Fimela.com, Jakarta Menjadi seorang ibu di era digital bukanlah hal mudah, apalagi jika kamu adalah salah satu nama paling dikenal di industri musik Indonesia. Bagi Raisa Andriana, transformasi dari seorang diva panggung menjadi seorang ibu bukan hanya tentang mengasuh anak, tetapi juga tentang menemukan keseimbangan antara privasi, karier, dan peran barunya sebagai panutan bagi banyak perempuan muda.
Raisa dan Hamish Daud dikaruniai seorang putri, Zalina Raine Wyllie, yang lahir pada tahun 2019. Sejak saat itu, publik tentu penasaran seperti apa kehidupan sang penyanyi di balik layar. Namun, berbeda dengan banyak selebritas lain, Raisa memilih untuk menjaga kehidupan keluarganya dengan cara yang sangat hati-hati. Ia jarang menampilkan wajah anaknya di media sosial, sebuah keputusan yang dianggap bijak di tengah derasnya arus digitalisasi.
“Buat aku, anak punya hak atas privasinya sendiri,” ungkap Raisa dalam beberapa wawancara. Keputusan itu bukan bentuk jarak, melainkan bentuk kasih sayang — ia ingin Zalina tumbuh tanpa tekanan publik dan bisa menentukan sendiri bagaimana ia ingin dikenal ketika dewasa nanti. Di era di mana “oversharing” menjadi hal umum, pilihan Raisa menunjukkan sisi lain dari menjadi ibu modern: melindungi, bukan memamerkan.
Batasan di media sosial
Namun, menjadi ibu tidak membuat Raisa kehilangan dirinya sebagai seniman. Ia tetap aktif berkarya, merilis musik dengan nuansa yang semakin matang dan penuh emosi. Banyak penggemar merasakan perubahan pada dirinya — lebih tenang, lebih dalam, dan terasa lebih “hangat”. Kehadiran seorang anak memang sering kali membuka lapisan baru dalam diri seorang perempuan, dan Raisa tampaknya menikmati setiap proses itu.
Di media sosialnya, Raisa tetap berbagi potongan kehidupan, tapi dengan batas yang jelas. Ia menunjukkan kesehariannya sebagai perempuan biasa — menikmati waktu bersama keluarga, berbagi momen di dapur, atau sekadar refleksi tentang kehidupan. Dengan cara itu, ia menjadi sosok yang relatable bagi banyak ibu muda: elegan tapi nyata, sukses tapi tetap manusiawi.
Raisa juga menggunakan platformnya untuk hal-hal positif — membicarakan pentingnya kesehatan mental, peran perempuan dalam berkarya, hingga isu keberlanjutan. Ia menunjukkan bahwa menjadi ibu bukan berarti kehilangan suara, melainkan memperluas makna dari kata “berdaya”.
Simbol supermom di era digital
Menjadi ibu di era digital memang membutuhkan seni tersendiri: seni menjaga, berbagi, dan membatasi. Raisa telah menemukan ritmenya — seperti musik yang ia ciptakan, lembut tapi kuat, penuh perasaan namun tetap seimbang. Ia membuktikan bahwa di tengah sorotan, seorang ibu tetap bisa menjadi versi terbaik dirinya, tanpa harus kehilangan jati diri.
Dalam harmoni antara panggung, rumah, dan dunia digital, Raisa Andriana adalah simbol modern dari “supermom”: penuh kasih, cerdas, dan berdaulat atas narasinya sendiri.