Kapan Harus Khawatir Perilaku Agresif Balita yang Tak Biasa?

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 30 Oktober 2025, 13:54 WIB

ringkasan

  • Perilaku agresif pada balita dapat dianggap normal jika merupakan ekspresi frustrasi dan mencapai puncaknya sekitar usia dua tahun, namun menjadi mengkhawatirkan jika frekuensi/
  • Tanda-tanda agresi balita yang mengkhawatirkan meliputi agresi fisik intens, tantrum berkepanjangan atau agresif, perilaku melukai diri sendiri, perubahan perilaku cepat tanpa sebab.
  • Penting untuk mencari bantuan profesional jika agresi balita berlangsung lama, menyebabkan cedera, mengganggu hubungan sosial, atau jika ada kecurigaan gangguan seperti ODD atau masalah kesehatan mental lainnya.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, perilaku agresif pada balita seringkali menjadi bagian normal dari fase perkembangan mereka. Namun, penting bagi kita untuk memahami kapan perilaku tersebut memerlukan perhatian lebih serius. Balita kerap menunjukkan agresi sebagai cara mengekspresikan frustrasi atau menguji batasan sosial.

Mereka masih dalam proses belajar mengendalikan diri serta mengatur emosi yang kuat. Keterbatasan kemampuan berbahasa membuat mereka sulit menyampaikan apa yang dirasakan. Ini bisa memicu tindakan seperti memukul, mendorong, atau bahkan menggigit.

Oleh karena itu, mengenali perbedaan antara agresi yang wajar dan yang mengkhawatirkan sangatlah krusial. Artikel ini akan memandu Anda memahami kapan harus khawatir perilaku agresif balita Anda. Mari kita telaah lebih dalam tanda-tanda yang perlu diwaspadai.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Agresi Normal vs. Tanda Bahaya yang Perlu Diperhatikan

Ledakan emosi yang disebabkan oleh pemicu jelas seperti lapar, lelah, atau kesal karena mainan, adalah hal yang normal. Perilaku agresif ini seringkali muncul dari keterampilan yang baru berkembang. (Foto: Unsplash.com/Anita Jankovic).

Agresi balita umumnya mencapai puncaknya sekitar usia dua tahun. Pada usia ini, emosi mereka sangat kuat, namun kemampuan bahasa belum memadai untuk mengekspresikannya. Kontrol diri juga masih terbatas, membuat mereka sulit menahan diri dari tindakan impulsif.

Ledakan emosi yang disebabkan oleh pemicu jelas seperti lapar, lelah, atau kesal karena mainan, adalah hal yang normal. Perilaku agresif ini seringkali muncul dari keterampilan yang baru berkembang. Ini termasuk belajar isyarat sosial, bahasa, kontrol impuls, dan regulasi emosi.

Namun, perbedaan antara perilaku khas balita dan yang mengindikasikan masalah terletak pada frekuensi serta intensitasnya. Jika agresi balita menunjukkan tanda-tanda bahaya secara sering dan persisten, konsultasi dengan dokter anak sangat disarankan. Ini penting untuk memastikan tumbuh kembang optimal.

3 dari 4 halaman

Mengenali Tanda-tanda Agresi Balita yang Mengkhawatirkan

Ada beberapa tanda bahaya spesifik yang mengindikasikan bahwa perilaku agresif balita mungkin memerlukan perhatian profesional. Ini termasuk agresi fisik intens yang sering dan parah, seperti memukul, menggigit, atau menendang. Perilaku ini melampaui batas normal dan dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.

Tantrum yang berkepanjangan atau intens juga menjadi perhatian serius. Kesulitan menenangkan diri setelah tantrum, bahkan dengan dukungan orang dewasa, adalah salah satu indikator. Tantrum yang berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi hampir setiap hari, atau menjadi agresif (memukul, menendang, merusak barang) perlu diwaspadai.

Selain itu, perilaku melukai diri sendiri seperti membenturkan kepala atau menggaruk, serta perubahan perilaku cepat tanpa sebab jelas, adalah tanda bahaya. Kurangnya minat pada teman sebaya, masalah perilaku yang mengganggu kehidupan sehari-hari, dan fiksasi pada tema kekerasan juga memerlukan perhatian.

  • Agresi Fisik Intens: Sering dan parah memukul, menggigit, menendang; menyebabkan cedera fisik; menyerang pengasuh.
  • Tantrum Berkepanjangan/Intens: Sulit menenangkan diri; berlangsung >15 menit; terjadi hampir setiap hari; menjadi agresif; berlanjut melewati usia puncak.
  • Kurangnya Minat pada Teman Sebaya: Kesulitan bermain sesuai usia atau membentuk hubungan.
  • Perilaku Melukai Diri Sendiri: Membenturkan kepala, menggaruk, melukai diri sendiri atau orang lain/hewan peliharaan.
  • Perubahan Perilaku Cepat Tanpa Sebab Jelas: Ledakan amarah tanpa pemicu jelas; agresi mendadak.
  • Masalah Perilaku Mengganggu Kehidupan Sehari-hari: Mengganggu bermain, belajar, hubungan; dikirim pulang dari sekolah/penitipan anak.
  • Fiksasi pada Tema Kekerasan: Terobsesi dengan tema-tema kekerasan.
4 dari 4 halaman

Faktor Penyebab dan Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional

Memahami penyebab agresi ekstrem pada balita dapat memberikan wawasan berharga bagi orang tua. Frustrasi akibat tantangan komunikasi, imitasi perilaku agresif yang disaksikan, keterlambatan perkembangan, dan temperamen tertentu adalah beberapa faktor pemicu. Gaya pengasuhan otoriter juga dapat berkontribusi pada tingkat agresi yang lebih tinggi pada anak.

Penting untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengkhawatirkan perilaku agresif balita Anda. Indikatornya meliputi agresi yang tidak biasa dan berkepanjangan selama lebih dari beberapa minggu, menyebabkan cedera fisik, atau jika anak menyerang orang dewasa. Jika anak dilarang bermain atau dikirim pulang dari sekolah karena perilaku agresif, ini adalah sinyal kuat.

Tantrum agresif yang memenuhi kriteria tertentu, seperti terjadi hampir setiap hari dan di berbagai lingkungan, bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental. Kecurigaan Gangguan Oposisi Defian (ODD), yang ditandai pola kemarahan, iritabilitas, dan pembangkangan, juga memerlukan evaluasi profesional. Tanda-tanda pelecehan anak, seperti perubahan perilaku yang tidak dapat dijelaskan, juga harus segera ditindaklanjuti.

  • Perilaku Agresif Tidak Biasa & Berkepanjangan: Lebih dari beberapa minggu, menyebabkan cedera fisik, menyerang orang dewasa, mengganggu lingkungan sosial.
  • Tantrum Agresif Menunjukkan Masalah Kesehatan Mental: Hampir setiap hari, menjadi agresif, berlanjut melewati usia puncak, terjadi di berbagai lingkungan.
  • Kecurigaan Gangguan Oposisi Defian (ODD): Pola kemarahan, iritabilitas, argumen, pembangkangan yang sering dan berkelanjutan.
  • Tanda-tanda Pelecehan Anak: Perubahan perilaku/kepribadian yang tidak dapat dijelaskan, menarik diri, cemas, agresif tidak wajar.