental akibat overcommitted. Waktu luang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat, menekuni hobi, atau sekadar menikmati momen tanpa gangguan. Kita pun lebih fokus dalam setiap kegiatan karena tidak lagi multitasking yang melelahkan.

5 dari 6 halaman

Belanja Lebih Bijak, Konsumsi Lebih Terkontrol

Tetapkan anggaran belanja untuk menghemat pengeluaran Ramadan. (Foto: Freepik)

Dalam minimalisme, belanja bukan untuk pelarian emosi atau memenuhi standar sosial, melainkan karena kebutuhan nyata. Ini membantu kita memilah antara keinginan sesaat dan kebutuhan jangka panjang. Pola belanja yang bijak juga berdampak pada pengelolaan keuangan yang lebih stabil.

Memilih kualitas daripada kuantitas menjadi prinsip utama. Misalnya, daripada membeli lima baju murah yang cepat rusak, lebih baik membeli satu baju berkualitas yang tahan lama. Dengan pola konsumsi ini, kita juga ikut berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan karena mengurangi limbah.

6 dari 6 halaman

Menciptakan Keseimbangan Digital di Era Serba Cepat

Ilustrasi digital decluttering. (c) leszekglasner/Depositphotos.com

Minimalisme juga penting dalam hal konsumsi digital. Terlalu banyak informasi, notifikasi, dan media sosial bisa membuat pikiran kelelahan. Memilih untuk membatasi waktu layar dan hanya mengakses konten yang benar-benar bermanfaat adalah bagian dari gaya hidup minimalis yang sehat.

Detoks digital—misalnya dengan menyisihkan waktu tanpa ponsel atau menonaktifkan notifikasi—bisa memberi ruang bagi pikiran untuk beristirahat. Kita menjadi lebih hadir dalam kehidupan nyata, lebih fokus dalam interaksi langsung, dan tidak terus-menerus membandingkan diri dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial.

Gaya hidup minimalis bukan sekadar tren estetik, melainkan filosofi hidup yang memberi kita kebebasan sejati. Dengan melepaskan hal-hal yang tidak lagi selaras dengan tujuan hidup, kita memberikan ruang bagi hal-hal yang benar-benar penting dan bermakna.

Hidup sederhana bukan berarti membatasi diri, tetapi justru memperluas ruang untuk bahagia. Dengan minimalisme, kita bisa menjalani hari-hari yang lebih tenang, ringan, dan penuh kesadaran—suatu hal yang semakin langka di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi.