Sukses

Entertainment

Eksklusif, Album Kedua dan Upaya Fourtwnty Redam Ego

Fimela.com, Jakarta Suasana hati tak selamanya tertata rapi. Kadang penuh sukacita, kadang nestapa menyapa. Begitu halnya band Fourtwnty sempat takluk dalam ego masing-masing ketika mereka dalam perjuangan merampungkan album kedua.

***

Ada hal berbeda dirasakan band yang digawangi Ari, Nuwi, dan Roots ini saat waktu mengharuskan mereka bertemu untuk menggarap album kedua di studio. Menjalani rutinitas yang tidak lagi sama memperparah atmosfer yang seharusnya jadi wadah bertukar gagasan karya terbaru.

Namun apa daya, Fourtwnty akhirnya sadar kala itu telah terjebak dalam ego. Tak mau terlalu larut, mereka pun akhirnya memutuskan sementara waktu tak berkumpul di studio dan memilih manggung demi meredakan keadaan.

Menariknya, band pelantun Fana Merah Jambu ini tahu betul mengolah kalut menjadi karya. Ego yang sempat menghambat proses bermusik mereka justru berbalik menjadi inspirasi di album kedua yang mengusung tajuk Ego & Fungsi Otak.

"Pas di album kedua ini, awalnya kita merasa kok menonjol egonya. Jadi, kayak nggak ketemu titik tengahnya. Jangan di studio dulu. Manggung-manggung aja sampai akhirnya kita bekerja sama dengan salah satu digital distributor tiba-tiba albumnya sold out sebelum materinya selesai. Di situ baru egonya langsung turun," jelas Ari, vokalis Fourtwnty saat bertandang ke Bintang.com, Senin (9/7/2018).

Di sisi lain, banyak kisah unik hingga menyentuh yang turut menyertai proses penggarapan album kedua. Fourtwnty sendiri mengakui jika album Ego & Fungsi Otak menjadi refleksi tema yang dewasa dan berbeda dari album pertama, Lelaku.

Fourtwnty berbagi kisah selengkapnya mengenai makna di balik album Ego & Fungsi Otak, proses penggarapan yang memakan waktu, memaknai pasang surut karier, hingga menjawab soal Roots yang memilih tak ikut naik panggung bersama Ari dan Nuwi. Simak wawancara eksklusif Bintang.com bersama Fourtwnty lewat rangkuman berikut.

Ego & Fungsi Otak dan Proses Kreatif Fourtwnty

 Setahun penantian akhirnya terjawab lewat album Ego & Fungsi Otak yang resmi dirilis pada 20 April 2018. Fourtwnty mengungkapkan beberapa hal menarik di balik album terbaru mereka berikut ini.

Mengapa judul album kedua kalian Ego & Fungsi Otak?

Ari: Jadi ini berawal dari kegiatan kita dalam studio, proses produksi kita hampir setahun masuk studio 2-3 kali. Ketika kita dihadapkan kita harus bikin album baru, masuk ke studio dengan rutinitas yang berbeda jauh dari sebelumnya semuanya otomatis jadi berkurang dan tidak seperti biasanya.

Nuwi: Biasanya kita saling ngerti satu sama lain, nggak ada yang meninggikan ego dari kami. Tapi waktu itu semuanya sama-sama tinggi. Jadi nanti dulu deh.

Apa yang kalian lakukan saat sama-sama ego kala itu?

Ari: Akhirnya kita coba balik lagi ke studio dan sempat ke luar kota dan tadinya di album ini 9 lagu cuma mepet waktunya jadi cuma 7 yang 2 masih disimpan. Orang rumahku bilang 'Kamu tuh Ri pinter kadang egonya suka lebih meluap coba otaknya dipakai,'.

Nuwi: Coba fungsi otaknya dinaikin dikit. Benar juga sih jadi kita ada grup berempat sama Gian, manager kita juga saling merenung satu sama lain. Harus kita pakai untuk meredakan ego ini kita pakai fungsi otak kita.

Ari: Makanya nama albumnya jadi Ego & Fungsi Otak. Jadi, lebih menggambarkan proses albumnya.

Mengapa kalian memberikan banyak tema menarik di album ini?

Ari: Karena seiring berjalannya waktu makin sering keluar, makin sering ketemu orang banyak hal yang kita kangenin waktu masih merintis ibaratnya. Kita ngobrol tentang Realita tiba-tiba kita ketemu mantan teroris, lagu Kusut itu kita pernah bikin lagu itu kita repackaged ulang dengan tema berbeda, lagu Segelas Berdua kita repackaged juga dari lagu lama, banyak hal-hal yang di luar sana menarik untuk diangkat.

Nuwi: Rata-rata kita juga nggak pernah kepikiran untuk bikin lagu dengan materi yang berbeda kita ngalir saja sebenarnya.

Apa berbedaan paling menonjol dari album Lelaku dan Ego & Fungsi Otak?

