Jenuh Dengan Belajar? Berikut Cara Efektif Bantu Anak Kembali Fokus dan Semangat

Adinda Filzah AnugrahaniDiterbitkan 02 Agustus 2025, 16:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, menciptakan suasana yang nyaman agar anak tertarik untuk belajar memang tidak mudah. Terlebih di era digital seperti sekarang, anak-anak sangat mudah terdistraksi oleh gawai, tontonan, atau bahkan rasa bosan yang muncul secara tiba-tiba. Hal ini menjadi tantangan nyata bagi orang tua yang ingin menumbuhkan semangat belajar dengan cara yang tidak menekan. Ketika anak mulai kehilangan fokus dan jenuh, bukan berarti kita harus memaksa agar mereka kembali belajar, melainkan mencari tahu akar dari kejenuhan itu.

Pastinya setiap anak memiliki gaya belajar yang unik dan ini perlu dikenali agar tidak terjadi benturan antara harapan orang tua dan kondisi anak. Penting juga bagi orang tua untuk menyisipkan elemen menyenangkan dalam rutinitas belajar. Saat anak merasa senang dan dihargai dalam prosesnya, mereka cenderung lebih mudah menyerap informasi dan tetap bersemangat. Bagaimana cara efektif untuk membangun sistem belajar yang nyaman? yuk kita simak!

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Buat Jadwal Belajar yang Fleksibel

Ilustrasi Buat Jadwal Belajar yang Fleksibel Credit: Pexels.com/KarolinaGrabowska

Anak-anak memiliki kemampuan fokus yang terbatas. Jika waktu belajar terlalu panjang atau tidak diselingi dengan istirahat, mereka bisa cepat jenuh. Jadwal belajar yang fleksibel akan membantu mengatur ritme agar anak tetap fokus tanpa merasa tertekan. Kamu bisa menerapkan metode belajar selama 25 menit dan istirahat 5 menit. Jadwal ini bisa disesuaikan dengan kegiatan harian lain seperti bermain, makan, dan tidur.

3 dari 6 halaman

2. Kenali Minat dan Bakat Anak

Ilustrasi Kenali Minat dan Bakat Anak Credit: Pexels.com/PavelDanilyuk

Setiap anak memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang suka membaca, ada yang senang berhitung, dan ada pula yang menonjol dalam kegiatan kreatif seperti menggambar atau bermain musik. Untuk itu, mengenali minat dan bakat anak sejak dini akan membantu kamu memilih pendekatan belajar yang paling cocok. Saat anak belajar yang sesuai dengan minatnya, belajar pun jadi terasa seperti petualangan, bukan paksaan.

4 dari 6 halaman

3. Hadirkan Lingkungan Belajar yang Mendukung

Ilustrasi Lingkungan Belajar yang Mendukung Credit: Pexels.com/Cottonbro

Suasana belajar sangat berpengaruh pada fokus anak. Pastikan tempat belajar tenang, cukup cahaya, tidak banyak distraksi, dan dilengkapi dengan alat belajar yang dibutuhkan. Dengan tambahan dekorasi yang menyenangkan, seperti poster edukatif, kalender belajar, atau stiker bintang sebagai penghargaan dapat membantu menciptakan suasana positif dan memotivasi anak secara tidak langsung.

5 dari 6 halaman

4. Sediakan Perangkat Digital yang Memadai

Ilustrasi Perangkat Digital yang Memadai Credit: Pexels.com/MikhailNilov

Memang sebaiknya anak tidak terlalu sering disajikan dengan perangkat digital karena akan membuat anak menjadi ketergantungan pada perangkat tersebut, tapi menyelipkan metode belajar dengan aplikasi interaktif, video pembelajaran, atau kuis online bisa menjadi alternatif menyenangkan. Anak pun lebih antusias jika merasa seperti sedang bermain sambil belajar. 

6 dari 6 halaman

5. Berikan Apresiasi dan Umpan Balik

Ilustrasi Berikan Apresiasi dan Umpan Balik Credit: Pexels.com/NVoitkevich

Tidak perlu dengan barang mewah, memberikan apresiasi berupa ucapan juga cukup bagi anak sebagai reward atas pencapaian mereka. Karena pada dasarnya, anak sangat membutuhkan pengakuan dari orang tuanya. Selain pujian, berikan juga umpan balik yang membangun. Jika ada kesalahan, arahkan dengan kalimat yang positif. Dengan pola komunikasi yang suportif, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan gigih dalam belajar.

Sahabat Fimela, perlu diingat bahwa belajar tidak selalu berupa buka buku dan latihan soal, tapi juga membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu yang dia minati adalah salah satu cara mereka belajar. Untuk itu, perlu dibangun hubungan antar orang tua dan anak, agar keduanya saling tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan.