Dampak Negatif Penggunaan Skincare dengan Kandungan Berbahaya

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, penggunaan skincare kini kian meningkat, terlebih dengan maraknya tren kecantikan di media sosial. Dari serum, toner, hingga krim malam, beragam produk hadir dengan janji kulit glowing, cerah, dan bebas jerawat. Namun, di balik tren tersebut, tidak sedikit orang yang tergiur mencoba berbagai produk tanpa memahami kandungan di dalamnya. Padahal, kondisi kulit setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Produk skincare yang cocok di kulit orang lain, belum tentu aman bagi kulitmu. Sayangnya, banyak yang baru menyadari hal ini setelah muncul masalah kulit yang serius. Tidak jarang juga, produk skincare yang dipasarkan bebas tidak sepenuhnya aman. Beberapa produk dijual tanpa izin BPOM, atau mengandung bahan aktif dalam kadar yang tidak sesuai. Bahkan ada yang menggunakan istilah-istilah alami atau organik sebagai branding, padahal komposisinya bisa jadi membahayakan.

Mengenal kandungan dalam skincare adalah langkah awal dalam merawat kulit dengan benar. Tidak cukup hanya memperhatikan klaim di kemasan, perlu ada kesadaran untuk membaca label bahan dan memahami efeknya terhadap kesehatan kulit. Ini yang perlu kamu ketahui dampak memakai skincare dengan kombinasi kandungan yang tidak jelas.

1. Memicu Flek Hitam dan Jerawat

Menggunakan skincare dengan kandungan yang tidak jelas bisa menyebabkan reaksi kimia yang memicu munculnya flek hitam dan jerawat. Misalnya, mencampur produk yang mengandung retinol dengan vitamin C tanpa aturan yang tepat dapat menyebabkan iritasi dan peradangan. Jerawat juga bisa muncul karena kandungan yang terlalu berat untuk jenis kulit tertentu, seperti minyak mineral atau silikon dalam jumlah besar.

Produk abal-abal bisa menyumbat pori-pori dan menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri penyebab jerawat untuk berkembang biak. Akibatnya, wajah tampak kusam dan penuh dengan breakout. Flek hitam pun bisa muncul akibat peradangan berkepanjangan atau efek samping dari reaksi bahan yang bersifat fotosensitif. Jika tidak digunakan dengan sunscreen, justru bisa membuat kulit terbakar matahari dan meninggalkan noda hitam yang sulit dihilangkan.

2. Menyebabkan Ketergantungan pada Produk Tertentu

Faktanya, beberapa produk skincare, terutama yang mengandung steroid atau bahan pencerah kulit yang keras, bisa membuat kulit mengalami ketergantungan. Pada awal pemakaian, kulit mungkin terlihat lebih cerah, halus, dan bebas jerawat. Namun, ketika produk dihentikan, muncul efek rebound yang membuat kondisi kulit justru memburuk. Banyak orang yang akhirnya terjebak dalam siklus pemakaian tanpa henti karena takut kulitnya akan kembali rusak jika berhenti memakai produk tersebut.

Gejala ketergantungan bisa berupa jerawat meradang, kemerahan, kulit mengelupas parah, hingga rasa terbakar di wajah. Dalam jangka panjang, hal ini sangat berbahaya. Ketergantungan produk membuat kulit tidak lagi mampu bekerja secara alami. Regenerasi kulit terhambat, dan kamu akan membutuhkan waktu lebih lama.

3. Mengakibatkan Hiperpigmentasi

Hiperpigmentasi merupakan kondisi di mana kulit mengalami penggelapan pada area tertentu karena produksi melanin yang berlebihan. Salah satu penyebab umum hiperpigmentasi adalah pemakaian skincare dengan kandungan yang bereaksi negatif terhadap sinar matahari atau tidak cocok untuk jenis kulitmu. Selain itu, penggunaan bahan pemutih yang terlalu kuat tanpa proteksi sunscreen bisa memperparah kondisi kulit.

4. Merusak Skin Barrier

Skin barrier atau lapisan pelindung kulit adalah pertahanan utama terhadap polusi, bakteri, dan kehilangan kelembaban. Jika terlalu sering menggunakan skincare dengan kandungan aktif yang terlalu keras atau tidak cocok digunakan bersamaan, skin barrier perlahan-lahan bisa rusak. Tandanya bisa berupa kulit yang mudah kemerahan, kering, mengelupas, dan terasa perih.

Produk dengan kombinasi bahan seperti retinol, AHA/BHA, dan vitamin C jika digunakan secara berlebihan atau dalam urutan yang salah bisa melemahkan pelindung alami kulit. Akibatnya, kulit menjadi sensitif, mudah iritasi, dan tampak kusam meskipun sudah dirawat. Ketika skin barrier rusak, memperbaikinya memerlukan waktu dan pendekatan yang hati-hati.

5. Memicu Iritasi dan Peradangan Kulit

Iritasi bisa terjadi karena reaksi alergi atau ketidaksesuaian bahan dengan jenis kulit. Gejalanya bisa berupa ruam, rasa gatal, kemerahan, atau sensasi terbakar setelah pemakaian. Peradangan kulit juga bisa muncul akibat penggunaan kombinasi bahan yang saling bertabrakan, seperti mencampur asam dengan produk retinoid. Pada kulit sensitif, kulit bisa bereaksi ekstrem hingga muncul dermatitis kontak atau breakout parah. Menghindari iritasi dan peradangan memerlukan kehati-hatian dalam memilih produk.

Sahabat Fimela, demikian bahaya dari skincare palsu yang dapat membahayakan kesehatan kulit. Selalu periksa label, mulai dari patch test sebelum penggunaan, dan konsultasikan dengan ahli dermatologi jika kamu memiliki kondisi kulit tertentu. Jangan mudah tergiur oleh hasil instan, karena kulit yang sehat butuh waktu dan proses.