Nuwi: Yang paling menonjol dari lirik, temanya juga kita di album Ego & Fungsi Otak ini agak lebih dewasa dari album pertama. Album pertama kayak anak muda pengen bebas, liburan jangan diganggu, pengen sendiri, galau-galaunya benar-benar galau.

Kalau di album kedua ini ada lagu galaunya, kayak lagu Kusut, tapi dia tetap berusaha tegar. Mungkin yang lebih signifikan di temanya kita lebih dewasa, terus musiknya di album ini nggak ada yang swing slow, middle-up semua kita usahain. Ada juga yang low sedikit beat nya tapi kita coba bangkitin sedikit di belakang.

Di antara 7 lagu, mana yang paling 'ngena' menurut kalian?

Nuwi: Trilogi, itu kisah dari salah satu mantan teroris yang memang di lagu ini dia penuh penyeselan walapun dia sudah nangis-nangis darah nggak akan bisa mengembalikan keadaan yang terdahulu dan mengakibatkan banyak orang dirugikan. Secara musiknya saya suka karena featuring Bang Reza Matajiwa, di sana agak lebih berisi aja.

Ari: Segelas Berdua, real aja, sederhana, percintaan yang gang, lebih mengusung tema-tema percintaan tentang gang. Kayak nggak ada candle light dinner, lebih sederhana aja. Musik Fourtwnty di sana lebih berasa, notasi liriknya lebih anak gang.

Proses penggarapan album Ego & Fungsi Otak berapa lama?

Ari: Jadi lagu Trilogi itu tadinya mau dijadiin salah satu soundtrack untuk series di televisi swasta dan kebetulan lagu Trilogi yang menceritakan tentang penyesalan mantan teroris ini yang pertama kali kita kerjakan di album kedua dan tiba-tiba setelah itu kita dapat rezeki luar biasa dari  Filosofi Kopi dan terciptalah Zona Nyaman itu rilis di tanggal 20 April 2017.

Sebelum April itu sebenarnya kita sudah mendesain kita mau keluarin album ternyata sirna. Zona Nyaman membawa dampak yang sangat luar biasa, berdampak juga diproses produksinya. Balik lagi, kita jadi jarang ke studio, workshop, nongkrong dan di tahun berikutnya baru kita bisa rilis. Jadi, totalnya sekitar setahun.

Proses kreatif Fourtwnty seperti apa?

Ari: Kalau mepet, pinter.

Nuwi: Kalau direncanakan malah lama jadi kayak tanggal segini harus selesai langsung kita bertiga aku, Ari, Roots kayak yang mendadak pinter dan genius padahal cuma nongkrong-nongkrong aja di rumah Ari atau di basecamp di Jati Padang. Kalau kita bosen dua tempat itu, keluarlah kita nongkrong di kafe mana. Awalnya ngobrol tapi tiba-tiba dapat ilham. Enak temanya ini, pasti ada kejadian lucu di jalan yang kita temuin dan di sana kita langsung bahas saat itu juga.

Ari: Kalau dulu di album pertama itu terlalu santai, maksudnya bikin Hitam Putih itu lagunya udah lama banget, Aku Tenang terus Senja cuman berubah flow nya di saat tiba-tiba dengar album sold out, harus bikin apa ya padahal lagunya baru ada Trilogi, Zona Nyaman, Kita Pasti Tua. Langsung pinter.

Apa referensi Fourtwnty ketika berkarya?

Ari: Aku suka mendengarkan musik yang tidak didengarkan sama orang lain itu sudah pasti. Apapun jenis musiknya yang penting enak didengar, unik, kalau digumamin itu gampang, punya warnanya sendiri. Biasanya aku suka dengar yang aneh-aneh, tiba-tiba Nuwi datang dengan gitarnya di bawah alam sadarku nyantol musik yang kemarin-kemarin yang aku dengar dengan musik Nuwi kok kayaknya jodoh. Jadi referensi banyak. Ada satu part di lagu Siti Nurhaliza itu aku jadikan di part nya Zona Nyaman, part beat nya.

Karier, Mimpi, hingga Cerita tentang Roots

Selain soal album kedua, Fourtwnty juga sedikit bernostalgia tentang masa di mana mereka tengah merintis karier. Fourtwnty juga mengungkapkan cerita lengkap mengenai Roots, personel Fourtwnty yang memilih berkarya dari balik layar.

Bagaimana Fourtwnty memaknai perjalanan karier dari awal hingga saat ini?

Ari: Bersyukur, aku kenal Nuwi itu tahun 2005 aku pindah dari Riau ke Jakarta ketemu dia langsung. Kalau di flashback 13 tahun lalu kami sangat skinny, sangat tidak berbentuk cuman aku tipikal orang yang punya banyak mimpi.

Apa saja mimpi-mimpi itu?

