Diamnya Orang Tua, Bingungnya Anak? Efek Jangka Panjang dari Pertanyaan yang Diabaikan

Nazwa Putri KurniawanDiterbitkan 15 November 2025, 21:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap anak lahir dengan rasa ingin tahu yang luar biasa. Mereka mengeksplorasi dunia di sekitarnya melalui berbagai pertanyaan sederhana yang sering muncul tiba-tiba dan berulang kali. “Mengapa langit berwarna biru?”, “Kenapa kita harus tidur?”, atau “Apa itu kematian?” bagi anak-anak, bertanya bukan sekadar mencari tahu, tetapi juga sarana untuk membangun koneksi, mendapatkan kepastian, serta merasa menjadi bagian dari dunia orang dewasa. Sayangnya, tak sedikit dari pertanyaan-pertanyaan ini yang justru diabaikan, dianggap sepele, atau dijawab asal-asalan oleh orang tua yang sibuk maupun kelelahan.

Mungkin terlihat sepele, namun sikap orang tua yang memilih diam atau tak memberikan jawaban yang memadai bisa menimbulkan dampak psikologis bagi anak. Dikutip melalui sumber behappy.ca, ketika rasa ingin tahu mereka tak mendapatkan respons, anak bisa merasa kecewa, bingung, bahkan perlahan mempertanyakan arti penting dari sebuah pertanyaan. Sedikit demi sedikit, ini bisa menumbuhkan keyakinan bahwa menyuarakan pikiran tak ada gunanya, atau bahwa apa yang mereka katakan tak layak didengarkan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri, kemampuan berpikir kritis, serta kualitas hubungan emosional anak dengan lingkungannya.

Artikel ini akan mengajak Anda melihat lebih dekat bagaimana kebiasaan kecil yang tampaknya sepele dari orang tua dapat memberikan dampak besar bagi perkembangan anak. Karena pada akhirnya, yang terpenting bukan hanya soal memberi jawaban tetapi juga kesiapan untuk hadir dan mau mendengarkan.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Rasa ingin tahu melemah

Pertanyaan adalah bentuk alami dari proses belajar anak, saat tidak dihargai rasa penasaran bisa memudar dan anak jadi kurang termotivasi untuk mengeksplorasi atau mencari tahu hal baru (Foto: Tanaphong Toochinda/Unsplash)

Rasa ingin tahu merupakan dasar penting dalam proses tumbuh kembang intelektual anak. Ketika pertanyaan-pertanyaan mereka sering diabaikan atau dianggap tidak berarti, keinginan alami untuk menjelajahi dan memahami dunia bisa perlahan memudar. Anak yang sebelumnya aktif dan penuh rasa penasaran dapat merasa bahwa keingintahuannya tidak dihargai, lalu memilih untuk diam dan menerima informasi tanpa keinginan untuk menggali lebih jauh. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, motivasi belajar dari dalam diri anak bisa menghilang, sehingga perkembangan kognitifnya tidak mencapai potensi terbaik.

3 dari 5 halaman

Menurunnya rasa percaya diri anak

Anak yang sering diabaikan saat bertanya bisa merasa suaranya tidak penting, hal ini secara bertahap menurunkan rasa percaya diri dan membuat mereka enggan mengekspresikan perasaanya (Foto: Bethany Beck/Unsplash)

Saat pertanyaan anak diabaikan, mereka bukan hanya merasa tidak didengar, tapi juga mulai meragukan nilai dari pemikiran dan perasaannya sendiri. Hal ini secara perlahan dapat mengikis rasa percaya diri, karena anak merasa bahwa apa yang mereka pikirkan tidak layak untuk ditanggapi. Ketika respons dari orang tua minim atau bahkan tidak ada, anak belajar bahwa suaranya tidak penting, sehingga enggan untuk berbicara, bertanya, atau mengekspresikan diri. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat anak tumbuh dengan keyakinan diri yang lemah dan cenderung pasif dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

4 dari 5 halaman

Terbentuknya pola pikir negatif

Anak bisa menyimpulkan bahwa bertanya adalah sesuatu yang sia-sia atau bahwa dunia tidak aman untuk dieksplorasi, ini bisa membentuk pola pikir pasif dan menghambat perkembangan karakter (Foto: Caroline Hernandez/Unsplash)

Anak yang sering diabaikan saat bertanya berisiko membentuk pola pikir negatif sejak usia dini. Mereka bisa mulai meyakini bahwa bertanya adalah perilaku yang mengganggu, memalukan, atau tidak ada gunanya. Lama-kelamaan, pandangan ini dapat berubah menjadi keyakinan bahwa pendapat dan rasa ingin tahu mereka tidak layak untuk disampaikan. Anak pun cenderung memilih diam dan menahan diri, alih-alih mengekspresikan pikiran atau mencari tahu lebih dalam. Sikap tertutup ini berdampak pada kepercayaan diri, kemampuan berkomunikasi, dan keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Pola pikir negatif semacam ini bisa terus terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara anak menghadapi berbagai tantangan dalam lingkungan sosial maupun dunia pendidikan.

5 dari 5 halaman

Menurunnya kedekatan orang tua dan anak

Pertanyaan adalah jembatan komunikasi, jika terus diabaikan anak bisa menarik diri dan merasa enggan berbagi cerita atau bertanya di kemudian hari (Foto: Ioann-Mark Kuznietsov/Unsplash)

Interaksi sederhana seperti menjawab pertanyaan anak merupakan momen berharga dalam membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak. Namun, ketika pertanyaan-pertanyaan itu sering diabaikan, hubungan yang seharusnya tumbuh dalam kehangatan bisa berubah menjadi dingin dan menjauh. Anak mungkin mulai merasa diabaikan dan menganggap kehadiran orang tua hanya sebatas fisik, bukan emosional. Seiring waktu, mereka bisa kehilangan keinginan untuk bercerita, bertanya, atau menunjukkan perasaannya karena merasa tidak ada tempat yang aman untuk didengar. Jika pola ini terus berlanjut, akan terbentuk jarak emosional yang makin sulit dijembatani saat anak tumbuh dewasa.