Ari: Aku suka nyeletuk hal-hal yang Alhamdulillah kejadian. Maksudnya celotehan-celotehan misalnya 'Someday gue pasti main di Soundrenaline terus gue jadi yan paling sabi,' eh benar kejadian. Pengen punya tim yang sehat, kejadian Alhamdulillah lagi. Punya alat sendiri, jangankan itu kalau dulu jangan kan gitar, sepatu aja minjem. Baju jaket minjem. Mimpinya ada-ada aja, kita pengen main di luar negeri tapi orang nonton bukan sekedar main, sebentar lagi Insya Allah.

Aku pengen banget punya perusahaan musik yang mewadahi musisi-musisi "tidak punya arena"jadi kita sekarang lagi menyusun membantu teman-teman yang ada di luar sana, mungkin step nya jadi sedikit lebih terjal karena bukan Fourtwnty nya saja yang akan dibawa tapi sekelilingnya juga. Kebetulan adikku mau bikin album, aku bantuin sama Nuwi dan Andi. Pokoknya susah dulu, tapi sampai hari ini masih gini-gini aja.

Apa perbedaan kalian dulu dan kini?

Nuwi: Nggak ada yang terlalu gimana-gimana, yang penting kita msih sadar sekarang kita ini bukan kita yang dulu, harus lebih sadar sekeliling. Kita juga buka berarti sombong.

Ari: Nuwi aja masih dorong-dorong gerobak mie ayam sampai hari ini kalau libur di daerah BKT, Pondok Kopi. Kalau kita mau manggung arah-arah Bekasi, mampir makan bakso.

Fourtwnty ingin dikenal sebagai grup yang seperti apa?

Ari: Yang bisa memberikan perubahan, anak muda yang tanggung jawab yang pasti.

Nuwi: Mau dikata orang fans tapi bagi kita teman itu kayak teman tapi mereka tetap support kami. Kami nggak terlalu suka diidola-idolakan.

Ari: Justru canggung. Kan banyak juga kadang yang teman sudah lama nggak ketemu terus tiba-tiba foto bareng kan aneh.

Nuwi: Kita bertahun-tahun nongkrong bareng, susahnya dulu kayak gimana ngapain juga harus foto-foto gitu.

Ari: Pokoknya yang baik-baik dari Fourtwnty disaring lagi, yang jelek-jeleknya dibuang saja. Yang penting Fourtwnty sampai mati.

Nuwi: Amin.

Tanggapan kalian saat lagu kalian dicover?

Nuwi: Respek dan senang terlebih ada yang suka dan nggak suka, tapi kita tetap suka segimana pun mereka  itu usaha mereka untuk mengcover lagi kita, harus kita hargai.

Apa cita-cita Fourtwnty dulu?

Nuwi dan Ari: Nggak perlu sebesar Metalica, sebesar Slank aja cukup.

Nuwi: Akhirnya ketemu juga Slank. Sok cool aja padahal mah senang banget.

Bisa dijelaskan Roots yang tidak tampil bareng kalian?

Ari: Roots adalah Roots, salah satu personel Fourtwnty dia main gitar akustik. Ada yang bilang Roots adalah Roby Geisha, nggak. Roby Geisha adalah executive producer Fourtwnty. Roots adalah salah satu personel Fourtwnty yang tidak pernah muncul ke permukaan.

Nuwi: Tapi dia hanya ingin karyanya saja yang bisa dikonsumsi teman-teman.

Ari: Kita juga menghargai keputusan beliau. Bukan berarti dia nggak kerja ya. Dia yang termasuk paling ribet kerjaannya. Dia produksi iya, dia lebih suka nyeletuk. Dia memosisikan sebagai player, penikmat musik, kadang nonton. 'Visualnya kurang naik gambarnya, Ri,'. Karena kalau kita di atas panggung suka nggak sadar. Dulu aku suka ngomong apa di panggung, bisa nggak dikurangin ngomong ini-itu, itu Roots.

Ari: Tapi kita lagi mengusahakan gimana caranya secara visual dia hadir di event-event tertentu yang dia bisa secara kasat mata dia ada di visual dan bisa merasakan audio dia main. Itu yang setahun-dua tahun lalu yang aku pribadi pikirkan. Gimana caranya dia nyaman, dia mau main, dan orang lain bisa melihat.

Nuwi: Walaupun satu panggung dia hadir mungkin bisa memuaskan teman-teman yang bertanya-tanya. Kita kasih tahu bahwa dia ada. Mudah-mudahan dengan konsep itu dia mau menerima ajakan kita. karena memang kita sudah lama nggak main satu stage sama dia.

Fourtwnty mampu bercahaya dalam kesederhanaan yang selalu mereka junjung. Ide-ide tak terduga dan kejutan dalam berbagai suasana dapat mereka 'sulap' menjadi karya yang memikat banyak penikmat seperti musikalitas yang dirangkum apik dalam album kedua, Ego & Fungsi Otak. Sukses selalu, Fourtwnty.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading